Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Micropenis general_alomedika 2023-04-06T08:57:19+07:00 2023-04-06T08:57:19+07:00
Micropenis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Micropenis

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Etiologi micropenis secara garis besar disebabkan oleh gangguan hormonal, yaitu hipogonadisme hipogonadotropik, hipogonadisme hipergonadotropik; atau akibat penyebab lainnya, seperti insensitivitas androgen, defisiensi enzim 5α-reduktase, dan idiopatik.

Hipogonadotropik Hipogonadisme

Hipogonadotropik hipogonadisme disebabkan kegagalan atau insufisiensi hipotalamus untuk menyekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang berfungsi untuk menstimulasi kelenjar pituitari. Kelenjar pituitari kemudian akan menyekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).

LH dan FSH berfungsi untuk menstimulasi testis untuk menyekresi hormon yang berfungsi dalam maturasi fungsi reproduksi. Insufisiensi hipotalamus ini dapat menyebabkan hormon yang dihasilkan pituitari tidak cukup untuk menstimulasi testis.[1,5]

Beberapa kelainan yang masuk dalam kategori ini, antara lain:

Sindrom Kallman

Pada Sindrom Kallman terjadi kegagalan hipotalamus untuk menyekresi GnRH sehingga terjadi defisiensi hormon seks. Sindrom ini ditandai dengan micropenis, gangguan pendengaran, osteoporosis, anosmia, dan hiposmia (perkembangan tubuh yang tidak adekuat).[2,3]

Prader-Willi Syndrome

Sindrom ini ditandai dengan hiperfagia, obesitas, undesensus testis, retardasi mental, micropenis, perawakan pendek, hipotonia, hipogonadisme, tangan dan kaki yang kecil.[2,4]

Hipogonadisme Hipergonadotropik

Hipogonadisme hipergonadotropik disebabkan oleh kegagalan gonad atau insufisiensi testis primer. Kondisi ini dapat ditemukan pada kelainan seperti disgenesis gonad atau Robinow syndrome; sindrom Klinefelter; trisomi kromosom 8, 13, dan 18; translokasi gen; atau sindrom Poli-X.[1,2,5]

Insensitivitas Androgen

Pada kelainan ini, terjadi gangguan mekanisme kerja androgen pada sel target atau terdapat defek pada gen reseptor androgen. Insensitivitas androgen dapat bersifat parsial atau total.[3]

Defisiensi 5α-reduktase

Hormon testosteron dikonversi menjadi hormon dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5α-reduktase, sehingga enzim ini berperan penting dalam diferensiasi genitalia eksternal laki-laki, termasuk di dalamnya pertambahan panjang penis. [3]

Defisiensi 5α-reduktase disebabkan karena mutasi pada gen tipe 2 5α-reduktase sehingga menyebabkan produksi enzim berkurang. Defisiensi ini juga disebabkan karena defek pada reseptor androgen.[3]

Idiopatik

Pada kondisi ini fungsi aksis hipotalamus-pituitari-testis didapatkan normal.[5]

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko telah diteliti dan diketahui berhubungan dengan micropenis. Studi oleh Gaspan et al mendapatkan bahwa anak yang lahir dari orang tua yang terkena paparan pestisida saat bekerja berisiko 4 kali lebih besar untuk mengalami micropenis, kriptorkismus, dan hipospadia dibandingkan anak yang lahir dari orang tua tidak terpapar pestisida.

Beberapa jenis pestisida seperti organoklorin, polychlorinated biphenyls, bisphenol A, phthalates, dioxins dan furans bersifat estrogenik, dan memiliki aktivitas antiandrogenik. Diferensiasi seksual tergantung pada hormon androgen, sehingga pestisida yang memiliki aktivitas antiandrogen dapat mengganggu diferensiasi seksual.[6]

Studi lain oleh Musti et al mendapatkan bahwa berat badan lahir lebih dari 4.000 gram merupakan faktor risiko terjadinya micropenis. Berat badan berlebih dapat menyebabkan penurunan konsentrasi testosteron yang berfungsi untuk perkembangan penis.[7]

Referensi

1. Hatipoğlu N, Kurtoğlu S. Micropenis: Etiology, Diagnosis and Treatment Approaches. J Clin Pediatr Endocrinol. 2013; 5(4): 217-223.
2. Wiygul J, Palmer LS. Micropenis. The Scientific World Journal. 2011;11:1462-1469.
3. Tsang S. When Size Matters: A Clinical Review of Pathological Micropenis. Journal of Pediatric Health Care. 2010: 24(4): 231-240.
4. Alsaleem M, Saadeh L. Micropenis. StatPearls. [serial on the Internet] 2020. [cited 2020 Oct 09]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562275/
5. Gunasekaran K, Khan SD. Micropenis. Sexual Medicine. 2018: 113-120.
6. Gaspari L, Paris F, Jandel C, et al. Prenatal environmental risk factors for genital malformatons in a population of 1442 French male newborns a nested case-control study. Hum Reprod. 2011; 26(11): 3155-62.
7. Musti IGBDP, Duarsa K, Mahadewa F, Wirata G. Berat badan lahir lebih dari 4000 gram merupakan faktor risiko kejadian micropenis pada bayi baru lahir di Denpasar tahun 2019. Intisari Sains Medis. 2019; 10(3): 604-607.

Patofisiologi Micropenis
Epidemiologi Micropenis
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 23 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.