Patofisiologi Kista Dan Abses Kelenjar Bartholin
Patofisiologi kista Bartholin adalah akibat saluran keluar dari kelenjar Bartholin tersumbat. Sumbatan ini diawali karena proses infeksi pada kelenjar Bartholin yang mengakibatkan peradangan saluran kelenjar Bartholin, bahkan bisa terjadi perlengketan.[1,3,10]
Kista Bartholin
Akibat saluran Bartholin yang tersumbat, maka cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Bartholin menjadi terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Karena kelenjar terus menerus menghasilkan cairan, maka lama kelamaan kista semakin membesar dan tekanan di dalamnya semakin meningkat. Dinding kista akan mengalami peregangan dan mengakibatkan penekanan pada jaringan saraf sekitar, sehingga memicu mediator inflamasi. Akibat peregangan pada dinding kista ini juga, pembuluh darah pada dinding kista akan terjepit dan mengakibatkan bagian yang lebih dalam mengalami penurunan perfusi darah sehingga dapat terjadi nekrosis.[11,12]
Abses Bartholin
Sedangkan patofisiologi abses kelenjar Bartholin apabila infeksi yang berkepanjangan membuat terjadinya pembusukan, sehingga cairan dalam kista menjadi nanah dan menimbulkan rasa sakit. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai dengan demam.[2,13]
Kelenjar Bartholin berfungsi dalam sekresi cairan / lendir untuk lubrikasi vagina. Cairan sedikit membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita. Mukosa kelenjar Bartholin dilapisi oleh sel epitel kubus. Cairan ini mengalir ke dalam duktus yang dilapisi oleh sel epitel transisional. Duktus ini bermuara di antara labia minora dan hymen, bagian ini terdiri atas sel epitel skuamosa. Kelenjar Bartholin dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma.[3,4]