Diagnosis Hemothorax
Diagnosis hemothorax ditegakkan jika ditemukan darah pada cavum pleura. Pada anamnesis dapat ditanyakan mekanisme trauma, dan apabila bukan disebabkan oleh trauma maka gali faktor risiko pasien. Rontgen thorax dalam posisi erect adalah pemeriksaan penunjang pilihan dalam skrining kasus cedera thorax.
Anamnesis
Pada pasien dengan suspek hemothorax, riwayat yang perlu dibedakan adalah apakah penyebab hemothorax traumatik atau nontraumatik. Apabila pasien datang dengan trauma, maka tanyakan mekanisme trauma, serta riwayat pembedahan pada regio thorax sebelumnya. Apabila penyebab hemothorax dicurigai nontraumatik maka tanyakan faktor risiko pasien.
Nyeri dada dan sesak merupakan gejala paling sering dikeluhkan pada pasien hemothorax. Namun, bila darah yang terakumulasi di rongga pleura sangat banyak, akan didapatkan gejala syok.[1,6]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik pada kasus hemothorax bervariasi tergantung dari penyebabnya. Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik adalah sering terlewatnya perdarahan apabila <500 ml pada regio sudut kostofrenikus, terutama jika pasien diperiksa dalam posisi supinasi. Maka dari itu pemeriksaan fisik pada pasien hemothorax sebaiknya dilakukan pada posisi duduk atau posisi Trendelenburg.
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan dyspnea dan tachypnea. Kemudian pada auskultasi dapat terdengar suara napas ipsilateral atau redupnya suara napas pada lobus bawah paru, dan pada perkusi akan terdengar dull.
Apabila terjadi syok, akan didapatkan hipotensi, takikardi, dan tanda gangguan perfusi lainnya.
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan multitrauma atau cedera thorax, perlu ditentukan apakah terdapat jejas atau diskontinuitas tulang yang merupakan faktor risiko hemothorax.[1,6]
Diagnosis Banding
Adanya cairan di rongga pleura, seperti pada kondisi efusi pleura dan empiema, merupakan diagnosis banding hemothorax.
Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang berlebih dan terdapat pada rongga pleura yang diakibatkan oleh produksi yang berlebih serta rendahnya absorpsi cairan pada paru-paru. Untuk membedakan efusi pleura dan hemothorax dapat dilakukan analisis cairan pleura, bila terdapat >50% hematokrit, maka dapat digolongkan sebagai hemothorax.[10-11]
Empiema
Empiema adalah kondisi di mana terdapat cairan purulent pada rongga pleura. Hal ini umumnya dikaitkan dengan pneumonia, namun dapat juga berupa komplikasi lanjutan dari tindakan bedah thorax atau trauma pada thorax. Untuk membedakan empiema dan hemothorax dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis empiema dapat ditegakkan apabila terdapat:
- Drainase purulent
- Kultur positif dari cairan pleura
- Leukosit >50.000/mmc
- LDH pada pleura >1000 IU/L
- pH < 7.2
- Glukosa < 40mg/dL[10,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting dalam diagnosis hemothorax, karena dapat mengidentifikasi adanya darah di rongga pleura, serta membedakan darah dengan udara ataupun cairan lain.
Rontgen Thorax
Pemeriksaan rontgen thorax dalam posisi erect adalah pemeriksaan penunjang inisial pilihan untuk evaluasi hemothorax. Namun, apabila pasien tidak bisa diperiksa dengan posisi tegak, maka posisi supinasi boleh digunakan. Pada pasien dengan hemothorax akan didapatkan gambaran lusensi yang membuat gambaran tumpul pada sudut kostofrenikus.
Darah dalam jumlah yang sedikit, sulit diidentifikasi menggunakan rontgen thorax karena terhalang oleh diafragma atau viscera abdomen. Selain itu, rontgen posisi supinasi juga akan menyulitkan diagnosis karena darah akan menyebar pada lapisan cavum pleura dan mungkin hanya muncul sebagai kabut kecil yang samar.[2]
CT Scan
CT scan digunakan pada perdarahan yang sangat sedikit sehingga gambaran rontgen thorax meragukan, atau pada keadaan dimana gambaran rontgen thorax menunjukkan hemothorax persisten. Adanya hasil CT scan yang menunjukkan cairan pada cavum pleura harus dianggap sebagai darah, sampai terbukti bukan.[2,4,6]
USG
Dalam dekade terakhir, ultrasonografi (USG) umum digunakan pada situasi gawat darurat sebagai alat diagnostik pertama di unit trauma. Kelebihan dari ultrasonografi adalah dapat mendeteksi hemothorax lebih cepat dibandingkan rontgen thorax maupun CT scan. Dilaporkan bahwa USG memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 100% dalam mendeteksi hemothorax. [2]
Kekurangan dari USG adalah alat ini tidak dapat mendeteksi cedera yang terkait dengan hemothorax yang dapat diidentifikasi melalui rontgen dan CT scan, seperti adanya fraktur, pembesaran mediastinum, serta pneumothorax.[4]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja