Epidemiologi Endometritis
Data epidemiologi endometritis menunjukkan bahwa angka kejadian meningkat pada persalinan secara sectio caesarea. Di Indonesia, angka kejadian endometritis belum diketahui.[3,5]
Global
Dalam sebuah meta-analisis yang bertujuan untuk mengetahui insidensi endometritis secara global, dilakukan evaluasi hasil dari 99 studi pada 57 negara. Dalam meta analisis ini, insidensi gabungan endometritis dilaporkan sebesar 1,4%.[5]
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa insidensi endometritis setelah persalinan pervaginam sebesar 1-3%. Setelah persalinan sectio caesarea, insidensi endometritis bervariasi antara 13% hingga 90%, tergantung pada faktor risiko yang ada dan apakah profilaksis antibiotik perioperatif diberikan. Pada populasi nonobstetrik, endometritis dilaporkan terjadi pada 70-90% kasus salpingitis.[3]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi pasti mengenai angka kejadian endometritis di Indonesia. Meski demikian, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual menyebutkan bahwa di antara wanita yang terinfeksi chlamydia dan tidak diterapi, 10-40% akan mengalami komplikasi radang panggul termasuk endometritis.[6]
Mortalitas
Laju mortalitas endometritis akibat keterlambatan pengobatan mencapai 17%, tetapi pengobatan dini dapat menurunkan angka kematian hingga 2%. Mortalitas terkait endometritis telah dilaporkan meningkat hingga 25 kali lipat pada pasien yang menjalani sectio caesarea.[7]
Endometritis juga dilaporkan berkaitan dengan infertilitas. Prevalensi endometritis kronik dilaporkan pada 2,8% hingga 56,8% wanita infertil; 14% hingga 67,5% wanita dengan kegagalan implantasi berulang; serta 9,3% hingga 67,6% wanita dengan keguguran berulang.[15]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani