Penatalaksanaan Kista Ovarium
Penatalaksanaan kista ovarium jarang diperlukan pada kebanyakan kasus. Hal ini karena mayoritas kista ovarium adalah kista fungsional, jinak, dan berukuran kecil yang akan menghilang dengan sendirinya.
Terapi Farmakologi
Pemberian terapi farmakologi pada pasien dengan kista ovarium umumnya hanya untuk tujuan suportif seperti mengurangi rasa nyeri. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diklofenak dan ibuprofen, dapat diberikan untuk menangani nyeri intensitas ringan-sedang. Analgesik narkotik, seperti morfin atau oksikodon, dapat diberikan untuk menangani nyeri intensitas sedang-berat.[1-4]
Pembedahan
Tindakan pembedahan dipertimbangkan pada kista ovarium sederhana yang lebih besar dari 5 cm terutama jika simtomatik, serta pada kasus kista ovarium kompleks. Pendekatan bedah untuk kista ovarium meliputi teknik insisional terbuka (laparotomi) dan teknik invasif minimal (laparoskopi) dengan insisi kecil.[1-4]
Laparotomi VS Laparoskopi
Laparotomi dan laparoskopi umumnya memiliki tujuan yang sama:
- Untuk mengkonfirmasi diagnosis kista ovarium
- Untuk menilai apakah kista tampak ganas atau tidak
- Untuk mengambil cairan peritoneal untuk penilaian sitologis
- Untuk mengangkat semua kista atau keseluruhan ovarium untuk analisis patologis
- Untuk menilai ovarium di sisi lainnya dan organ abdomen lainnya
- Untuk melakukan terapi pembedahan tambahan jika terdapat indikasi
Penggunaan teknik laparoskopi sudah sangat umum dilakukan. Laparoskopi lebih dipilih dibandingkan laparotomi karena memiliki efek samping yang lebih kecil dan waktu pemulihan yang cepat. Namun, sangat penting untuk memastikan bahwa luaran pasca laparoskopi tidak inferior dengan yang dicapai teknik laparotomi.[4]
Beberapa pasien, termasuk pasien dengan penyakit paru-paru kronis yang tidak dapat mentolerir tekanan intraabdomen yang tinggi atau posisi kepala yang tertunduk, merupakan kontraindikasi untuk laparoskopi. Adanya riwayat adhesi berat pasca operasi sebelumnya juga merupakan kontraindikasi laparoskopi.
Kista jinak tidak memiliki kontraindikasi absolut untuk menjalani laparoskopi. Beberapa pasien dengan kista jinak yang meliputi kista dermoid atau endometrioma, telah menyebabkan gejala dan belum sembuh dengan tata laksana konservatif, diindikasikan untuk menjalani laparoskopi. Tujuannya adalah untuk menghilangkan semua kista secara utuh, tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, kista atau ovarium yang terkena dapat ditempatkan dalam suatu kantong pelindung yang memungkinkan kista pecah dan dikeringkan tanpa kontaminasi sebelum pengangkatan.
Kista ovarium ganas yang terkait dengan perluasan penyakit biasanya ditangani dengan laparotomi.
Meski demikian, terdapat kontroversi seputar pendekatan bedah untuk kista ovarium yang sangat besar dan tampak jinak. Pendekatan tradisional untuk keduanya adalah sayatan garis tengah yang panjang untuk memungkinkan pengangkatan kista dan ovarium yang utuh. Namun, terdapat beberapa studi yang menganjurkan pendekatan laparoskopi dengan drainase kista, sehingga memungkinkan ovarium diangkat melalui sayatan kecil. Kekurangan pendekatan ini adalah potensi kebocoran sel kanker ke dalam rongga perut.[1-4]
Ooforektomi
Ooforektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat salah satu (unilateral) atau kedua ovarium (bilateral). Ooforektomi bilateral dapat dilakukan pada wanita pasca menopause dengan kista ovarium, karena adanya peningkatan insidensi neoplasma pada populasi ini. Ooforektomi bilateral direkomendasikan juga pada wanita pramenopause yang berusia di atas 35 tahun dan sudah tidak berencana untuk hamil lagi.[4]
Histerektomi
Histerektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat rahim. Histerektomi sering dilakukan bersamaan dengan ooforektomi pada wanita pascamenopause dengan kista ovarium untuk menurunkan risiko mengalami kanker ginekologi.[4]
Pertimbangan Pada Populasi Khusus
Beberapa pertimbangan khusus dalam tata laksana kista ovarium diperlukan pada populasi tertentu, seperti bayi dan kista ovarium selama kehamilan.
Kista Ovarium pada Fetus dan Neonatus
Kebanyakan kista ovarium pada fetus memiliki ukuran yang kecil dan dapat berinvolusi dalam beberapa bulan pertama kehidupan dan tidak bermakna secara klinis. Kista ovarium pada janin umumnya dapat didiagnosis pada trimester ketiga kehamilan, dan sebagian besar kista cenderung hilang dalam 2-10 minggu setelah persalinan.
Aspirasi kista ovarium pada fetus dapat dilakukan tetapi dilaporkan berkaitan dengan sejumlah komplikasi, seperti pembentukan kembali kista, infeksi, dan persalinan preterm.[4,15]
Kista Ovarium pada Kehamilan
Kebanyakan kista ovarium yang terkait dengan kehamilan, seperti kista korpus luteal dan folikel, akan mengecil dengan sendirinya pada usia kehamilan 14-16 minggu. Kista jenis ini juga responsif secara hormonal, sehingga memungkinkan untuk ditangani secara konservatif. Pada usia kehamilan 16-20 minggu, hingga 96% massa kista dapat sembuh secara spontan.
Resolusi kista lebih kecil kemungkinannya bila ukuran kista lebih besar dari 5 cm atau morfologi kompleks. Kista sederhana dengan diameter lebih kecil dari 6 cm memiliki risiko keganasan kurang dari 1%.[4]
Massa yang bertahan lebih lama mungkin memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penyakit neoplastik potensial berdasarkan temuan klinis dan bukti radiologis. Menurut suatu studi pemeriksaan kadar serum CA125 tidak dianjurkan pada kehamilan, karena kadarnya dapat berfluktuasi secara luas pada kehamilan normal, terutama pada trimester pertama dan kedua, dan dapat meningkat pada banyak kondisi jinak.
Dalam situasi di mana kista bergejala, termasuk menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, atau dengan pertumbuhan yang cepat pada USG serial, operasi pengangkatan harus dipertimbangkan.
Jika keganasan adalah suatu kemungkinan dan operasi peripartum diperlukan, risiko membahayakan kehamilan perlu dipertimbangkan terhadap penundaan pengobatan. Tetapi operasi umumnya ditunda sampai pertengahan trimester kedua, ketika sebagian besar kista telah sembuh.[1-4]
Kista Ovarium Pasca Menopause
Kebanyakan studi memperkirakan prevalensi kista adneksa unilokular sederhana pada wanita pasca menopause asimtomatik pada 3-18% kasus. Sebagian besar kista ini berdiameter lebih kecil dari 5 cm. Studi awal menunjukkan risiko keganasan untuk kista adneksa asimtomatik pada pasien pascamenopause setinggi 7%, tetapi studi selanjutnya menunjukkan prevalensi kurang dari 1% pada kista kecil.
Pada pasien ini, pemeriksaan USG ulang pada 4-6 minggu dapat dilakukan bersama dengan studi CA125 dalam pengaturan rawat jalan. Setengah dari kista asimtomatik yang lebih kecil dari 5 cm sembuh dalam 2 bulan, tetapi peningkatan kadar CA125 atau peningkatan ukuran atau kompleksitas kista mungkin memerlukan pembedahan.[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani