Epidemiologi Inkompatibilitas ABO
Menurut data epidemiologi, angka kejadian inkompatibilitas ABO pada kehamilan diperkirakan mencapai 15–20 % dari setiap kehamilan. Meski demikian, dari jumlah itu hanya 3% yang mensensitisasi janin dan <1% yang mengakibatkan hemolisis berat pada neonatus.[7,11]
Global
Insiden hemolytic disease of the newborn (HDN) karena inkompatibilitas ABO dilaporkan memiliki tingkat yang serupa pada orang kulit putih dan orang kulit hitam. Sebaliknya, angka kejadiannya cukup jarang pada populasi Asia.[1,7]
Sementara itu, di Amerika Serikat, kasus akut hemolitik karena transfusi yang dimediasi oleh imun yang dapat berakibat fatal terjadi pada 1 kasus per 250.000 – 600.000 populasi. Sementara itu, untuk kasus akut hemolitik yang tidak fatal diperkirakan terjadi pada 1 kasus pe 6.000–33.000 populasi.
Kategori anak-anak dengan kategori usia <21 tahun memiliki insiden reaksi transfusi sebesar 6,2 kejadian per 1.000 proses transfusi, dengan jenis kelamin laki-laki memiliki insiden sebanyak 7,9 kejadian per 1.000 dan perempuan 4,3 kejadian per 1000 transfusi. Pada kategori usia dewasa, insiden reaksi transfusi menurun yaitu sebesar 2,4 kejadian per 1.000 proses transfusi dan tidak ada perbedaan risiko berdasarkan jenis kelamin.[3]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai inkompatibilitas ABO di Indonesia. Sebuah studi pendahuluan di RSUPN Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa reaksi transfusi akut terjadi pada 0,5% pasien baik rawat jalan maupun rawat inap. Sementara itu, studi yang lebih baru (2020) di unit transfusi rawat jalan RSUPN Cipto Mangunkusumo melaporkan proporsi reaksi transfusi akut sebesar 1,1%, meskipun tidak dijelaskan lebih lanjut berapa banyak yang berupa inkompatibilitas ABO.[17]
Di banyak negara lain, pedoman dan pelaporan mengenai kejadian reaksi transfusi sudah jelas dan sudah dapat diakses dengan mudah. Di Indonesia, pedoman pelaporan reaksi transfusi sudah ada. Meski demikian, data epidemiologi mengenai kejadian reaksi transfusi secara nasional masih belum tersedia.
Mortalitas
Inkompatibilitas ABO pada transfusi dapat menyebabkan reaksi hemolitik akut yang merupakan reaksi transfusi akut yang berat dan fatal. Individu yang selamat dari reaksi akut ini, berpotensi mengalami gagal ginjal dan disseminated intravascular coagulation (DIC). Risiko kematian juga ikut meningkat bersamaan dengan jumlah volume darah yang tidak kompatibel yang ditransfusikan.
Pada HDN, secara klinis, ikterus yang signifikan (kadar total bilirubin >12 mg/dl) terjadi pada 4% dari kehamilan. Sebagian besar kasus bermanifestasi sebagai hiperbilirubinemia neonatal pada 24 jam pertama kelahiran. Transfusi tukar diperlukan pada 1 kasus per 1.000–4.000 kehamilan.
Sebelum diperkenalkannya intervensi berupa transfusi tukar, angka kematian perinatal mencapai 50% dan setelah ada intervensi menjadi 25%. Lalu, dengan dikenalkannya transfusi intraperitoneal dan intravaskuler, angka morbiditas dan mortalitas berkurang hingga 16%.[3,7,12]
Penulisan pertama oleh: dr. Tyagita Khrisna Ayuningtias