Epidemiologi Myasthenia Gravis
Data epidemiologi global memperkirakan myasthenia gravis mempengaruhi 2,1 sampai 5,0 per 1 juta orang per tahun. Data epidemiologi myasthenia gravis di Indonesia belum diketahui.[2,3]
Global
Insidensi keseluruhan myasthenia gravis diperkirakan 2,1 sampai 5,0 per juta orang per tahun. Sekitar 15-20% pasien yang menderita myasthenia gravis mengalami krisis, biasanya dalam 2 tahun pertama diagnosis.
Insidensi myasthenia gravis pada wanita bersifat bimodal, dengan puncak insidensi sekitar usia 30 tahun dan 50 tahun. Pada pria, insidensi meningkat seiring bertambahnya usia, dan puncaknya di usia 60-89 tahun.
Sekitar 10% kasus myasthenia gravis terjadi pada anak-anak (onset sebelum usia 18 tahun). Myasthenia gravis dapat mengenai individu dari semua ras dan etnis. Perbandingan tingkat kejadian pada wanita dan pria adalah 3:2, dengan predominasi wanita pada dewasa muda dan laki-laki pada dewasa tua.[2,3,5]
Indonesia
Epidemiologi myasthenia gravis di Indonesia belum diketahui.[6]
Mortalitas
Tingkat mortalitas myasthenia gravis telah menurun drastis sejak ditemukannya inhibitor asetilkolin esterase, imunosupresan, immunoglobulin intravena, dan alat bantu napas. Saat ini, angka mortalitas myasthenia gravis berkisar 5-9%. Pada pasien dengan krisis myasthenia gravis, angka mortalitas diperkirakan sebesar 4,7%. Faktor utama penyebab kematian adalah usia lanjut dan gagal napas.[2,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta