Diagnosis Kista Ovarium
Diagnosis kista ovarium biasanya ditegakkan secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan USG pada pasien atau pada saat pasien melakukan pemeriksaan pelvis rutin. Hal ini karena kebanyakan pasien dengan kista ovarium tidak mengalami gejala.
USG merupakan pemeriksaan pilihan awal untuk mendiagnosis kista ovarium. Walaupun tidak spesifik, pemeriksaan penanda cancer antigen 125 (CA-125) adalah pemeriksaan darah yang bisa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kanker ovarium pada pasien dengan kista. Pemeriksaan histologis diperlukan untuk mengetahui jenis kista ovarium.[1-4,10]
Anamnesis
Pasien dengan kista ovarium seringkali tidak menunjukkan gejala apapun (asimtomatik). Keluhan yang mungkin dirasakan adalah rasa nyeri atau sensasi tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, terutama di sisi ovarium di mana kista tersebut berada. Keluhan akan memberat jika ukuran kista membesar, terjadi komplikasi seperti torsio ovarium atau ruptur kista, dan jika pada kista ovarium ganas sudah mencapai stadium lanjut.
Pada nyeri yang mendadak, unilateral, dan tajam, perlu dipikirkan kemungkinan terjadinya ruptur kista. Hal ini dapat berhubungan dengan riwayat trauma, olahraga, atau koitus. Selain itu, pada dugaan kista ovarium ke arah keganasan, riwayat keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker payudara juga perlu ditanyakan.
Selain nyeri, pasien dapat mengalami rasa tidak nyaman saat koitus, khususnya pada saat penetrasi yang dalam. Pasien juga bisa mengeluhkan sering kencing akibat tekanan pada kandung kemih. Pada pasien endometrioma dapat terjadi dismenore dan dispareunia.
Siklus menstruasi mungkin tidak teratur dan perdarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Interval intermenstruasi dapat memanjang, diikuti oleh menoragia. Pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik dapat terjadi hirsutisme, infertilitas, oligomenorea, obesitas, dan acne. Beberapa pasien dapat mengalami tenesmus.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital sangat penting dilakukan apalagi jika terjadi komplikasi ruptur kista dan torsio ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya syok hemoragik atau syok neurogenik pada pasien.
Pada pemeriksaan palpasi, kista yang berukuran besar mungkin dapat teraba pada abdomen. Namun, pada pasien obesitas, hal tersebut sulit dilakukan.
Ovarium normal dapat teraba pada perempuan muda yang kurus, tetapi perlu diwaspadai abnormal jika ovarium teraba pada perempuan yang sudah menopause.
Tanda-tanda peritonitis seperti, nyeri tekan abdomen atau abdomen yang tegang, dapat juga diperiksa jika terjadi perdarahan masif akibat ruptur kista.[3,4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kista ovarium antara lain kehamilan ektopik, abses tuboovarium, dan appendicitis.
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan nyeri pada area adneksa yang mirip dengan kista ovarium. Pemeriksaan USG dan pregnancy test dapat membedakan keduanya.[11]
Abses Tuboovarium
Abses tuboovarium juga bisa menimbulkan nyeri area adneksa yang mirip dengan kista ovarium. Meski demikian, abses tuboovarium biasanya didahului dengan penyakit radang panggul dan disertai adanya duh vagina dan demam. Pemeriksaan USG dapat membedakan abses tuboovarium dengan kista ovarium.[15]
Appendicitis
Appendicitis dapat menyebabkan nyeri pada abdomen bawah yang mirip dengan kista ovarium. Meski demikian, appendicitis biasanya ditandai dengan nyeri McBurney, nyeri lepas tekan, dan peningkatan penanda inflamasi pada pemeriksaan laboratorium. USG abdomen dapat membantu membedakan kista ovarium dan appendicitis.[16]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pencitraan adalah yang paling utama dilakukan untuk mengetahui adanya kista ovarium. Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi massa abdomen adalah ultrasonografi (USG). Selain USG, modalitas pencitraan lain yang dapat digunakan adalah CT-Scan dan MRI.[4,13]
Pemeriksaan Ultrasonografi
Modalitas pencitraan yang paling utama dalam diagnosis kista ovarium adalah USG. Pemeriksaan ini dapat menegaskan karakteristik morfologi sebuah kista ovarium. USG dapat dilakukan baik secara transvaginal maupun transabdominal. Pemeriksaan USG follow-up dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan kemungkinan neoplasma ovarium ataupun menilai resolusi.
Gambaran kista folikuler pada USG adalah massa anekoik berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas, dan berdinding tipis. Gambaran kista luteal pada pemeriksaan USG dapat seperti jaring laba-laba yang berada dalam suatu ruang (kista). Kista luteal umumnya bersifat unilateral, berbatas tegas, serta memiliki bayangan hipoekoik, dan gema. Kista ovarium umumnya berukuran 1,5 hingga 2,5 cm. Kista dapat berkembang hingga ukuran 6 cm saat terjadi ovulasi atau mengalami remisi spontan.
Gambaran USG dari kista kompleks mungkin memiliki lebih dari 1 kompartemen (multilokular), penebalan dinding, penonjolan (papula) yang menempel ke dalam lumen atau pada permukaan, atau terdapat kelainan di dalam isi kista.[4,13,14]
Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-Scan umumnya lebih sensitif, namun kurang spesifik untuk mendeteksi kista ovarium jika dibandingkan dengan USG. Namun, CT-Scan dapat membedakan dengan jelas antara kista ovarium hemoragik dengan hemoperitoneum akibat ruptur kista. Karena radiasinya, penggunaan CT-Scan dihindari pada perempuan hamil.[4,9]
Pemeriksaan MRI
MRI lebih spesifik untuk kista ovarium jika dibandingkan dengan CT-Scan, selain itu juga lebih aman untuk perempuan hamil. Meski demikian, pemeriksaan MRI membutuhkan biaya yang tidak murah.
Pemeriksaan MRI memiliki kontras jaringan lunak yang lebih baik daripada CT scan, terutama dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah, serta dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang organ asal massa adneksa.
Pada pemeriksaan MRI, kista ovarium sederhana akan menunjukkan intensitas sinyal rendah dengan pencitraan kekuatan T1 dan intensitas sinyal tinggi dengan pencitraan kekuatan T2 karena cairan intrakistik. Kista hemoragik menghasilkan sinyal tinggi pada pencitraan kekuatan T1 dan sinyal menengah hingga tinggi pada pencitraan kekuatan T2. Hemoperitoneum setelah ruptur kista tampak cerah pada pencitraan kekuatan T2 dan sedikit hiperintens pada pencitraan kekuatan T1.[4,9]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bukanlah pemeriksaan diagnostik utama untuk kista ovarium, namun dapat membantu dokter memperkirakan diagnosis banding serta tata laksana yang sesuai. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi:
Pemeriksan Darah Lengkap:
Pemeriksaan darah lengkap berguna untuk mengevaluasi kadar hematokrit dan hemoglobin untuk menilai apakah terdapat tanda anemia yang disebabkan oleh perdarahan akut. Peningkatan sel darah putih juga perlu diwaspadai karena tidak hanya menggambarkan komplikasi kista ovarium, tapi juga dapat menandakan infeksi maupun kondisi patologis abdomen lainnya seperti appendicitis.[1-4]
Pemeriksaan Urinalisis:
Pemeriksaan urinalisis harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang menjadi penyebab nyeri abdomen ataupun nyeri pelvis, seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal.[1,4]
Pemeriksaan Kehamilan:
Pemeriksaan urin atau darah untuk memeriksa status kehamilan sering dilakukan pada perempuan usia reproduktif dengan kista ovarium. Kista ovarium dapat terjadi pada kehamilan. Selain itu hasil pemeriksaan kehamilan yang positif dapat juga menandakan suatu kista luteum korpus.[4,11]
Pemeriksaan Swab Endoservikal:
Pemeriksaan swab endoservikal dapat dipertimbangkan jika diagnosis banding dari nyeri abdomen salah satunya adalah penyakit radang panggul. Pemeriksaan swab endoservikal berguna untuk mengamati apakah terdapat infeksi chlamydia ataupun gonorrhea.[4]
Pemeriksaan Skrining Kanker
Pemeriksaan skrining kanker dibutuhkan pada mayoritas kasus massa adnexa seperti kista ovarium. Salah satu pemeriksaan skrining adalah dengan mendeteksi tumor marker seperti CA-125. Namun demikian, kanker ovarium tidak dapat didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan CA-125.
Banyak perempuan dengan kanker ovarium tahap awal akan memiliki kadar CA 125 yang normal. Kadar CA-125 meningkat abnormal pada sekitar 80% perempuan dengan kanker ovarium yang sudah lanjut. Selain itu, kondisi nonkanker juga dapat meningkatkan CA-125 termasuk endometriosis, fibroid uterus, infeksi pelvis, gagal jantung, dan penyakit hati serta ginjal.
Pemeriksaan CA-125 sering direkomendasikan pada perempuan pasca menopause dengan kista ovarium. Pemeriksaan CA-125 mungkin direkomendasikan pada perempuan premenopause dengan kista ovarium sangat besar atau kecurigaan kanker pada hasil USG. Pemeriksaan CA-125 tidak selalu direkomendasikan untuk perempuan premenopause dengan kista ovarium yang kecil dan tidak dicurigai ke arah kanker.[1,4,12]
Pemeriksaan Histologis
Pemeriksaan histologis dilakukan berdasarkan sampel jaringan kista ovarium yang telah diangkat. Awalnya sampel jaringan diambil dengan teknik kuldosentesis dengan menggunakan jarum aspirasi untuk memperoleh cairan untuk pemeriksaan sitologi. Namun, karena komplikasinya yang cukup tinggi, seperti perforasi usus dan ruptur abses, tindakan ini sudah mulai ditinggalkan. Diagnosis definitif semua kista ovarium dibuat berdasarkan analisis histologis dari jaringan yang telah diangkat melalui laparoskopi ataupun laparotomi.
Pada kista dermoid atau teratoma, jaringan penyusun utama adalah jaringan ektodermal. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel-sel yang telah matur, karena itu kista ini disebut juga teratoma matur. Dinding tumor mengandung banyak kelenjar sebasea dan derivat ektodermal.
Pada kistadenoma serosum, proliferasi fokal pada dinding kista menyebabkan proyeksi papilomatosa ke tengah kista yang dapat mengalami transformasi menjadi adenofibroma. Proyeksi papilomatosa ini harus diperhatikan secara seksama dalam upaya untuk membedakannya dengan proliferasi atipik.
Pada kistadenoma musinosum, dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak di bagian basal. Dinding kistadenoma musinosum ini pada 50% kasus mirip dengan struktur epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon di mana cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet.[1-5]
Pemeriksaan Laparoskopi Diagnostik
Pemeriksaan penunjang lain yang juga dapat dilakukan pada kasus kista ovarium adalah pemeriksaan laparoskopik diagnostik. Pemeriksaan ini dilakukan di ruang bedah dan menggunakan anestesi umum.
Dokter akan memasukkan instrumen kecil (laparoskop) ke dalam perut melalui sayatan kecil. Pemeriksaan laparoskopi diagnostik terkadang dibutuhkan untuk memeriksa massa kistik adneksa yang mencurigakan. Tindakan pembedahan juga dapat langsung dilakukan jika memang dibutuhkan. Beberapa keuntungan dari laparoskopi diagnostik antara lain penurunan morbiditas, peningkatan pemulihan pasca operasi, dan penghematan biaya dibandingkan dengan laparotomi.[4,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani