Diagnosis Inkompatibilitas Rhesus
Diagnosis pada inkompatibilitas rhesus (Rh) meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi riwayat paparan dengan Rh positif. Pada pemeriksaan fisik, inkompatibilitas rhesus tidak memberikan tanda yang signifikan pada ibu, namun dapat tampak pada janin dalam bentuk anemia ringan sampai hydrops fetalis. [17] Pemeriksaan penunjang diawali dengan menentukan golongan darah serta tipe Rh ibu. Apabila ibu memiliki Rh negatif, maka perlu dilakukan pengecekan rhesus ayah. [7]
Anamnesis
Hal yang harus digali dalam penegakan diagnosis inkompatibilitas Rh adalah riwayat transfusi, tipe rhesus ibu, tipe rhesus ayah, riwayat kehamilan sebelumnya (termasuk riwayat abortus dan kehamilan ektopik), riwayat pemberian Rh IgG, riwayat trauma selama kehamilan, adanya perdarahan atau discharge vagina, dan riwayat tindakan selama kehamilan seperti amniocentesis, cordocentesis, dan pengambilan sampel chorionic. Hal-hal tersebut adalah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya inkompatibilitas rhesus. Selain itu, juga perlu digali segala tindakan profilaksis dan pengobatan yang sudah dijalani pasien. [4]
Pemeriksaan Fisik
Seperti yang dikatakan sebelumnya, inkompatibilitas rhesus tidak memberikan gejala dan tanda yang jelas pada ibu hamil. Evaluasi pada ibu mencakup tanda vital dan survei jalan napas dan sistem kardiovaskular untuk memastikan ibu dalam keadaan stabil. Pada kondisi di mana dicurigai terjadi trauma abdomen atau pelvis, lakukan inspeksi adanya hematoma atau bukti perdarahan fetomaternal lainnya.
Pada bayi, dapat timbul keadaan yang disebut dengan hemolytic disease of the newborn (HDN). Ketika ibu dengan Rh negatif melahirkan, lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada bayi segera setelah stabilisasi inisial. Temuan pemeriksaan fisik pada bayi dapat bervariasi, mulai dari ikterus ringan hingga anemia dengan hydrops fetalis. [4,7,18,19]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada inkompatibilitas rhesus (Rh) meliputi berbagai keadaan yang melibatkan transpor antibodi maternal lewat plasenta ke janin, seperti inkompatibilitas ABO dan Kell system antibodies.
Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas ABO terjadi pada janin dengan golongan darah A atau B dengan ibu golongan darah O. Ibu dengan golongan darah O memiliki IgG anti-A dan anti-B, sehingga pada saat mengandung anak dengan golongan darah A atau B, maka IgG anti-A atau anti-B yang melewati plasenta akan “menyerang” eritrosit bayi dan menyebabkan hemolisis. Pada inkompatibilitas ABO, karena ibu golongan darah O sebelumnya sudah memiliki IgG anti-A dan anti-B, maka tidak diperlukan fase sensitisasi seperti pada inkompatibilitas Rh. [20,21]
Kell System Antibodies
Kell system antibodies merupakan kasus yang jarang ditemukan. Antigen Kell merupakan salah satu antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit orang dengan Kell positif. Seperti halnya dengan inkompatibilitas rhesus, pada kell system antibodies, ibu memiliki antibodi terhadap antigen Kell. Hal ini akan menyebabkan hemolisis eritrosit janin dan berakhir pada HDN.
Kell system antibodies dapat dibedakan dengan inkompatibilitas Rh dengan melihat adanya antibodi Kell pada darah ibu dan antigen Kell pada darah janin. Seperti halnya dengan inkompatibilitas Rh, pada Kell system antibodies dibutuhkan sensitisasi ibu untuk membentuk IgG anti-Kell. [22]
Selain menyebabkan destruksi eritrosit, IgG anti-Kell juga mensupresi eritropoiesis dengan menyebabkan destruksi eritroid oleh makrofag pada hepar fetus. [23]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada inkompatibilitas rhesus yang terutama adalah golongan darah beserta tipe Rh ibu. Sebenarnya pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada antenatal care (ANC) untuk ibu hamil. Selain itu, dapat pula dilakukan tes skrining Rosette yang dapat mendeteksi alloimunisasi akibat perdarahan fetomaternal. [7,19]
Pemeriksaan Rhesus dan Golongan Darah
Pemeriksaan laboratorium yaitu golongan darah dan tipe rhesus sebenarnya merupakan pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan pada inkompatibilitas rhesus (Rh). Apabila ibu memiliki Rh positif, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Apabila ibu memiliki Rh negatif, rhesus ayah akan diperiksa juga. Apabila ayah memiliki Rh negatif juga, maka kemungkinan untuk memiliki anak dengan Rh positif tidak ada, sehingga risiko untuk mengalami inkompatibilitas rhesus tidak ada. [5,7,18]
Deteksi Perdarahan Fetomaterna
Tes skrining Rosette sering kali menjadi pemeriksaan yang pertama dilakukan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi alloimunisasi yang disebabkan oleh perdarahan fetomaternal, walaupun dalam jumlah kecil.
Apabila kecurigaan klinis terkait adanya perdarahan fetomaternal cukup tinggi, dapat dilakukan tes elusi asam Kleihauer-Betke. Tes ini adalah pengukuran kuantitatif dari sel darah merah fetus di darah maternal. [4]
Coombs Test
Coombs test dapat menunjukkan adanya anemia hemolitik yang diinduksi antibodi. Hal ini mampu membantu mengarahkan kecurigaan ke inkompatibilitas ABO atau Rh. [4]
Pencitraan
Pada pemeriksaan USG pelvis, bisa tampak ascites dan edema jaringan lunak fetus yang menandakan kondisi inkompatibilitas rhesus yang berat. Apabila terjadi hydrops fetalis, akan tampak edema scalp, kardiomegali, hepatomegali, efusi pleura, dan ascites. [4,5,7]