Penatalaksanaan Micropenis
Penatalaksanaan micropenis memerlukan kerja sama multidisiplin karena kondisi ini dapat merupakan temuan fisik yang dapat berdiri sendiri atau disertai dengan kelainan lainnya. Tim multidisiplin ini meliputi ahli endokrin anak, ahli urologi, ahli genetik, dan juga ahli kejiwaan atau psikolog.[4]
Penatalaksanaan micropenis bertujuan agar pasien memiliki fungsi seksual yang normal, memperbaiki tampilan fisik sehingga dapat meminimalkan rasa malu terkait micropenis, dan memiliki fungsi miksi yang normal pada posisi berdiri. Penatalaksanaan micropenis dapat dibagi dua, yaitu melalui medikamentosa atau pembedahan.[1,2]
Medikamentosa
Medikamentosa yang secara umum efektif dalam memperbesar ukuran penis adalah hormon testosteron. Pemberian terapi hormonal tidak diindikasikan pada kasus penis kecil/small penis, yaitu ukuran panjang penis ≥2,5 SD, tetapi masih di bawah ukuran normal. Pada kasus ini hanya diperlukan observasi.[14]
Testosteron
Pemberian hormon testosteron merupakan terapi yang efektif pada kasus micropenis yang disebabkan oleh defisiensi hormon. Hingga saat ini, belum ada konsensus mengenai rute pemberian, dosis, dan durasi pemberian hormon testosteron dalam penatalaksanaan micropenis. Sebuah studi memberikan testosteron dengan dosis 25 mg setiap tiga minggu sekali selama 3 bulan, secara intramuskular.[1,3]
Tujuan pemberian testosteron jangka pendek ini adalah untuk menilai kemampuan penis dalam merespons hormon testosteron yang diberikan. Kurangnya respons terapi mengindikasikan bahwa terjadi resistensi androgen atau defisiensi reseptor androgen. Testosteron dapat diberikan dalam bentuk testosteron sipionat atau enantat.[1,3,14]
Terapi testosteron sebaiknya diberikan sedini mungkin pada saat bayi atau masa kanak-kanak, karena penurunan reseptor androgen akan terjadi pada masa dewasa awal. Efek samping pemberian testosteron adalah pertambahan usia tulang dan percepatan laju pertumbuhan yang bersifat temporer. Pemberian testosteron yang berlebih dapat menyebabkan penutupan tulang dan memicu pubertas.[1,4,5,14]
Pada beberapa literatur, alternatif rute pemberian testosteron lainnya adalah secara topikal (testosteron 5%) yang diberikan selama 30 hari pada anak usia 5 bulan hingga 8 tahun.[3,5]
Dihidrotestosteron (DHT)
Pada kasus insensitivitas androgen pada pasien prapubertas, pemberian gel 5α- dihidrotestosteron topikal yang diaplikasikan pada bagian periskrotal sebanyak tiga kali sehari selama lima minggu dapat meningkatkan kadar serum DHT.
Pada kasus micropenis yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi, pemberian DHT (0,2–0,3 mg/kgBB satu kali per hari selama 3–4 bulan) dapat memperpanjang penis. Terapi dihidrotestosteron juga dapat diberikan pada kelainan defisiensi 5-α reduktase. [3,4]
Rekombinan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
Rekombinan FSH dan LH dapat dipertimbangkan pada kasus hipogonadotropik hypogonadism. Pemberian terapi rekombinan ini dapat memicu pertumbuhan testis dan dapat sedikit memberikan efek pertambahan panjang penis.
Pemberian terapi rekombinan dalam dosis 20 dan 21.3 IU melalui injeksi perkutan dua kali seminggu selama 6 bulan dikombinasi dengan terapi testosteron dapat memicu pertambahan panjang penis yang sufisien. Efek samping pemberian terapi ini antara lain peningkatan rambut tubuh, pigmentasi, dan mual. [3,4]
Pembedahan
Terapi ini dipertimbangkan bila micropenis tidak mencapai panjang yang adekuat setelah pemberian medikamentosa. Salah satu teknik pembedahan yang digunakan pada micropenis adalah konstruksi penis dan operasi plastik elongasi.
Namun, prosedur ini memiliki banyak risiko, bersifat kompleks, dan dapat menghasilkan luaran fungsi dan kosmetik yang baik. Prosedur genitoplasti juga memiliki risiko, yaitu meninggalkan bekas luka, nyeri, dan penurunan kepuasan seksual.[3,4]
Sirkumsisi hanya dipertimbangkan setelah evaluasi menyeluruh telah dilakukan, jenis kelamin telah ditentukan, dan penatalaksanaan micropenis telah selesai.[8]
Konsultasi
Penatalaksanaan micropenis memerlukan konsultasi dengan ahli endokrin anak dan kerja sama tim dengan berbagai ahli lainnya seperti ahli urologi. Psikolog juga berperan dalam memberikan dukungan selama penatalaksanaan kasus micropenis.[8]