Penatalaksanaan Respiratory Syncytial Virus
Penatalaksanaan kasus infeksi respiratory syncytial virus atau RSV bersifat simtomatik. Pemberian oksigen diberikan pada pasien dengan hipoksia.[1,2]
Pasien dengan distress napas berat hingga gagal napas memerlukan penggunaan alat ventilasi seperti high flow nasal cannula, continuous positive airway pressure (CPAP), intubasi, hingga penggunaan ventilasi mekanik.[1,2]
Ribavirin
Ribavirin merupakan antivirus yang diketahui dapat digunakan untuk melawan infeksi RSV. Namun, penggunaan ribavirin hingga kini tidak direkomendasikan secara rutin karena biaya yang tinggi. Selain itu, hal ini dikarenakan efikasi, potensi toksisitas, mortalitas, lama penggunaan ventilasi mekanik, dan lama rawat inap akibat penggunaan ribavirin yang masih kontroversial sehingga penggunaannya tidak direkomendasikan secara rutin.[1,4]
Lain-Lain
Pemberian antibiotik tidak diperlukan kecuali terdapat ko-infeksi dengan bakteri, karena pemakaian antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi obat. Terapi lain seperti epinefrin, bronkodilator seperti β-2 agonis, nebulisasi hipertonik salin, epinefrin, atau aerosolized saline diketahui tidak memberikan manfaat bagi pasien. Pemberian antagonis reseptor leukotriene (montelukast) dapat memberikan manfaat pada kasus mengi persisten yang terjadi setelah infeksi bronkiolitis.[1,3]
Indikasi rawat inap untuk pasien dengan infeksi RSV antara lain pasien yang berisiko tinggi mengalami sakit sedang sampai berat, pasien dengan dehidrasi yang memerlukan suplementasi cairan, defisiensi nutrisi berat, saturasi oksigen <92% pada suhu ruang, pasien dengan distress pernapasan berat yang memerlukan bantuan pernapasan, dan riwayat apnea.[1,3]
Bronkiolitis:
Pertimbangan utama untuk anak-anak dengan bronkiolitis akibat RSV adalah apakah takipnea mempengaruhi pemberian nutrisi. Jika anak tidak mampu menyusu, maka ia berisiko mengalami dehidrasi. Penatalaksanaannya adalah dengan oksigen tambahan dan jika diperlukan pemberian nutrisi melalui nasogastric tube (NGT) atau cairan intravena.[1,2]
Antipiretik seperti ibuprofen dan parasetamol dapat diberikan. Kortikosteroid hanya diberikan pada kasus pasien yang disertai dengan asma. Bronkodilator seperti salbutamol tidak dianjurkan untuk bronkiolitis.[1,2]