Patofisiologi Hemothorax
Patofisiologi hemothorax didasari adanya gangguan pada struktur intrapleura maupun ekstrapleura. Keparahan hemothorax bergantung pada lokasi cedera dan banyaknya darah.[1,6]
Respon Cepat
Respon cepat dari patofisiologi hemothorax dapat dilihat pada dua aspek besar pada tubuh yaitu respon hemodinamik dan respiratorik.
Respon Hemodinamik
Respon hemodinamik yang terjadi pada pasien hemothorax merupakan sebuah respon multifaktorial di mana manifestasi yang akan terlihat bergantung pada jumlah dan kecepatan dari perdarahan yang terjadi. Respon yang dapat muncul adalah takikardi, takipnea, serta penurunan tekanan darah. Apabila kehilangan darah mencapai 750-1500 mL, pasien akan masuk dalam kondisi syok.[1,6]
Respon Respiratori
Adanya akumulasi darah pada rongga pleura akan mengganggu pergerakan napas normal, bahkan dapat menyebabkan gagal napas. Jumlah darah yang dapat memunculkan simtom tachypnea dan dyspnea pada tiap pasien berbeda-beda tergantung beberapa faktor seperti keparahan cedera dan organ yang terkena cedera.[1,6]
Resolusi Fisiologis
Darah yang masuk ke dalam rongga pleura akan terpengaruh oleh pergerakan diafragma, paru, dan struktur intrathoraks lainnya. Sebagai akibatnya, proses defibrinasi akan terjadi beberapa jam setelah hemothorax. Setelahnya perdarahan berhenti, akan terjadi lisis bekuan darah oleh enzim paru dan meningkatkan konsentrasi protein di cairan pleura. Peningkatan protein tersebut nantinya akan menghasilkan tekanan osmotik positif di dalam rongga pleura dan menarik cairan ke dalam rongga. Proses inilah yang akan membuat perdarahan yang kecil dan asimptomatik dapat berubah menjadi efusi simtomatik.[1,6]
Respon Lambat
Respon lambat dari hemothorax terdiri dari dua stadium patologis akhir yaitu empiema dan fibrothorax.[1,6]
Empiema
Empiema merupakan suatu kondisi di mana terdapat pus di dalam rongga pleura. Keadaan ini umumnya merupakan komplikasi dari retained hemothorax atau hemothorax yang gagal di evakuasi dengan menggunakan kateter interkostal. Kontaminasi dari bakteri pada rongga pleura juga dapat disebabkan oleh cedera pada diafragma dan subdiafragma, akumulasi cairan pada subdiafragma, dan kontaminasi pasca tindakan operatif.
Fibrothoraks
Fibrothoraks dihasilkan dari kumpulan fibrin pada permukaan pleura. Cairan pleura yang tidak di drainase dengan baik akan memicu timbulnya respon inflamasi yang nantinya akan melapisi bagian viseral dan parietal pada pleura. Sel-sel inflamasi tersebut nantinya juga akan melapisi dinding dada dan diafragma sehingga menyebabkan lung entrapment dan terjadi restriksi fungsi ventilasi dan penurunan volume paru.[1,6]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja