Etiologi Respiratory Syncytial Virus
Etiologi respiratory syncytial virus atau RSV adalah virus RNA, untai tunggal, beramplop, dan tidak bersegmen. Virus ini termasuk dalam famili Paramyxoviridae, dan genus Pneumovirus. Terdapat dua strain RSV yaitu strain A dan B, yang dibedakan berdasarkan variabilitas genetik dan antigenik pada struktur glikoprotein permukaan.
Terdapat dua jenis glikoprotein permukaan pada RSV, yaitu glikoprotein G dan glikoprotein F. Glikoprotein G berfungsi sebagai protein pelekatan yang berinteraksi dengan sel inang, sementara glikoprotein F berfungsi sebagai protein untuk fusi dengan membran plasma sel.[1–3,6]
Glikoprotein G merupakan target bagi antibodi tubuh dan sangat bervariasi. Variabilitas yang tinggi ini berkontribusi terhadap potensi terjadinya wabah infeksi RSV setiap tahun. Infeksi RSV strain A lebih sering terjadi dan memiliki tingkat transmisi yang sangat tinggi.[1–3,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko infeksi RSV antara lain pada tempat yang memiliki risiko tinggi pajanan seperti tempat penitipan anak atau daycare. Risiko infeksi mencapai 100% pada anak yang belum pernah terinfeksi sebelumnya, dan 60–80% pada anak yang pernah terinfeksi sebelumnya. Selain itu, bronkiolitis dan pneumonia yang disebabkan oleh infeksi RSV lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan, dengan rasio 1,5 : 1.
Faktor risiko lain adalah terdapat lebih dari satu saudara di rumah, ras putih, tinggal di daerah pedesaan, ibu merokok, dan tingkat pendidikan ibu yang rendah. Faktor risiko medis antara lain bila menderita penyakit paru kronis pada bayi prematur, penyakit jantung kongenital, imunodefisiensi, dan pada bayi prematur.[1,2]
Studi kohort di Indonesia oleh Crow et al pada tahun 2021 pada anak usia kurang dari lima tahun mendapatkan faktor risiko bermakna yang berperan terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan bawah akibat RSV. Faktor risiko tersebut antara lain status sosioekonomi yang rendah, kualitas udara lingkungan yang buruk (penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak), dan pajanan terhadap hewan seperti ayam dan kelinci.
Penggunaan minyak tanah dapat menghasilkan zat polutan yang berbahaya bagi tubuh seperti karbon monoksida dan polycyclic aromatic hydrocarbon. Memelihara hewan seperti ayam dan kelinci menyebabkan paparan terhadap debu organik sehingga dapat mencetuskan respon inflamasi pada saluran pernapasan bawah.[7]
Selain faktor-faktor yang dapat meningkatkan potensi terjadinya infeksi RSV, terdapat pula faktor proteksi seperti pemberian air susu ibu (ASI) dan kehadiran imunoglobulin G (IgG) maternal yang diteruskan kepada anak melalui transfer transplasental. Imunoglobulin G dapat memberikan proteksi terutama pada periode awal kehidupan anak, sekitar 4–6 minggu pertama.[2]
Pada orang dewasa, infeksi RSV berat berisiko tinggi terjadi pada kelompok lansia dengan penyakit kronis seperti PPOK, asma, gangguan kardiovaskular, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, gangguan neurologi, gangguan ginjal, gangguan hepar, gangguan hematologi, dan gangguan imun.[2,8]