Diagnosis Syok Sepsis
Diagnosis syok sepsis dapat ditegakkan pada pasien sepsis berat dengan hipotensi yang tetap memerlukan terapi vasopressor untuk mempertahankan mean arterial pressure ≥65 mmHg, dan kadar laktat serum >2 mmol/L atau 18 mg/dl walau pasien sudah mendapat resusitasi cairan adekuat.[10,11]
Anamnesis
Dalam mendiagnosis syok sepsis, perlu dilakukan anamnesis lengkap mengenai keluhan pasien, seperti demam, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat operasi. Demam adalah manifestasi sepsis yang paling utama.
Namun, pada pasien-pasien dengan kondisi tertentu, seperti usia tua, pengguna alkohol kronik, dan uremik, seringkali tidak terjadi demam, bahkan dapat mengalami hipotermia.
Agitasi dan penurunan kesadaran merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pasien sepsis, terutama lansia. Pasien imunokompromais dan neutropenia juga dapat memiliki sumber infeksi yang sulit ditentukan.[8]
Gejala pada Sepsis Berat
Pasien dengan syok sepsis akan mengalami gejala sepsis berat, yaitu:
- Gangguan status mental
Oliguria atau anuria
- Hipoksia
- Sianosis[7]
Gejala Syok Sepsis
Selain gejala sepsis berat, pasien syok sepsis akan mengalami gejala hipotensi. Pada kasus syok sepsis yang kompensata pasien bisa menunjukkan gejala berupa ekstremitas hangat dan flash capillary refill.
Pada kasus yang dekompensata, pasien akan mengalami ekstremitas dingin, delayed capillary refill, dan denyut nadi melemah. Jika kondisi ini berlanjut, syok bisa menjadi ireversibel dan berkembang menjadi gagal organ multipel.[7]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu dalam mendiagnosis syok sepsis dan menentukan fokus infeksi.
Tanda-Tanda Vital
Pasien dengan sepsis seringkali mengalami demam, meskipun pada kasus-kasus tertentu tidak terdapat peningkatan suhu hingga hipotermia (pasien lansia, imunokompromais).
Tekanan darah cenderung rendah dengan mean arterial pressure <65 mmHg, hipoksia, takikardia, dan takipnea merupakan manifestasi syok sepsis yang sering ditemukan.
Kardiovaskular
Kelainan pada sistem kardiovaskular yang dapat ditemukan pada pasien syok sepsis antara lain hipotensi, takikardia, akral yang dingin, dan capillary refill time yang memanjang.
Sistem Respirasi
Kelainan pada sistem respirasi seperti takipnea, hiperventilasi, batuk, hemoptisis, ronkhi, egofoni, dan nyeri dada juga dapat ditemukan. Pada saluran napas atas, juga bisa ditemukan manifestasi berupa disfagia, limfadenopati, nyeri tenggorokan, dan trismus.
Gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal, dapat ditemukan nyeri abdomen, penurunan bising usus, diare, distensi, mual, dan muntah. Tanda-tanda perdarahan dalam jumlah besar dari traktus gastrointestinal jarang ditemukan pada sepsis. Pada sistem hepatik, bisa ditemukan kelainan berupa koagulopati, gangguan fungsi hepar, maupun ikterus.
Sistem Saraf
Pasien dengan syok sepsis seringkali mengalami perubahan status mental, mulai dari disorientasi, letargi, hingga koma.
Traktus Urinarius
Kondisi anuria dan oliguria merupakan tanda dari hipoperfusi yang diakibatkan oleh syok sepsis dan merupakan kondisi darurat yang dapat menyebabkan disfungsi organ seperti gagal ginjal akut. Infeksi primer dari sepsis juga dapat berasal dari traktus urogenital.
Sistem integumen
Pada sepsis dapat ditemukan kelainan pada sistem integumen berupa abses, selulitis, ekimosis, petechiae, necrotizing fasciitis, dan limfadenopati regional.
Sistem Endokrin
Hiperglikemia merupakan kondisi yang sering ditemukan pada sepsis (resistensi insulin terinduksi sepsis). Pasien dengan diabetes mellitus seringkali mengalami hiperglikemia, yang merupakan tanda adanya infeksi. Hipoglikemia juga dapat terjadi, meskipun jarang.[6,8]
Diagnosis Banding
Syok sepsis perlu dibedakan dari jenis syok yang lain, termasuk syok hipovolemik, syok kardiogenik, dan syok obstruktif.
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah kondisi perfusi organ inadekuat akibat hilangnya volume intravaskular, misalnya akibat perdarahan atau dehidrasi. Syok hipovolemik bisa terjadi akibat perdarahan gastrointestinal, trauma muskuloskeletal, atau luka bakar.[12]
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh disfungsi jantung yang menyebabkan penurunan kapasitas pompa jantung. Gejala utama syok kardiogenik adalah gangguan kesadaran, agitasi, ekstremitas dingin, dan oliguria. Kematian pada pasien syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh instabilitas hemodinamik, gagal multiorgan, dan inflamasi sistemik.[12]
Syok Obstruktif
Syok obstruktif disebabkan oleh obstruksi pada pembuluh darah besar atau jantung. Walaupun manifestasinya bisa mirip dengan syok kardiogenik, keduanya perlu dibedakan karena terapinya sangat berbeda. Beberapa penyebab dari syok obstruktif adalah tamponade jantung, tension pneumothorax, dan kejadian tromboembolisme.[12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mendiagnosis sepsis dan menemukan fokus infeksi.
Laboratorium
Temuan laboratorium pada kasus syok sepsis antara lain:
- Hiperglikemia
- Leukositosis (leukosit lebih dari 12.000/mm3) atau leukopenia (leukosit kurang dari 4000/mm3)
C-reactive protein atau procalcitonin meningkat lebih dari 2 standar deviasi dari nilai normal
- Azotemia prerenal
- Koagulopati: INR lebih dari 1,5 atau prothrombin time lebih dari 60 detik
Trombositopenia: Platelet kurang dari 100.000/mL
- Hiperbilirubinemia: Total bilirubin lebih dari 4 mg/dL
- Asidosis laktat lebih dari 2 mmol/L atau 18 mg/dl
Dokter juga perlu memikirkan kemungkinan gagal organ yang terjadi, sehingga lakukan pemantauan kardiopulmonal, Glasgow Coma Scale (GCS), keluaran urine, dan urinalisis.[7]
Pengukuran Kadar Laktat:
Kadar serum laktat dapat menunjukkan adanya hipoksia jaringan, yang menggambarkan kelainan perfusi jaringan akibat sepsis. Bila kadar laktat awal meningkat, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang 2-4 jam setelahnya.[1]
Radiologi
Rontgen thoraks bisa dilakukan jika pasien dicurigai mengalami pneumonia atau terjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS). Rontgen ekstremitas bisa menunjukkan adanya udara bebas pada jaringan jika pasien mengalami necrotizing fasciitis.
USG dapat digunakan untuk mengevaluasi limpa dan empedu. CT scan bisa digunakan jika dicurigai terdapat abses abdomen, perforasi usus, ataupun iskemia.[7]
Pemeriksaan Lain
Tergantung dari tingkat keparahan manifestasi klinis dan usia pasien, beberapa pemeriksaan juga mungkin bermanfaat, misalnya pungsi lumbal pada pasien anak yang berusia di bawah 6 minggu untuk mendeteksi ensefalitis atau meningitis.
Pemeriksaan kimia darah yang mencakup fungsi hepar, panel disseminated intravascular coagulation (DIC), dan analisis gas darah bisa bermanfaat dalam memberi informasi terkait keparahan sindrom sepsis yang dialami pasien. Kultur darah juga sebaiknya dilakukan sebelum pemberian antibiotik.[7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja