Penatalaksanaan Omfalokel
Penatalaksanaan pada omfalokel atau omphalocele terbagi menjadi beberapa tahap, hal ini dikarenakan kondisi ini biasanya sudah diketahui sebelum bayi lahir, sehingga penatalaksanaan yang diberikan sifatnya bertahap, yakni dapat dimulai sejak asuhan perinatal, kemudian pada saat kelahiran yakni resusitasi dan manajemen neonates, hingga tindakan operatif.[3,14-17]
Asuhan Perinatal
Asuhan perinatal yang dapat diperhatikan pada kasus bayi dengan omfalokel adalah pemilihan metode persalinan pada bayi. Jenis metode persalinan yang lebih dianjurkan (apakah sectio caesarea atau persalinan pervaginam) hingga saat ini tidak ada.
Hanya saja tindakan sectio caesarea lebih disarankan apabila ukuran omfalokel cukup besar, karena berisiko terjadi trauma pada hepar atau robeknya kantung omfalokel jika persalinan dilakukan pervaginam.[14-17]
Resusitasi dan Manajemen Neonatus
Resusitasi neonatus berupa ABC (airway breathing circulation) segera dilakukan setelah bayi dilahirkan. Karena defek pada omfalokel diselubungi oleh kantung, maka gangguan suhu tubuh dan evaporasi cairan seperti pada bayi dengan gastroskisis jarang ditemukan. Defek omfalokel dapat ditutup dengan kasa yang sudah direndam cairan salin normal yang dihangatkan.[14-17]
Apabila kantung pada omfalokel robek, maka penatalaksanaan akan sama seperti pada bayi dengan gastroskisis, yaitu, saat bayi dilahirkan, bayi harus dibersihkan dan berada dalam keadaan kering dan hangat. Akses intravena untuk dilakukan resusitasi cairan dan pemberian antibiotik profilaksis sudah harus dipersiapkan dan diberikan. Tindakan berikutnya yakni melakukan dekompresi gaster apabila terdapat distensi saluran cerna.[14-17]
Selanjutnya, apabila bayi sudah dalam kondisi stabil, bagian organ intraabdominal yang terpapar dengan lingkungan luar dapat ditutup dengan kasa yang sudah direndam cairan salin normal hangat. Kasa tersebut diletakkan pada sisi tengah dinding abdomen, kemudian bayi diposisikan tidur menghadap ke arah kanan pengusutan mesentery. Lalu, organ yang sudah ditutup, dibungkus dengan plastik.[14-17]
Pembedahan
Tujuan utama dilakukannya tindakan pembedahan atau operatif adalah mengembalikan organ intraabdomen ke dalam rongga abdomen untuk mengurangi risiko kerusakan visera akibat trauma langsung atau peningkatan tekanan intraabdominal. Pilihan yang dapat dipertimbangkan yakni penutupan primer rongga abdomen atau penutupan secara bertahap.[14-17]
Apabila ukuran defek kecil, eksisi atau inversi dari defek dengan penutupan fascia dan kulit dapat dengan mudah dilakukan. Namun, apabila defek berukuran >5 cm, maka reduksi secara berkala menggunakan silo dapat dipertimbangkan. Cara melakukannya adalah 1‒2 kali sehari dengan memendekkan silo dengan ligasi bertahap.[14-17]
Cara lain yang dapat dilakukan yakni Escharotic Therapy. Terapi ini melalui cara epitelisasi gradual dari kantung omfalokel. Terapi ini lebih sering digunakan pada bayi prematur dengan hipoplasia paru, penyakit jantung bawaan, dan anomali penyerta lain.[14-17]
Terapi ini menggunakan silver sulfadiazine yang diberikan secara topikal di atas kantung omfalokel. Setelah dioleskan, maka proses sikasitrasi akan mulai terjadi. Kemudian, silver sulfadiazine akan diganti menjadi fiber sintetik yang fungsinya untuk mempertahankan kantung supaya tetap dalam keadaan kering selama proses epitelisasi berlangsung. Escharotic Therapy dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan.[14-17]
Pada saat epitelisasi selesai, terapi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni tindakan operasi. Selain silver sulfadiazine zat lain yang juga dapat digunakan yakni mercurochrome, povidone iodine, alkohol, silver nitrate, gentian violet, dan aqueous eosin.[14-17]
Terapi Suportif
Terapi suportif mulai diberikan apabila penutupan primer pada pasien omfalokel telah dilakukan. Sebagian besar bayi memerlukan ventilasi mekanik selama beberapa hari, sehingga perlu di rawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Saat itulah, edema pada dinding abdomen dan usus akan mulai berkurang dan tekanan intraabdominal akan menurun.[18,19]
Selang nasogastrik tetap diperlukan untuk dekompresi gaster. Pemberian makanan dapat segera dilakukan apabila nasogastric output tidak lagi bilious (kehijauan), dengan volume minimal, dan fungsi usus sudah kembali normal.[18,19]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini