Penatalaksanaan Syok Sepsis
Penatalaksanaan syok sepsis perlu mencakup pengendalian sumber infeksi, resusitasi untuk memperbaiki perfusi, dan modulasi respon imun pejamu.
Pengendalian Infeksi
Pengendalian infeksi dilakukan dengan pemberian antibiotik empiris dan penanganan sumber infeksi.
Pemberian Antibiotik Spektrum Luas
Pengendalian sumber infeksi dilakukan dengan pemberian antibiotik spektrum luas dalam 1 jam setelah diagnosis. Terapi empirik harus memiliki aktivitas terhadap semua patogen yang mungkin menyebabkan infeksi pada kasus masing-masing pasien.
Pengambilan spesimen kultur sangat penting sebelum pemberian antibiotik untuk mengidentifikasi patogen yang menyebabkan sepsis.
Setelah patogen diidentifikasi menggunakan kultur dan sensitivitas antibiotik ditemukan, maka terapi antibiotik empirik dapat dipersempit atau dihentikan bila pasien tidak mengalami infeksi.
Pemilihan antibiotik dibuat berdasarkan beberapa determinan seperti riwayat penggunaan antibiotik dan infeksi, aktivitas patogen lokal, sensitivitas antibiotik, komorbiditas klinis, dan penyakit yang mendasari.
Pada pasien dengan penyakit kritis yang mengalami demam persisten, inisiasi antifungal empirik direkomendasikan.[1]
Pengendalian Sumber Infeksi
Selain itu, lakukan pengangkatan seluruh jaringan yang terinfeksi atau nekrotik jika dicurigai menjadi sumber infeksi, misalnya pada pasien dengan selulitis, abses, alat medis yang terinfeksi, atau memiliki luka yang purulen.
Kontrol sumber infeksi pada sepsis juga sangat penting, seperti perawatan luka yang terinfeksi, penggantian kateter vena sentral, dan penanganan infeksi intraabdomen.
Resusitasi
Resusitasi harus dimulai segera pada pasien dengan hipotensi atau peningkatan kadar laktat. Resusitasi dilakukan dengan cara:
- Mengembalikan central venous pressure (CVP) dalam kisaran 8-12 mmHg
- Mengembalikan mean arterial pressure (MAP) di atas 65 mmHg
- Mengembalikan saturasi vena cava superior menjadi 70% atau mixed venous saturation menjadi 65%
- Resusitasi cairan dengan kristaloid berupa cairan salin normal atau albumin, serta pemberian koloid hingga 30-80 ml/kg
- Ventilasi mekanik untuk mengurangi kebutuhan metabolik
- Pemberian obat vasoaktif jika resusitasi cairan tidak menghasilkan respon adekuat
Pemberian resusitasi juga harus memperhatikan balance cairan pada pasien agar tidak terjadi overload. Parameter yang menjadi poin penilaian pada resusitasi cairan adalah status hemodinamik, saturasi oksigen, suhu tubuh, dan urine output.[1,3]
Pemberian Obat Vasoaktif
Bila tekanan darah tidak naik setelah resusitasi cairan awal, maka pemberian obat vasoaktif harus dimulai. Agen yang paling umum digunakan adalah norepinefrin, epinefrin, dopamin, fenilefrin, dan vasopressin.
Pedoman Surviving Sepsis Campaign merekomendasikan norepinefrin sebagai obat vasoaktif pilihan pada syok sepsis. Norepinefrin adalah agonis adrenergik alfa yang meningkatkan tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi, tanpa efek yang besar pada kecepatan denyut jantung.
Dopamin sebelumnya digunakan pada syok sepsis sebagai lini pertama, namun ditemukan peningkatan risiko takiaritmia dan rasio mortalitas pada penggunaan dopamin dibandingkan dengan norepinefrin.[4,13]
Modulasi Sistem Imun
Modulasi sistem imun pejamu juga dilakukan dengan pemberian kortikosteroid pada syok sepsis yang memasuki vasoactive-refractory atau pada pasien dengan kadar kortisol < 150 ug/l, serta penambahan vasopressin pada pasien vasoactive-refractory.[7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja