Edukasi dan Promosi Kesehatan Inkompatibilitas ABO
Edukasi dan promosi kesehatan pada inkompatibilitas ABO harus mencakup pentingnya mengetahui golongan darah dan mendapat transfusi sesuai dengan golongan darah pasien. Pada pasien yang akan mendapat transfusi, risiko reaksi transfusi perlu dijelaskan. Sementara itu, risiko timbulnya inkompatibilitas ABO harus disampaikan pada ibu bergolongan darah O yang memiliki janin dengan golongan darah A atau B.[5]
Edukasi Pasien
Edukasi kepada pasien dalam upaya mengurangi angka kejadian inkompatibilitas ABO adalah dengan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya melakukan pencocokan identitas dan golongan darah sebelum dilakukannya pemberian terapi atau tindakan medis.[1,3,5]
Edukasi Mengenai Inkompatibilitas ABO terkait Transfusi
Pasien sebaiknya mengetahui golongan darah mereka dan, jika memungkinkan, golongan darah anggota keluarga dekat, terutama jika memerlukan transfusi darah. Pada pasien yang sudah atau akan ditransfusi, jelaskan mengenai tanda dan gejala reaksi transfusi akut, seperti demam, menggigil, nyeri punggung, sesak napas, dan urin berwarna gelap. Informasikan bahwa meskipun jarang terjadi, reaksi transfusi bisa berbahaya tetapi intervensi medis yang cepat dan tepat biasanya akan dapat mengatasi komplikasi.[1,3,5,7]
Edukasi Mengenai Inkompatibilitas ABO pada Bayi Baru Lahir
Pemberian edukasi terhadap kondisi hemolytic disease of the newborn (HDN) ditekankan kepada orang tua pasien. Wanita hamil dengan golongan darah O harus diberi tahu tentang risiko inkompatibilitas ABO pada bayi baru lahir, terutama jika ayah memiliki golongan darah A, B, atau AB.
Pada pasien yang mengalami ikterus akibat inkompatibilitas ABO, jelaskan pilihan terapi dan apa risikonya, misalnya diare akibat fototerapi. Jelaskan pula bahwa hemolisis yang terjadi bisa menyebabkan anemia, serta jelaskan apa risiko bisa hiperbilirubinemia yang dialami bayi tidak ditangani.[1,3,5,7]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Salah satu langkah pencegahan paling penting adalah melakukan crossmatching sebelum transfusi darah untuk memastikan kesesuaian golongan darah donor dan penerima. Tes ini melibatkan pencampuran sampel darah donor dengan serum penerima untuk melihat apakah terjadi aglutinasi atau hemolisis, yang menandakan ketidakcocokan. Selain itu, penggunaan sistem identifikasi ganda, seperti gelang identifikasi pasien dan label pada kantong darah, dapat membantu mencegah kesalahan identifikasi yang dapat menyebabkan transfusi darah yang salah.
Edukasi dan pelatihan tenaga medis juga merupakan langkah krusial dalam pencegahan inkompatibilitas ABO. Tenaga medis harus dilatih untuk mengikuti protokol yang ketat dalam proses pengambilan sampel darah, pengujian, dan administrasi transfusi. Pengetahuan tentang tanda dan gejala reaksi transfusi serta prosedur penanganannya harus selalu diperbarui.
Pencegahan inkompatibilitas ABO pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan pengelolaan yang hati-hati terhadap ibu hamil yang memiliki golongan darah O, terutama jika ayah dari bayi tersebut memiliki golongan darah A, B, atau AB. Pemantauan kehamilan yang ketat dan tes darah pada bayi segera setelah lahir dapat membantu mendeteksi dan menangani penyakit hemolitik pada bayi baru lahir secara dini.[1,3,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Tyagita Khrisna Ayuningtias