Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Ikterus Neonatorum Fisiologis general_alomedika 2024-11-21T15:36:23+07:00 2024-11-21T15:36:23+07:00
Ikterus Neonatorum Fisiologis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Ikterus Neonatorum Fisiologis

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Patofisiologi terjadinya ikterus neonatorum fisiologis adalah peningkatan produksi bilirubin dan rendahnya kapasitas ekskresi hepatik. Bilirubin tak terkonjugasi pada ikterus neonatorum fisiologis biasanya mencapai kadar serum kurang dari 15 mg/dl.[1,3]

Metabolisme Bilirubin

Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir katabolisme heme dan dibentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Sekitar 75% bilirubin berasal dari hemoglobin, tetapi degradasi mioglobin, sitokrom, dan katalase juga berkontribusi. Pada langkah oksidasi pertama, biliverdin dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oxygenase. Proses tersebut juga melepaskan besi dan karbon monoksida. Besi disimpan untuk digunakan kembali, sedangkan karbon monoksida dikeluarkan melalui paru-paru dan dapat diukur dalam napas pasien untuk mengukur produksi bilirubin.[1,3]

Transportasi Bilirubin

Selanjutnya, biliverdin yang larut dalam air direduksi menjadi bilirubin indirek/tak terkonjugasi, yang karena ikatan hidrogen intramolekul, hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomernya yang paling umum (bilirubin IXα Z, Z). Bilirubin tak terkonjugasi bersifat hidrofobik sehingga bilirubin ini diangkut dalam plasma dengan terikat erat ke albumin.

Ketika sampai di hati, bilirubin tak terkonjugasi akan ditransportasikan ke dalam sel hati dan berikatan dengan protein ligandin. Bilirubin yang masuk ke dalam hepatosit akan meningkat jumlahnya seiring dengan tingginya konsentrasi dari protein ligandin. Konsentrasi ligandin rendah pada saat lahir, tetapi akan meningkat pesat di minggu pertama kelahiran. Bilirubin kemudian akan dikonjugasikan oleh enzim uridine diphosphate glucuronyl transferase (UDPGT). Enzim UDPGT memiliki kadar yang rendah pada saat lahir, tetapi kemudian meningkat pada 4–8 minggu setelah lahir.[1,3,7]

Ekskresi Bilirubin

Bilirubin terkonjugasi, yang larut dalam air, diekskresikan ke dalam empedu, kemudian masuk ke saluran gastrointestinal (GI). Sebagian besar bilirubin terkonjugasi diekskresikan melalui tinja setelah dimetabolisme oleh flora bakteri. Beberapa bilirubin terkonjugasi melalui dekonjugasi menjadi bilirubin tak terkonjugasi kembali oleh B-glukuronidase di dalam usus halus bagian proksimal. Bilirubin tak terkonjugasi ini akan diserap kembali ke dalam sirkulasi enterohepatik.[1,3,7]

Siklus enterohepatik adalah siklus yang terdiri dari siklus absorbsi, konjugasi, ekskresi, dekonjugasi, dan reabsorbsi. Proses ini berlangsung sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas pada hari-hari pertama kehidupan.[1,3]

Peningkatan Sekunder Produksi Bilirubin

Hiperbilirubinemia pada neonatus dapat terjadi akibat peningkatan proses degradasi eritrosit janin. Hal ini disebabkan dari umur eritrosit janin yang pendek dan massa eritrosit yang lebih besar pada neonatus.[1,3]

Kapasitas Ekskresi Hepatik Rendah

Kapasitas ekskresi bilirubin hepatik pada neonatus lebih rendah karena konsentrasi ligandin (protein pengikat) yang rendah di dalam hepatosit maupun karena aktivitas enzim (UDPGT) yang rendah. Enzim ini bertanggung jawab untuk mengikat bilirubin dengan asam glukuronat, sehingga membuat bilirubin larut dalam air (bilirubin terkonjugasi/direk).[1,3]

 

Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita

Referensi

1. Betty Ansong-Assoku; Pratibha A. Ankola. Neonatal Jaundice. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532930/
3. Thor WR Hansen. Neonatal Jaundice. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/974786-overview#a7
7. Murray and Richardson. Neonatal Hyperbilirubinemia (Jaundice). 2017. https://www.utmb.edu/Pedi_Ed/CoreV2/Neonatology/Neonatology23.html

Pendahuluan Ikterus Neonatorum F...
Etiologi Ikterus Neonatorum Fisi...

Artikel Terkait

  • Pemeriksaan Bilirubin Transkutan untuk Diagnosis Ikterus Neonatorum
    Pemeriksaan Bilirubin Transkutan untuk Diagnosis Ikterus Neonatorum
  • Pengukuran Bilirubin Bayi dengan Aplikasi Smartphone
    Pengukuran Bilirubin Bayi dengan Aplikasi Smartphone
  • Red Flag Ikterus Neonatorum
    Red Flag Ikterus Neonatorum
  • Filtered Sunlight Phototherapy sebagai Terapi Alternatif Ikterus Neonatorum
    Filtered Sunlight Phototherapy sebagai Terapi Alternatif Ikterus Neonatorum
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 Maret 2024, 11:51
Bayi usia 36 hari masih tampak kuning
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin diskusi , ada pasien bayi berusia 36 hari dengan keluhan wajah dan dada masih tampak kuning , keluhan lain - , bayi ASI , menyusu kuat...
Anonymous
Dibalas 27 November 2023, 01:11
Bayi usia 3 hari dengan skor kramer derajat 1, apa wajib dirawat untuk fototerapi?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Anak 3 hari dengan dengan kramer drajat 1, lahir normal pervaginam UK 38-39mgg BBL 2900gr. Mual (-) muntah (-), demam (-) , BAB...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.