Prognosis Roseola
Prognosis roseola pada pasien imunokompeten adalah baik. Mayoritas kasus roseola ringan, swasirna, dan jarang menimbulkan komplikasi. Komplikasi seperti ensefalitis, kardiomiositis, kardiomiopati, dan hepatitis dapat terjadi pada pasien imunokompromais.[1-4,6]
Komplikasi
Roseola jarang menimbulkan komplikasi. Meski demikian, demam akibat roseola dapat menyebabkan kejang demam pada anak.
Pada kondisi yang jarang, roseola bisa menimbulkan komplikasi serius. Ini mencakup ensefalitis, kardiomiositis, kardiomiopati, hepatitis, pneumositis, dan trombositopenia.[1-4,6]
Kejang Demam
Sebanyak 10-15% anak dengan infeksi primer Human Herpes Virus (HHV) 6 dapat mengalami komplikasi kejang demam, karena demam yang tinggi, dan akibat kemampuan virus untuk menembus sawar darah otak. Kejang demam pada kasus roseola mungkin berbeda dengan kasus kejang demam yang menyertai infeksi lain, karena kejang umumnya bersifat parsial dan seringkali berkaitan dengan paralisis post-iktal.[1-4,7,11]
Ensefalitis
Ensefalitis akibat infeksi HHV-6 ditemukan pada kelompok risiko tinggi, seperti pasien imunokompromais dan anak usia kurang dari tiga tahun. Post transplantation acute limbic encephalitis (PALE) ditandai dengan demam, perubahan perilaku, kejang, kehilangan ingatan jangka pendek, insomnia, dan abnormalitas lobus temporalis media pada pemeriksaan MRI otak.[1-4,7]
Jantung
Infeksi HHV dapat menyebabkan komplikasi pada jantung, berupa miokarditis dan kardiomiopati. Virus diduga menginfeksi endotel vaskular, dan miosit menyebabkan disfungsi miokardial, diastolik, endothelial, dan gangguan sirkulasi koroner.[1-4,12]
Hepatitis
Komplikasi hepar akibat infeksi HHV-6 dapat berupa hepatitis ringan yang ditandai dengan peningkatan ringan enzim hepar. Meski demikian, dapat pula terjadi komplikasi fatal, termasuk hepatitis fulminan yang memerlukan transplantasi hepar.[1-5]
Prognosis
Roseola merupakan penyakit swasirna yang tidak meninggalkan sekuele. Mayoritas kasus pada individu imunokompeten akan sembuh meskipun tanpa intervensi.
Sebesar 50% reaktivasi virus HHV terjadi pada pasien anak yang menjalani transplantasi sel hematopoetik, dan 20-30% pada anak dengan transplantasi organ. Pada populasi ini, dapat terjadi komplikasi berat yang telah disebutkan di atas.[1-6]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan