Epidemiologi Hipotiroid Kongenital
Epidemiologi hipotiroid kongenital secara global sekitar 1 dari 2.000−3.000 kelahiran hidup. Sedangkan insidensi di Indonesia sekitar 1 dari 2.513 dari kelahiran hidup.
Global
Angka kejadian hipotiroid kongenital secara global adalah 1:2.000 sampai 1:3.000 kelahiran hidup, di mana angka ini berdasarkan hasil skrining hipotiroid pada semua bayi baru lahir. Sedangkan pada era sebelum skrining hipotiroid kongenital dilakukan rutin pada bayi baru lahir, (akhir 1970 ‒ awal 1980) angka kejadian mencapai 1:6.700 kelahiran hidup.[2,8]
Angka kejadian di beberapa negara Asia Pasifik yang telah melakukan skrining neonatal hipotiroid kongenital secara nasional adalah Singapura 1:3.500, Malaysia 1:3.029, Filipina 1:2.673, China 1:2.468, Australia 1:2.125, Thailand 1:1.809, dan New Zealand 1:960 dari kelahiran hidup.[2,8]
Indonesia
Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir di Indonesia belum terlaksana secara menyeluruh, baru sporadis di beberapa daerah dan rumah sakit tertentu. Program pendahuluan skrining hipotiroid kongenital neonatal di 14 provinsi di Indonesia memberikan insiden sementara 1:2.513 dari kelahiran hidup.[2]
Mortalitas
Hipotiroidisme kongenital tidak menyebabkan kematian secara langsung. Akibat paling serius dari kondisi yang tidak diobati adalah retardasi mental anak. Sedangkan pengobatan yang tertunda dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan linier atau anak pendek, serta kelainan neurologis seperti spastisitas otot, disartria, mutisme, dan autism.[2,3,8]