Epidemiologi Omfalokel
Epidemiologi omfalokel atau omphalocele dilaporkan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Kasus kelainan dinding abdomen, seperti omfalokel dan gastroskisis, masuk ke peringkat ke-4 dari 8 jenis kelainan bawaan terbanyak di Indonesia, yaitu 16,14%.[11]
Global
Sebuah penelitian di Amerika Serikat memperkirakan prevalensi omfalokel sebanyak 1,92 kasus per 10.000 kelahiran. Kasus omfalokel lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki daripada perempuan, dengan rasio 1,5:1.
Kasus omfalokel lebih sering terjadi pada ibu hamil yang berusia >35 tahun dan <20 tahun. Pada sebagian besar kasus, bayi dengan omfalokel memiliki kelainan bawaan lain seperti kelainan kromosom (trisomi 13, 18, 21), kelainan muskuloskeletal, penyakit jantung bawaan, dan sindrom nonkromosomal.[3,10]
Indonesia
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia, kelainan bawaan adalah salah satu penyebab kematian bayi. Hasil surveilans yang dilakukan Kementerian Kesehatan RepubIik Indonesia di 28 rumah sakit (18 provinsi), pada periode September 2014 hingga Maret 2018, melaporkan bahwa kelainan dinding abdomen, seperti omfalokel dan gastroskisis, masuk ke dalam peringkat ke-4 dari 8 jenis kelainan bawaan terbanyak di Indonesia, dengan persentase sebesar 16,14%.[11]
Mortalitas
Persentase mortalitas perinatal bayi dengan omfalokel sebesar 30%, biasanya terjadi di usia 28 hari. Tingginya angka mortalitas sangat dipengaruhi oleh keberadaan anomali atau abnormalitas lain. Angka kesintasan pada bayi dengan kondisi omfalokel saja mencapai 90%, sedangkan yang disertai dengan anomali lain sebesar 80%.[12]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini