Epidemiologi Malpresentasi
Secara epidemiologi, sekitar 3-4% bayi lahir dengan kondisi malpresentasi seperti malpresentasi bokong, transverse, muka, dahi, atau compound (ekstremitas). Hampir 96% janin dengan usia kehamilan aterm berada pada presentasi vertex atau kepala.[9]
Global
Dari seluruh kasus malpresentasi, malpresentasi bokong adalah jenis yang paling sering ditemukan (sekitar 3-5% dari total kehamilan di dunia). Menurut sebuah studi populasi dari United States Birth Cohort, sebanyak 1.067.989 (3.8%) bayi lahir dengan malpresentasi bokong dari 28.012.013 total kelahiran sejak tahun 1997-2003 di Amerika Serikat. Secara global, malpresentasi transverse terjadi <0,5% dari total kehamilan, sementara malpresentasi muka dan dahi terjadi pada sekitar 0,1%-0,12% kehamilan, dan malpresentasi compound terjadi sebesar 0.1%-0.2% kehamilan.[1,10]
Indonesia
Data epidemiologi kasus malpresentasi di Indonesia masih belum tersedia. Namun, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2016 yang dilakukan di RSUD Tugurejo, Semarang, ditemukan 834 kejadian komplikasi persalinan dari 2.178 kehamilan dan sebanyak 41 kasus (4.91%) dari kasus tersebut adalah kasus malpresentasi.[11]
Mortalitas
Menurut WHO, diperkirakan terdapat sekitar 4 juta kematian janin setiap tahunnya di seluruh dunia dan 98% di antaranya terjadi di negara berkembang. Salah satu penyebab kematian janin adalah malpresentasi. Malpresentasi bokong meningkatkan risiko kematian janin terutama jika janin yang dikandung juga memiliki kelainan pada sistem saraf pusat atau otot. Menurut data, kematian akibat malpresentasi bokong sebenarnya bisa dicegah melalui tindakan external cephalic version (ECV), dan tindakan sectio caesarea jika ECV gagal dilakukan. Malpresentasi tidak hanya menyebabkan kematian pada janin, namun juga berisiko menyebabkan kematian pada ibu.[12]
Malpresentasi sering menyebabkan terjadinya persalinan lama dan macet. Persalinan lama dan macet akan berisiko menyebabkan ruptur uterus, perdarahan postpartum, infeksi, kehabisan tenaga, dan dehidrasi. Oleh karena itu, persalinan lama menjadi penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia sendiri, partus lama merupakan penyebab terbanyak ke-3 dari kematian ibu.[13-15]