Pendahuluan Distosia Bahu
Distosia bahu adalah kondisi persalinan di mana bahu bayi gagal dilahirkan secara spontan setelah kepala lahir. Penyebab utama distosia bahu adalah ukuran bayi yang lebih besar daripada ukuran panggul ibu atau yang sering disebut cephalopelvic disproportion (CPD), ukuran diameter panggul ibu yang kecil, dan malpresentasi janin.[1,2]
Distosia bahu merupakan salah satu bentuk distosia (persalinan macet), yang termasuk dalam kegawatdaruratan obstetri sehingga dibutuhkan keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat untuk menghindari komplikasi yang terjadi. Diagnosis distosia bahu berdasarkan tubuh bayi yang tidak kunjung lahir setelah kepala lahir, meskipun kontraksi uterus baik. Selain itu, ada turtle sign atau kepala bayi tertarik masuk kembali ke perineum setelah keluar dari vagina, disertai pipi bayi yang menonjol keluar.[1,2]
Faktor risiko distosia bahu yang harus diwaspadai di antaranya riwayat diabetes melitus pada ibu hamil, riwayat melahirkan bayi makrosomia (>4.000 gram), riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, dan obesitas.[2]
Penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan dalam distosia bahu. Hal ini untuk mencegah timbulnya komplikasi bahkan kematian, baik pada bayi maupun ibu. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik antara dokter kandungan dan bidan dalam melakukan berbagai tindakan dan manuver untuk menolong persalinan dengan distosia bahu.[1,2]