Epidemiologi Distosia Bahu
Epidemiologi atau angka kejadian distosia bahu cenderung bervariasi di berbagai negara, tetapi tampaknya mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Variasi angka ini dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dari kasus distosia bahu, yang seringkali tidak dilaporkan.[8]
Global
Epidemiologi distosia bahu berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) adalah 0,6‒1,4% dari semua persalinan pervaginam. Angka kejadian ini bervariasi dari 1/750 kelahiran hingga 1/15 kelahiran.
Prevalensi distosia bahu tergantung dari berat badan lahir, yaitu 0,6‒1,4% sering pada bayi 2.500‒4.000 gram dan meningkat menjadi 5‒9% pada bayi 4.000‒4.500 gram yang lahir dari ibu tanpa diabetes melitus.[2,3]
Indonesia
Angka kejadian distosia bahu di Indonesia adalah 1‒2 per 1000 kelahiran, di mana pada persalinan dengan bayi >4.000 gram mencapai 16 per 1000 kelahiran.[9]
Mortalitas
Distosia bahu dapat menyebabkan komplikasi, baik kematian janin, neonatus, maupun maternal. Mortality rate akibat distosia bahu secara global belum dapat dipastikan, tetapi sebuah studi berbasis populasi pada tahun 2012 menyebutkan bahwa distosia bahu merupakan faktor independen dalam meningkatkan mortalitas perinatal hingga 11,1 kali.[10,11]
Rata-rata mortalitas diperkirakan 0,4‒0,5% dari keseluruhan persalinan dengan komplikasi distosia bahu. Penyebab kematian dicurigai akibat hipoksia akut atau trauma fetal ketika persalinan.[10,11]
Sementara itu, risiko kematian ibu melahirkan dengan distosia bahu berhubungan dengan komplikasi perdarahan pasca melahirkan dan ruptur uterus.[22]