Prognosis Myasthenia Gravis
Sejak adanya terapi inhibitor asetilkolinestrase, prognosis myasthenia gravis baik. Pasien dapat memiliki rentang hidup yang serupa dengan orang tanpa myasthenia gravis. Komplikasi myasthenia gravis meliputi komplikasi akibat penyakit seperti krisis miastenik dan komplikasi akibat terapi.[1,3,4]
Komplikasi
Komplikasi myasthenia gravis dapat dibagi menjadi komplikasi akibat penyakit itu sendiri ataupun komplikasi dari terapi.[1,3]
Komplikasi Penyakit
Komplikasi berupa krisis miastenik dapat terjadi sekunder akibat infeksi, stres, atau penyakit akut. Komplikasi terkait kelemahan otot pernapasan, seperti pneumonia aspirasi dan gagal napas juga dapat terjadi dan merupakan salah satu penyebab mortalitas pada pasien.
Krisis myastenik adalah hasil perburukan penyakit yang bisa menyebabkan kematian karena gagal napas dan quadriparesis dalam hitungan jam. Pneumonia aspirasi karena kelemahan otot orofaring adalah salah satu faktor yang berkontribusi.[1,3]
Komplikasi Terapi
Komplikasi akibat terapi meliputi efek samping penggunaan steroid jangka panjang seperti osteoporosis, hiperglikemia, katarak, peningkatan berat badan, hipertensi, dan nekrosis avaskular pada panggul. Terapi dengan imunosupresan jangka panjang juga meningkatkan risiko keganasan limfoproliferatif dan infeksi oportunistik.
Penggunaan inhibitor kolinesterase juga dapat mengakibatkan krisis kolinergik. Gejala krisis kolinergik antara lain kram, lakrimasi, hipersalivasi, kelemahan otot, fasikulasi otot, paralisis, diare, dan pandangan kabur.[1,3]
Prognosis
Dengan banyaknya pilihan terapi saat ini dan tersedianya perawatan suportif di ICU ketika dibutuhkan, mayoritas pasien myasthenia gravis memiliki angka harapan hidup mendekati normal dan dapat beraktivitas normal atau mendekati normal. Tingkat mortalitas sebesar 3-4% dengan faktor risiko utama usia >40 tahun, riwayat penyakit progresif dalam waktu singkat, dan timoma.
Pada pasien myasthenia gravis generalisata, titik nadir kelemahan maksimal biasanya tercapai dalam 3 tahun pertama. Separuh kematian terjadi dalam rentang waktu tersebut. Pasien yang berhasil melewati 3 tahun pertama biasanya mencapai steady state atau menunjukkan perbaikan. Sekitar 50% pasien yang menjalani timektomi dapat mencapai remisi stabil jangka panjang.[3,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta