Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Ikterus Neonatorum Fisiologis general_alomedika 2024-11-20T11:18:29+07:00 2024-11-20T11:18:29+07:00
Ikterus Neonatorum Fisiologis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Ikterus Neonatorum Fisiologis

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Epidemiologi ikterus neonatorum fisiologi berbeda di setiap tempat. Ras dan letak geografi berkorelasi dengan insidensi ikterus neonatorum fisiologis.[10,11,13]

Global

Studi yang telah dilakukan menyatakan bahwa perbedaan etnis dan derajat keparahan ikterus neonatorum memiliki kaitan dengan variasi genetik yang mengatur metabolisme bilirubin.[3]

Epidemiologi ikterus neonatorum fisiologis secara global pernah diteliti oleh Antonio et al terhadap 60 bayi baru lahir (20 bayi di Italia, 20 bayi di Amerika Selatan, 20 bayi di Asia Tenggara). Semua bayi berasal dari kondisi kehamilan normal, dan lahir secara pervaginam. Tidak terdapat inkompatibilitas ABO dan Rh. Kadar bilirubin serum total (TSB) harian yang diperiksa dengan hasil lima bayi baru lahir Italia (25%), enam bayi pada kelompok Asia Tenggara (30%), dan enam bayi pada kelompok Amerika Selatan (30%), mengalami hiperbilirubinemia, yang didefinisikan sebagai kadar bilirubin total ≥12 mg/dl.[11]

Penelitian juga dilakukan terhadap ras kulit hitam, sebanyak 96 pasangan ibu-bayi dilibatkan dalam penelitian ini. Semua bayi dilahirkan secara pervaginam dan tidak ada faktor risiko lainnya seperti prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), ibu dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat penyakit maupun infeksi selama kehamilan hingga persalinan. Prevalensi penyakit kuning neonatal adalah 55,2%. Namun, hanya 10% bayi kulit hitam yang didiagnosis dengan ikterus muncul secara klinis.[13]

Indonesia

Epidemiologi ikterus neonatorum fisiologis di Indonesia berbeda di setiap tempat. Dari Bangsal Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi periode 1 Mei 2013 hingga 1 Juli 2013, didapatkan sebanyak 49 (13,2%) mengalami ikterik dari jumlah total 370 neonatus yang dirawat. Dari jumlah neonatus yang ikterik tersebut, 43 (11,6%) memenuhi kriteria inklusi dan diambil menjadi sampel. Sebanyak 24 (55,8%) merupakan ikterus fisiologis dan 19 (44,2%) merupakan ikterus non-fisiologis.[14]

Dari penelitian yang dilakukan Wayan et al dengan studi cross-sectional retrospective, diperoleh sebanyak 94 neonatus dengan hiperbilirubinemia yang diterapi dengan fototerapi di RSUD Sanglah Bali selama tahun 2017. Hasil penelitian terhadap etiologi hiperbilirubinemia adalah 33 kasus (25,8%) karena breastfeeding jaundice, 23 (18,7%) prematuritas, 13 (10,6%) inkompatibilitas ABO, 11 (8,9%) breast milk jaundice, 6 (4,9%) gastrointestinal malformation, 5 (4,1%) defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD), dan 3 (2,4%) sepsis. Yang termasuk dalam etiologi ikterus neonatorum fisiologis adalah breastfeeding jaundice (25.8%) dan prematuritas (18.7%).[15]

Mortalitas

Mortalitas akibat ikterus neonatorum fisiologis secara pasti tidak diketahui. Jenis ikterus neonatorum fisiologis insidensinya cukup banyak, tetapi jarang memiliki konsekuensi yang serius. Kematian akibat ikterus neonatal fisiologis seharusnya tidak terjadi.[3,16]

 

Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita

Referensi

3. Thor WR Hansen. Neonatal Jaundice. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/974786-overview#a7
10. Hassan Boskabadi, Forough Rakhshanizadeh, and Maryam Zakerihamidi. Evaluation of Maternal Risk Factors in Neonatal Hyperbilirubinemia. 2020. https://www.researchgate.net/publication/339298060_Evaluation_of_Maternal_Risk_Factors_in_Neonatal_Hyperbilirubinemia
11. Antonio A Zuppa, Maria Cavani, Riccardo Riccardi, Piero Catenazzi, Alma Iafisco and Giovanni Vento. Immigrant Newborn and Physiological Jaundice. 2017. https://www.longdom.org/open-access/immigrant-newborn-and-physiological-jaundice-2167-0897-1000258.pdf
13. Hanneke Brits, Jeanie Adendorff, Dyanti Huisamen, et al. The prevalence of neonatal jaundice and risk factors in healthy term neonates at National District Hospital in Bloemfontein. 2018. https://phcfm.org/index.php/phcfm/article/view/1582/2455
14. Reisa Maulidya Tazami, Mustarim, dan Shalahudden Syah. Gambaran Faktor Risiko Ikterus Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013. 2013. https://media.neliti.com/media/publications/70853-ID-gambaran-faktor-risiko-ikterus-neonatoru.pdf
15. Wayan Sulaksmana Sandhi Parwata, Putu Junara Putra, Made Kardana, et al. The characteristic of neonatal hyperbilirubinemia before and after phototherapy at Sanglah Hospital, Denpasar, Bali in 2017. 2019. https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/312/313
16. Sana Ullah, Khaista Rahman, And Mehdi Hedayati. Hyperbilirubinemia in Neonates: Types, Causes, Clinical Examinations, Preventive Measures and Treatments: A Narrative Review Article. 2016. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4935699/

Etiologi Ikterus Neonatorum Fisi...
Diagnosis Ikterus Neonatorum Fis...

Artikel Terkait

  • Pemeriksaan Bilirubin Transkutan untuk Diagnosis Ikterus Neonatorum
    Pemeriksaan Bilirubin Transkutan untuk Diagnosis Ikterus Neonatorum
  • Pengukuran Bilirubin Bayi dengan Aplikasi Smartphone
    Pengukuran Bilirubin Bayi dengan Aplikasi Smartphone
  • Red Flag Ikterus Neonatorum
    Red Flag Ikterus Neonatorum
  • Filtered Sunlight Phototherapy sebagai Terapi Alternatif Ikterus Neonatorum
    Filtered Sunlight Phototherapy sebagai Terapi Alternatif Ikterus Neonatorum
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 Maret 2024, 11:51
Bayi usia 36 hari masih tampak kuning
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin diskusi , ada pasien bayi berusia 36 hari dengan keluhan wajah dan dada masih tampak kuning , keluhan lain - , bayi ASI , menyusu kuat...
Anonymous
Dibalas 27 November 2023, 01:11
Bayi usia 3 hari dengan skor kramer derajat 1, apa wajib dirawat untuk fototerapi?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Anak 3 hari dengan dengan kramer drajat 1, lahir normal pervaginam UK 38-39mgg BBL 2900gr. Mual (-) muntah (-), demam (-) , BAB...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.