Penatalaksanaan Fraktur Gigi
Penatalaksanaan fraktur gigi meliputi restorasi dari jaringan keras gigi dan penyembuhan dari jaringan lunak di sekitar gigi. Proses penyembuhan dapat berlangsung dari beberapa minggu hingga bulan, tergantung dari keparahan dan penyebab trauma. Komponen estetik merupakan salah satu pertimbangan penting dalam pemilihan metode perawatan. Fraktur gigi anterior menurunkan kepercayaan diri, terutama pada remaja, sehingga restorasi gigi anterior penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup.[2-5,17]
Pertolongan Pertama
Pada kasus fraktur gigi karena trauma eksternal, bagian yang terkena cedera dapat diberikan dulu kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan sebelum dilakukan perawatan dental. Jika ada laserasi dan perdarahan pada jaringan sekitar rongga mulut, maka harus dilakukan perawatan luka.[2-4]
Enamel Infraction
Kebanyakan kasus Enamel Infraction tidak memerlukan perawatan. Namun jika retakan cukup parah, dapat dilakukan etsa dan sealing dengan bonding resin untuk mencegah kontaminasi bakteri dan diskolorasi gigi.
Uncomplicated Crown Fracture (Enamel-Only Fracture)
Pada Uncomplicated crown fracture (enamel-only fracture), perlu dilakukan perawatan gigi. Haluskan bagian yang tajam sepanjang lesi fraktur, lalu restorasi bagian yang hilang dengan resin komposit. Disarankan untuk melakukan kontrol setelah 2 bulan hingga 1 tahun untuk melihat kondisi restorasi. Pada gigi sulung, perlu diperhatikan apakah terjadi nekrosis pulpa, periodontitis apikalis, serta gangguan perkembangan akar.
Uncomplicated Crown Fracture (Enamel-Dentin Fracture)
Pada kasus Uncomplicated crown fracture (enamel-dentin fracture), proteksi dentin yang terbuka perlu dilakukan dengan resin komposit atau glass ionomer cement, tergantung pada kedalaman fraktur. Jika dentin yang terbuka diperkirakan dekat dengan pulpa, biasanya tampak warna lebih merah muda, maka disarankan untuk menggunakan calcium hydroxide lining, kemudian dilapisi dengan glass ionomer. Restorasi dapat dilakukan dengan restorasi direct atau indirect komposit, maupun restorasi ceramic crown.
Complicated Crown Fracture (Enamel-Dentin Fracture With Pulp Exposure)
Pada kasus Complicated crown fracture (enamel-dentin fracture with pulp exposure), perawatan fraktur dapat dibedakan menjadi perawatan pulpa dan restorasi gigi.
Perawatan Pulpa
Pulp capping menjadi indikasi jika pulpa terbuka untuk periode yang singkat, dengan kedalaman tidak lebih dari 1,5 mm secara klinis, dan gigi dalam keadaan sehat sebelum trauma, tanpa adanya cedera luksasi.
Partial pulpotomy dapat menjadi pilihan pada gigi yang kontraindikasi menjalani pulp capping. Contohnya adalah pulpa yang terlalu lama terbuka atau diameter yang terlalu dalam. Amputasi pulpa sebaiknya dilakukan sekitar 2 mm di bawah bagian yang terbuka. Partial pulpotomy dapat menjadi perawatan sementara untuk mempertahankan gigi vital selama mungkin. Namun, jika terdapat perkembangan kelainan pulpa, maka disarankan untuk melakukan perawatan saluran akar.
Restorasi Gigi
Restorasi gigi dapat dilakukan dengan direct atau indirect komposit, restorasi ceramic crown, atau pemasangan veneer gigi. Pilihan tergantung dari kondisi klinis gigi. Sebagai contoh, fraktur horizontal yang terjadi pada gigi anterior, dengan catatan struktur dentin yang hilang tidak terlalu banyak, dapat diobati dengan veneer gigi. Jika struktur dentin banyak yang hilang, perawatan jaket mahkota lebih menguntungkan.[15,16]
Crown Root Fracture
Pada kasus crown-root fracture, diperlukan kontrol perdarahan sepanjang prosedur dan pengambilan fragmen gigi yang menutupi akhiran fraktur untuk perawatan yang baik, karena batas akhir dari fraktur biasanya di bawah margin gingiva.
Jika pulpa tidak terbuka dan fraktur hanya sampai pada bagian apikal dari cementoenamel junction (CEJ), maka dentin dapat dilapisi dengan glass ionomer atau resin komposit setelah pengambilan fragmen. Jika pulpa terbuka, maka diperlukan perawatan pulpa seperti pada complicated crown fracture.
Fraktur Akar
Perawatan dari fraktur pada akar gigi meliputi reposisi gigi dengan splint jika terjadi mobilitas. Perawatan saluran akar tidak diperlukan jika fraktur terjadi di bagian servikal dan dapat sembuh dengan sendirinya. Diperlukan pengamatan proses penyembuhan setelah 4 minggu, 6-8 minggu, hingga 4-6 bulan untuk evaluasi kondisi vitalitas dan mobilitas gigi.[2-4,6]
Terapi Lainnya
Selain perawatan gigi yang mengalami mobilitas dengan splint, beberapa perawatan lain mungkin diperlukan sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Gingivektomi dengan atau tanpa Osteotomi
Gingivektomi dan osteotomi diperlukan untuk fraktur yang melibatkan akar gigi, untuk mengakses visual bagian gigi di bawah margin gingiva yang mengalami fraktur.
Perawatan Ortodontik dan Pembedahan
Perawatan ortodontik bisa diperlukan untuk reposisi gigi yang mengalami malposisi, seperti ekstrusi atau intrusi. Perawatan dapat disertai dengan pembedahan jika perlu.
Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi merupakan langkah terapi paling akhir. Ekstraksi dilakukan jika gigi memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Ekstraksi gigi perlu dilakukan dengan trauma minimal ke jaringan sekitar, sehingga tulang dapat sembuh dengan baik dan tidak ada masalah prostetik yang muncul setelah tindakan.
Manajemen Nyeri
Berikan obat antiinflamasi non steroid (OAINS), seperti diklofenak, ibuprofen, dan asam mefenamat, apabila pasien mengalami nyeri.
Mencegah Infeksi
Antibiotik sistemik seperti amoxicillin harus diberikan apabila pasien mengalami avulsi gigi, intrusi gigi, ekstrusi gigi, luksasi lateral, dan trauma dental lain yang berisiko tinggi mengalami endokarditis bakterial.[2-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan