Patofisiologi Inkompatibilitas ABO
Patofisiologi inkompatibilitas ABO melibatkan adanya reaksi dari ikatan antibodi plasma dengan antigen sel darah merah. Pada kasus inkompatibilitas ABO, sebagian besar individu akan secara alami memiliki respon antibodi terhadap antigen ABH walaupun tidak pernah ada riwayat transfusi atau hamil sebelumnya. Respon antibodi ini kemudian menyebabkan proses hemolisis.[1,3,6]
Fenotipe Golongan Darah
Terdapat 4 fenotipe golongan darah yaitu A, B, AB dan O, di mana golongan darah A memiliki antigen A, golongan darah B memiliki antigen B, golongan darah AB memiliki antigen A dan B namun golongan darah O tidak memiliki antigen keduanya. Sistem imunitas tubuh membentuk antibodi untuk melawan apapun antigen yang tidak dimiliki individu, yang mana orang dengan golongan darah A membentuk anti-B, golongan darah B membentuk anti-A, golongan darah AB tidak memiliki antibodi keduanya, sedangkan O memiliki anti-A dan anti-B.[1]
Inkompatibilitas ABO pada Kehamilan
Inkompatibilitas ABO pada kehamilan terjadi pada ibu bergolongan darah O yang memiliki janin bergolongan darah berbeda darinya. Anti-A dan anti-B pada ibu bergolongan darah O yang dibentuk oleh imunoglobulin G (IgG), dapat dengan mudah menembus sawar plasenta dan menyebabkan hemolisis.[1,2,7,8]
Inkompatibilitas ABO pada Transfusi Darah
Patofisiologi inkompatibilitas ABO terkait transfusi darah terjadi apabila seseorang mendapatkan sel darah merah yang tidak kompatibel sehingga antibodi dalam sirkulasi mengikat antigen ABH dan mengaktivasi komplemen yang mengakibatkan hemolisis. Kondisi ini disebut sebagai reaksi transfusi hemolitik akut. Reaksi hemolitik ini dapat dimediasi oleh imun maupun non-imun.
Reaksi hemolitik yang dimediasi oleh imun, disebabkan oleh peranan IgM anti-A, anti-B atau anti AB yang menyebabkan hemolisis intravaskuler yang diperantarai oleh aktivasi komplemen dan berpotensi fatal. Sementara itu, reaksi hemolitik non-imun, disebabkan oleh IgG, rhesus, Kell, Duffy, atau non-ABO lainnya.[3–6]
Inkompatibilitas ABO pada Transplantasi Organ
Pada transplantasi organ, seperti transplantasi ginjal, inkompatibilitas ABO terjadi karena sel endotel tidak sesuai dengan model eritrosit yang memiliki keterbatasan yaitu mempunyai luas permukaan yang kecil. Area endotelium yang lebih besar pada transplantasi organ dapat menyerap sebagian besar atau semua antibodi dari darah. Kondisi ini mengakibatkan endapan antibodi yang membuat kepadatan antibodi lebih rendah dari permukaan sel endotel.
Pada kondisi yang optimal, satu molekul imunoglobulin M (IgM) yang berikatan dengan permukaan eritrosit dapat memicu aktivasi komplemen sampai batas yang dapat menyebabkan lisisnya eritrosit, dan pada kondisi inkompatibilitas ABO ini, peran IgM mendominasi.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Tyagita Khrisna Ayuningtias