Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Keracunan Methanol general_alomedika 2025-04-11T13:39:03+07:00 2025-04-11T13:39:03+07:00
Keracunan Methanol
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Keracunan Methanol

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis keracunan methanol atau CH3OH diutamakan dari identifikasi peningkatan osmolar gap, asidosis metabolik dan peningkatan anion gap sebagai tanda utama intoksikasi methanol. Pemeriksaan kadar alkohol serum memakan waktu, sehingga tidak diutamakan dalam diagnosis. Pasien dengan keracunan methanol juga dapat datang tanpa gejala atau asimtomatik, terutama sekitar 30 menit sampai 12–24 jam postingesti.[2]

Anamnesis

Penggalian riwayat konsumsi methanol pada pasien yang tidak sengaja mengonsumsinya cukup mudah dilakukan karena umumnya pasien melaporkan sendiri atau ada saksi mata yang dapat memberikan keterangan. Akan tetapi, pasien yang mengonsumsi methanol dengan sengaja cenderung tidak mau mengakui perbuatannya sehingga sulit untuk mendapatkan informasi yang jelas.[2]

Periode laten terjadi sekitar 12–24 jam setelah ingesti methanol, di mana pasien cenderung terlihat normal tanpa tanda dan gejala intoksikasi. Setelah itu, beberapa tanda dan keluhan mulai muncul, tergantung dari onset, dosis, dan rute masuk zat tersebut.

Meskipun periode laten berlangsung selama 12–24 jam, pada beberapa kasus gejala ditemukan dalam 30 menit setelah ingesti. Gejala muncul lebih lama pada pasien yang meminum methanol bersamaan dengan ethanol karena metabolisme ethanol berkompetisi dengan methanol.[2,3]

Beberapa hal yang harus digali pada anamnesis:

  • Waktu mengonsumsi alkohol. Pasien yang datang dalam kurun waktu 12-24 jam setelah ingesti umumnya terlihat normal
  • Gangguan neurologis, misalnya nyeri kepala, hiperventilasi, gangguan koordinasi motorik, depresi sistem saraf pusat, koma

  • Kehilangan penglihatan. Keluhan yang pertama muncul adalah penurunan ketajaman penglihatan, yang berlanjut pada pandangan kabur, fotofobia, halo vision, hingga kebutaan

  • Percobaan bunuh diri

  • Riwayat penyalahgunaan alkohol atau inhalan[2,4,5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan visus. Adapun gejala klinis yang paling sering ditemukan pada keracunan methanol adalah:

  • Gangguan hemodinamik, seperti takikardia, takipnea, hipertensi

  • Gangguan pernapasan, seperti distress pernapasan, edema paru

  • Gangguan irama dan kontraksi jantung, seperti penurunan kontraktilitas jantung, aritmia jantung, gagal jantung

  • Gangguan gastrointestinal, seperti nyeri abdomen dan muntah
  • Gangguan neurologis, seperti nyeri kepala, pusing, letargi, ataksia, penurunan kesadaran hingga stupor dan koma
  • Gangguan penglihatan, seperti hiperemia diskus optikus (pada awal intoksikasi), nistagmus, penurunan respon terhadap cahaya, kebutaan ireversibel akibat atrofi saraf[3,5]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keracunan methanol sangat luas dan mencakup berbagai etiologi yang bisa menyebabkan asidosis metabolik, seperti keracunan salisilat, paracetamol, zat besi, karbon monoksida, sianida, ketoasidosis alkoholik, dan ingesti alkohol lain seperti etilen glikol dan isopropanol.[2,4]

Keracunan Etilen Glikol

Etilen glikol bisa ditemukan di cairan pendingin dan minyak rem. Keracunan etilen glikol mirip dengan keracunan methanol, di mana tidak ditemukan gejala yang spesifik. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan, yaitu:

  • Riwayat paparan dengan cairan antibeku atau minyak rem
  • Hematuria, proteinuria, pyuria, atau kristal kalsium oksalat pada urinalisis akibat akumulasi asam oksalat dalam kondisi asam

  • Kerusakan ginjal akibat akumulasi kalsium oksalat
  • Aritmia jantung, akibat hipokalsemia[4]

Keracunan Isopropanol

Isopropanol atau isopropyl alkohol bisa ditemukan dalam berbagai barang rumah tangga dan hand sanitizer. Gejala pada keracunan isopropanol tidak spesifik, tetapi ketosis tanpa disertai asidosis metabolik merupakan tanda patognomonik keracunan isopropanol.[4]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada keracunan methanol membantu dalam identifikasi asidosis metabolik dan peningkatan antion gap, serta osmolar gap. Pemeriksaan darah juga dilakukan untuk menemukan methanol dengan metode kromatografi, tetapi memakan waktu dan tidak selalu tersedia. Maka dari itu, diperiksa kadar bikarbonat, osmolar gap, dan anion gap. Pencitraan pada keracunan methanol bertujuan untuk menemukan kerusakan struktur otak dengan CT scan kepala dan MRI otak.

Pemeriksaan Kromatografi

Keracunan methanol dapat dipastikan dengan mengukur kadar methanol dalam serum. Konsentrasi methanol dalam plasma diukur menggunakan kromatografi, yang sayangnya tidak tersedia pada seluruh fasilitas kesehatan.[2]

Kromatorafi gas dan cairan secara sensitif mendeteksi methanol dan merupakan pemeriksaan baku emas dalam menentukan kadar methanol dalam darah. Metode enzimatik yang menggunakan formate dehydrogenase dan nicotinamide adenine dinucleotide digunakan untuk mendeteksi kadar format serum. Akan tetapi, metode-metode ini masih sedikit tersedia dan mahal.[9]

Waktu ingesti berpengaruh terhadap konsentrasi methanol dalam darah. Kadar methanol yang negatif dalam darah tidak serta merta menyingkirkan diagnosis. Hal ini dikarenakan apabila metabolisme methanol sudah terjadi, maka bisa didapatkan hasil konsentrasi negatif. Akan tetapi, diagnosis tetap dapat ditegakkan dengan anamnesis riwayat paparan methanol dan pemeriksaan fisik, serta klinis asidosis metabolik dan peningkatan anion gap.[2,4]

Berikut ini adalah klasifikasi tingkat keparahan dari keracunan methanol berdasarkan kadarnya dalam darah.

Tebel 1. Kadar Methanol dalam Darah dan Interpretasinya

Tingkat Intoksikasi Kadar dalam Darah Keluhan
Ringan <0,2 g/L Rasa lelah, mual, nyeri abdomen, nyeri kepala, gangguan penglihatan dan akomodasi
Sedang 0,2–0,5 g/L Muntah, mabuk, diaphoresis, pandangan kabur, takipnea
Berat >0.5 g/L Kesadaran koma, pernapasan cepat dan dangkal, kejang, sianosis sentral dan perifer, hipotensi, papiloedema

Methanolemia >1 g/L adalah letal.

Sumber:  dr. Adrian Prasetio, BA, Journal of Drug Metabolism and Toxicology, 2020[3]

Pemeriksaan Bikarbonat

Apabila pemeriksaan methanol serum tidak tersedia, dapat dilakukan pemeriksaan bikarbonat serial tiap 2–4 jam selama 12 jam. Observasi selama 12 jam dilakukan karena keseimbangan asam-basa masih normal pada pasien yang baru mengonsumsi methanol.

Penurunan bikarbonat dalam darah tanpa etiologi lain yang jelas mengindikasikan akumulasi dari asam sebagai hasil metabolit methanol. Belum ada konsensus mengenai standar nilai bikarbonat yang menunjukkan asidosis berat. Terdapat literatur yang menyatakan kadar bikarbonat serum ≤12 mEq/L dapat dikategorikan sebagai asidosis berat.[4]

Pemeriksaan Osmolar Gap

Pemeriksaan osmolar gap dapat menunjukkan peningkatan segera setelah ingesti methanol. Hal ini dipengaruhi oleh akumulasi substansi yang aktif dalam darah, misalnya alkohol (methanol, etilen glikol), gula (mannitol, sorbitol), lemak, atau protein.

Osmolar gap normalnya berkisar 10–20 mOsm/kgBB/H2O. Seiring berjalannya proses metabolisme methanol menjadi metabolit asam, nilai osmolar gap akan menurun secara progresif dan diiringi oleh peningkatan anion gap. Penurunan osmolar gap dan peningkatan anion gap hingga >16 mmol/L secara simultan mengindikasikan keracunan methanol.[2,4,5,9]

Pemeriksaan Anion Gap

Keracunan methanol patut dipertimbangkan kecurigaan keracunan methanol, disertai osmolar gap yang semakin menurun seiring waktu dan perkembangan asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap.

Kadar anion gap dapat serendah 3 mEq/L pada individu yang sehat. Anion gap mungkin tidak terlihat meningkat pada individu dengan baseline rendah dan tidak terdeteksi meningkat pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi metabolisme methanol.[2,9]

Uji Dipstick

Uji dipstick yang dicampur dengan alkohol oksidase dapat digunakan untuk mendeteksi methanol, ethanol, dan ethylene glycol secara cepat pada darah dan saliva. Methanol yang terdapat dalam cairan tubuh tersebut bereaksi lebih kuat dan memberikan warna yang lebih tajam dibandingkan dengan ethanol.[9]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan terutama pada kondisi penurunan kesadaran. Gambaran CT scan kepala pada keracunan methanol menunjukkan nekrosis putamen bilateral dengan derajat perdarahan yang bervariasi.

Beberapa kelainan lain yang bisa terlihat dari CT scan adalah nekrosis white matter bilateral (hiperintensitas dari white matter subkortikal T2), perdarahan dan nekrosis serebral, edema serebri difus, dan demielinisasi saraf optik. CT scan pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan normal hingga beberapa hari kemudian.[5,6]

Pada MRI otak, nekrosis putamen bilateral dengan atau tanpa perdarahan merupakan temuan klasik dari keracunan methanol. Akan tetapi, tanda ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada kondisi lain, misalnya penyakit Wilson dan stroke.[4,6]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Ashurst JV, Nappe TM. Methanol Toxicity. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482121/
3. Iriate BA, Barba NL, Eguiguren EG, et al. Methanol Intoxication: The Importance of Early Diagnosis. Journal of Drug Metabolism & Toxicology. 2020;11. https://www.longdom.org/open-access/methanol-intoxication-the-importance-of-early-diagnosis.pdf
4. Ng PCY, Long BJ, Davis WT, et al. Toxic alcohol diagnosis and management: an emergency medicine review. Internal and Emergency Medicine. 2018. https://doi.org/10.1007/s11739-018-1799-9
5. Korabathina K. Methanol Toxicity. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview#a6
6. American Journal of Neuroradiology. Methanol Intoxication. AJNR, 2017. http://www.ajnr.org/ajnr-case-collections-diagnosis/methanol-intoxication
9. Kraut JA. Approach to the Treatment of Methanol Intoxication. Am J Kidney Dis. 2016;68(1):161-167. https://www.ajkd.org/action/showPdf?pii=S0272-6386%2816%2930038-5

Epidemiologi Keracunan Methanol
Penatalaksanaan Keracunan Methanol

Artikel Terkait

  • Manifestasi Okular pada Kasus Keracunan Methanol
    Manifestasi Okular pada Kasus Keracunan Methanol
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.