Patofisiologi Inkompatibilitas Rhesus
Untuk memahami patofisiologi inkompatibilitas rhesus, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai rhesus (Rh) positif dan Rh negatif. Rh positif berarti terdapat antigen rhesus pada permukaan eritrosit seseorang. Sedangkan Rh negatif artinya pada permukaan eritrosit tidak terdapat antigen rhesus.
Sistem imun pada orang dengan Rh positif sudah mengenali antigen permukaan pada eritrositnya, sehingga sistem imun menganggap hal ini sebagai bagian normal tubuh yang tidak perlu diserang.
Lain halnya dengan Rh negatif, di mana tubuh tidak mengenali antigen rhesus pada permukaan eritrosit. Sehingga pada suatu saat, ketika terdapat paparan eritrosit dengan Rh positif di dalam pembuluh darah (misal karena kesalahan transfusi atau mengandung bayi dengan Rh positif), sistem imun pada orang dengan Rh negatif akan mengenali hal tersebut sebagai benda asing yang harus dimusnahkan. Pada keadaan ini, tubuh kemudian membentuk antibodi yang dikenal dengan antibodi anti-D (anti-Rh) untuk memusnahkan eritrosit. [5]
Kehamilan Pertama Ibu dengan Rhesus Positif dan Fetus Rhesus Negatif
Darah ibu dan anak sebenarnya tidak bercampur begitu saja pada saat kehamilan, namun akan berkontak di membran plasenta. Pada ibu dengan rhesus positif, fetus dapat memiliki rhesus negatif maupun positif tanpa harus khawatir karena sel darah fetus tidak akan diserang. Namun, apabila ibu memiliki rhesus negatif sedangkan bayi memiliki rhesus positif, jika eritrosit bayi berkontak dengan darah ibu maka ibu akan membentuk antibodi anti-rhesus (IgG). Hal ini dikenal dengan alloimunisasi rhesus (Rh). [5,6]
Keadaan yang dapat menyebabkan adanya kontak langsung antara darah ibu dan fetus antara lain :
- Proses melahirkan : pada proses melahirkan spontan maupun sectio caesarea, pelepasan plasenta dari dinding rahim dapat menyebabkan sel darah merah janin masuk ke dalam peredaran darah ibu.
- Komplikasi kehamilan : abortus dan perdarahan antepartum misalnya plasenta previa, abrupsio plasenta, vasa previa, dan ruptur uteri
- Prosedur obstetri : versi externa, pengambilan sampel villi chorionic, dan amniocentesis
- Lainnya : trauma, kehamilan ektopik, mola hidatidosa, dan kesalahan transfusi darah [6,7]
Kehamilan Kedua Ibu dengan Rhesus Positif dan Fetus Rhesus Negatif
Seperti pada kehamilan umumnya, ibu akan memberikan imunitas pasif kepada fetus, termasuk antibodi anti-Rh yang terbentuk pada kehamilan pertama. Antibodi anti-Rh ini kemudian akan melewati plasenta dan masuk ke sirkulasi bayi lalu “menyerang” sel eritrosit fetus. Kemudian akan terjadi hemolisis pada eritrosit fetus, yang dikenal pula dengan hemolytic disease of the newborn (HDN). [5,6,8,9]
Hemolisis yang berlebihan akan menyebabkan anemia dan hiperbilirubinemia. Pada keadaan anemia, jumlah eritrosit yang bertugas untuk menghantarkan oksigen berkurang. Sebagai kompensasi, jantung akan bekerja lebih keras dengan memompa lebih keras dan cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Lama-kelamaan dapat terjadi gagal jantung pada fetus. [10]
Hemolisis yang terjadi pada tubuh fetus akan menyebabkan hiperbilirubinemia dan ikterus. Pada HDN, bilirubin yang dikeluarkan terlalu banyak sehingga hepar tidak dapat menyesuaikan untuk melakukan konjugasi, sedangkan lien akan “sibuk” membuat sel darah merah sebagai bentuk kompensasi, sehingga dapat terjadi hepatosplenomegali. Eritrosit imatur akan didapat lebih banyak pada pembuluh darah. [7,10,11]
Bilirubin adalah agen neurotoksik pada bayi, sehingga keadaan hiperbilirubinemia akan mengganggu perkembangan neuron bayi dan menyebabkan kerusakan otak. Ikterus yang disebabkan oleh HDN, biasanya akan muncul pada neonatus di 24 jam pertama kehidupan. [7,10,12]