Diagnosis Glukosuria
Diagnosis glukosuria ditegakkan melalui pemeriksaan kadar glukosa urine melalui urinalisis, pemeriksaan reduksi urine, ataupun glukosa kuantitatif urine. Tujuan utama dari diagnosis glukosuria adalah untuk mencari penyebab yang mendasari terdapatnya glukosa dalam urine serta komplikasi potensial lainnya.[2,5,8]
Glukosuria dapat bersifat simptomatik maupun asimptomatik. Kondisi glukosuria sering dikorelasikan dengan gangguan metabolik maupun adanya gangguan pada renal khususnya pada tubulus proksimal. Kedua gangguan tersebut perlu dipertimbangkan pada setiap kasus dengan glukosuria.[2-7]
Anamnesis
Anamnesis yang rinci dapat memberikan informasi penting mengenai etiologi dan faktor risiko glukosuria serta membantu menegakkan diagnosis. Pasien glukosuria dapat simptomatik maupun asimptomatik. Kondisi glukosuria asimptomatik fisiologis dapat dijumpai pada kondisi kehamilan dan pada kondisi yang berhubungan dengan konsumsi karbohidrat monosakarida yang berlebihan. Kondisi glukosuria asimptomatik yang patologis dapat dijumpai pada renal glukosuria primer.[2-8,18]
Beberapa pasien dapat mengeluhkan gejala klasik diabetes mellitus, atau datang dengan keluhan demam, maupun gejala tipikal infeksi saluran kemih. Pasien dengan kondisi glukosuria juga dapat datang dengan keluhan fatigue. Manifestasi klinis pada pasien glukosuria sangat bervariasi tergantung pada penyakit yang mendasari, oleh karena itu perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu pasien yang dapat berpotensi menimbulkan kondisi glukosuria.[2,4,8,13,15]
Gejala yang Berkaitan dengan Keadaan Glukosuria
Pada anamnesis untuk menegakkan diagnosis glukosuria, berikut beberapa kelugan yang perlu ditanyakan:
- Gejala klasik diabetes mellitus: rasa haus yang dirasakan secara terus menerus (polidipsia), rasa lapar yang berlebihan (polifagia), dan frekuensi berkemih yang meningkat diikuti dengan produksi urine yang berlebihan (poliuria)
- Gejala tipikal infeksi saluran kemih: nyeri saat berkemih (disuria), frekuensi berkemih yang sering, sulit memulai berkemih (hesitancy), dan hematuria
- Kondisi umum dan sistemik: demam, malaise, mual, muntah, kelelahan, dan penurunan berat badan.
Dehidrasi: rasa haus, urine yang berwarna kuning gelap, mulut kering dan lengket, serta kram pada otot[4,6,8,13,15]
Riwayat Penyakit
Pada saat anamnesis, dokter perlu menanyakan riwayat penyakit pasien yang terkait dengan kondisi glukosuria, seperti:
- Riwayat kelainan pada fungsi tubulus: aminoasiduria, asidosis tubular ginjal, sindrom Bartter, rakitis yang resisten vitamin D, dan diabetes insipidus nefrogenik
- Riwayat penyakit inflamasi dan infeksi pada renal maupun sistem urinaria: pyelonephritis, nefritis interstisial, dan infeksi saluran kemih
- Riwayat penyakit metabolik: diabetes mellitus tipe II, defek metabolik pada metabolisme gula dan karbohidrat
- Riwayat penyakit herediter dan kelainan genetik seperti sindrom Fanconi, penyakit Wilson, dan renal glukosuria
- Riwayat penyakit autoimun seperti diabetes mellitus tipe I
- Riwayat penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin terutama yang dapat menginduksi glukosuria seperti obat SGLT-2 inhibitor empagliflozin ataupun glukokortikoid dexamethasone[1,2,4,8,11-13,25,27]
Kehamilan
Peningkatan glukosa plasma selama masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya glukosuria. Sekitar 10% wanita hamil pada trimester satu mengalami glukosuria yang terkait dengan peningkatan risiko terjadinya diabetes gestasional. Manifestasi klinis dari pasien dengan diabetes gestasional tidak spesifik dan bersifat asimptomatik, oleh karena itu perlu dilakukan skrining diabetes gestasional pada usia kehamilan 24-28 minggu. Diagnosis diabetes gestasional dapat ditegakkan jika didapatkan peningkatan kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial.[5,18]
Pemeriksaan Fisik
Tidak terdapat temuan pemeriksaan fisik yang spesifik pada kondisi glukosuria. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik glukosuria harus dilakukan secara menyeluruh pada semua tinjauan sistem. Pemeriksaan kondisi umum dan tanda-tanda vital juga harus tetap dilakukan.
Pemeriksaan Oftamologi
Dapat ditemukan adanya katarak dan penurunan visus. Cincin kuning kecoklatan yang terjadi pada sklero-kornea yang dikenal dengan cincin Kayser-Fleischer juga dapat ditemukan pada kondisi glukosuria. Temuan mata yang cekung pada pasien glukosuria umumnya terkait dengan kondisi dehidrasi.[5,8]
Pemeriksaan Toraks dan Abdomen
Pada pemeriksaan toraks, dapat ditemukan adanya kelainan pada pola respirasi pasien seperti tanda pola respirasi Kussmaul, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit diabetes mellitus dengan ketoasidosis diabetik atau asidosis metabolik.[4,6,8]
Pada pemeriksaan abdomen, dapat ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketuk pada regio suprapubik dan nyeri ketuk pada regio costovertebral angle (CVA) yang terkait dengan adanya infeksi dan inflamasi pada renal maupun sistem urinaria.[8,13,15-17,21]
Pemeriksaan Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas inferior, dapat dijumpai adanya ulkus diabetikum yang merupakan tanda infeksi pada ekstremitas inferior pasien dengan diabetes mellitus. Dapat dijumpai juga pulsasi yang lemah atau tidak teraba pada ekstremitas disebabkan karena mikrovaskularisasi yang buruk.[4,6,8]
Pemeriksaan Neurologi
Dapat ditemukan adanya tanda-tanda neuropati sensorik perifer pada pasien, seperti penurunan kemampuan sensori pasien terhadap suhu dan sentuhan serta penurunan refleks tendon.[4,6,8]
Pemeriksaan Integumen dan Selaput Mukosa
Dapat ditemukan penurunan turgor kulit pada pasien glukosuria dengan kondisi dehidrasi sedang berat. Pemeriksaan mukosa mulut dan lidah pada pasien glukosuria tampak kering.[4,8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding glukosuria sangat luas meliputi penyakit metabolik dan gangguan pada fungsi renal yang dapat menyebabkan terdapatnya glukosa pada urin. Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan adalah renal glukosuria, sindrom Fanconi, dan nephropathic cystinosis.[8,27,30]
Renal Glukosuria
Renal glukosuria merupakan suatu kondisi adanya ekskresi glukosa dalam urine dalam jumlah yang dapat dideteksi pada konsentrasi glukosa darah normal tanpa disertai disfungsi tubulus proksimal renal. Penyebab utama renal glukosuria adalah penurunan reabsorpsi glukosa di tubulus renal. Diagnosis renal glukosuria dapat ditegakkan melalui pemeriksaan urine kolektif, dengan mengukur jumlah glukosa yang diekskresikan dalam koleksi urine 24 jam.[1,5,8]
Sindrom Fanconi
Sindrom Fanconi merupakan kumpulan gejala gangguan metabolik yang disebabkan oleh adanya disfungsi pada fungsi tubulus ginjal dalam mereabsorpsi zat-zat yang tidak seharusnya dikeluarkan oleh renal melalui urine. Sindrom Fanconi dapat disebabkan oleh kelainan genetik yang bersifat herediter maupun didapat (acquired).
Pada pemeriksaan urinalisis, dapat dijumpai adanya glukosuria, aminoasiduria, dan urikosuria. Pemeriksaan laboratorium darah pada sindrom Fanconi menunjukkan hipofosfatemia dan hipourisemia.[16,27]
Nephropathic Cystinosis
Nephropathic cystinosis merupakan kelainan resesif autosomal yang disebabkan oleh gangguan transportasi asam amino (sistin) yang keluar dari lisosom. Sistin yang tidak dapat disimpan akan sulit larut dan mengkristal di dalam lisosom pada semua jenis sel, dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ.
Pasien dengan nephropathic cystinosis memiliki gejala demam yang berulang, penurunan nafsu makan, intoleransi terhadap panas, mual, muntah, serta konstipasi. Pasien juga dapat mengalami gejala klasik diabetes mellitus seperti poliuria dan polidipsia. Dehidrasi dan kondisi asidosis metabolik dapat dijumpai pada nephropathic cystinosis.
Pemeriksaan laboratorium darah pada pasien nephropathic cystinosis menunjukkan adanya asidosis metabolik dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan urinalisis dapat menunjukkan osmolalitas yang rendah, glikosuria, dan proteinuria tubular, termasuk generalized amino aciduria.[30]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis glukosuria dapat ditegakkan melalui pemeriksaan urinalisis dengan analisis kimiawi. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan urinalisis lengkap dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis penyakit yang mendasari terjadinya glukosuria.[3,6,17,26]
Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis glukosa kuantitatif dengan sampel urine segar acak (random fresh urine) bertujuan untuk mengukur jumlah glukosa dalam urin. Kondisi glukosuria dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan ditemukan kadar glukosa di atas 25 mg/dl pada urine segar acak.
Pemeriksaan urinalisis dengan analisis visual pada kondisi glukosuria dapat menunjukkan warna urine yang bervariasi mulai dari bening hingga kuning gelap. Warna urine yang gelap pada pemeriksaan urinalisis umumnya berhubungan dengan kondisi glukosuria yang disertai dehidrasi.[3,31]
Pemeriksaan urinalisis dengan analisis kimiawi pada kondisi glukosuria perlu dipertimbangkan untuk mengetahui kandungan zat lain selain glukosa yang terdapat dalam urine. Kandungan zat lain yang dapat ditemukan meliputi protein, keton, dan asam urat.[3,8,31]
Pemeriksaan urinalisis dengan analisis mikroskopik juga diperlukan untuk mengetahui underlying disease dari glukosuria. Pada pemeriksaan urinalisis dengan analisis mikroskopik dapat dijumpai adanya sel hialin, yang mengindikasikankecurigaan terhadap nefropati pada diabetes mellitus. Temuan adanya sel eritrosit, leukosit, maupun sel epitel pada kondisi glukosuria dapat dikaitkan dengan kondisi inflamasi maupun infeksi pada renal seperti pyelonephritis, nefritis interstitial akut, dan nekrosis tubular.[17,21,25,26,31]
Pemeriksaan Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine dilakukan untuk mendeteksi keberadaan glukosa dalam urine dengan menggunakan reagen (Benedict, Fehling, dan Nylander). Pemeriksaan reduksi negatif ditandai dengan tidak terdapatnya perubahan warna pada urine yang telah dicampur dengan reagen yang menandakan tidak terdapatnya glukosa pada urine.[31,32]
Hasil positif pada pemeriksaan reduksi urine dapat terjadi terkait dengan penggunaan obat kortikosteroid dan thiazide yang disertai dengan peningkatan kadar glukosa plasma, serta penggunaan obat SGLT-2 inhibitor.
Konsumsi vitamin C dosis tinggi juga berpengaruh secara signifikan terhadap kadar glukosa urine pada pemeriksaan reduksi urine.[22-24,32-33]
Tabel 1. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Reduksi Urine
Hasil | Interpretasi |
Negatif | Cairan tetap berwarna biru jernih, dapat berwarna hijau sedikit keruh |
1+ | Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%) |
2+ | Kuning kehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%) |
3+ | Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%) |
4+ | Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%) |
Sumber: dr. Eva Naomi, 2022.[32]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pemeriksaan laboratorium lain yang mungkin diperlukan pada kondisi glukosuria meliputi pemeriksaan gula darah puasa, gula darah post prandial, glukosa sewaktu, kadar serum elektrolit, analisis gas darah, fungsi renal, dan asam urat. Pemeriksaan laboratorium tersebut bertujuan untuk menentukan etiologi dari glukosuria serta meminimalisasi komplikasi yang dapat terjadi.[3,8]