Etiologi Distosia Bahu
Etiologi distosia bahu pada umumnya adalah ukuran bayi yang terlalu besar, panggul ibu yang terlalu sempit, dan malpresentasi janin. Ukuran bayi yang terlalu besar ini sering dihubungkan dengan ibu yang memiliki riwayat diabetes melitus atau riwayat melahirkan bayi makrosomia pada persalinan sebelumnya.[2,6]
Etiologi
Distosia bahu termasuk dalam persalinan macet atau distosia. Distosia berhubungan dengan faktor 3P, yaitu passage (jalan lahir), passenger (bayi), dan power (tenaga).[6]
Passage
Passage atau jalan lahir merupakan jalur yang harus dilewati bayi pada saat proses persalinan. Jalan lahir ini pun harus memiliki ruang cukup agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Namun, beberapa ibu memiliki ukuran panggul yang sempit, sehingga terjadi cephalopelvic disproportion (CPD) yang diikuti dengan distosia bahu.[2,6]
Passenger
Passenger adalah bayi yang terlalu besar (>4.000 gram) menjadi penyebab utama terjadinya distosia bahu. Meskipun memiliki ukuran dan bentuk panggul yang kompeten untuk melahirkan per vaginam, risiko terjadinya distosia bahu pada bayi besar tidak dapat disingkirkan.[6]
Power
Power berhubungan dengan tenaga ibu untuk melahirkan. Ibu harus diberi pengetahuan mengenai cara mengejan yang benar agar tidak terjadi persalinan macet. Selain itu, pemberian obat perangsang seperti oksitosin maupun analgesik selama persalinan juga bisa memengaruhi tingkat dan kualitas his pada ibu.[6]
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan distosia bahu. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi antepartum dan intrapartum.
Faktor Risiko Antepartum
Faktor risiko antepartum dapat diketahui saat usia kehamilan >24 minggu. Kondisi yang dapat menyebabkan distosia bahu di antaranya riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, usia ibu ≥35 tahun, ibu menderita diabetes melitus ataupun diabetes gestasional, indeks massa tubuh (IMT) ibu hamil >30, kehamilan postterm, CPD, dan rencana induksi persalinan.[1,7]
Faktor Risiko Intrapartum
Faktor risiko intrapartum baru diketahui saat berlangsungnya proses persalinan, yang meliputi pemanjangan kala I persalinan normal, tidak ada kemajuan dalam pembukaan persalinan, augmentasi oksitosin, persalinan pervaginam dengan bantuan instrumen, dan penggunaan analgesik epidural selama persalinan.[2,7]