Patofisiologi Mola Hidatidosa
Patofisiologi mola hidatidosa berkaitan dengan gangguan proliferasi trofoblas saat pembentukan plasenta. Mola hidatidosa merupakan bentuk hiperplasia trofoblas difus, dimana vili-vili yang terbentuk sebagian besar bersifat hidropik. Bagaimana terjadinya masalah saat proliferasi hingga kini belum dapat dijelaskan secara pasti, tetapi faktor mutasi genetik diduga berperan.
Patofisiologi Mola Hidatidosa
Sekitar 5-6 hari setelah konsepsi pada manusia, zigot yang terbentuk akan berkembang menjadi blastosis. Sel perifer dari blastosis ini akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu trofoblas seluler (sitotrofoblas) dan sinsitiotrofoblas yang kemudian menginvasi endometrium dan pembuluh darah uterus. Kedua jaringan yang berkaitan dengan mesoderm ekstraembrional ini merupakan awal mula terbentuknya plasenta. Ketika proliferasi yang terjadi tidak terkontrol, sel-sel trofoblas dapat menjadi mola hidatidosa.
Mola merupakan hiperplasia trofoblas difus, dimana vili yang terbentuk bersifat hidropik. Trofoblas yang mengalami disorganisasi ini juga ditambah dengan gangguan pematangan struktur vaskular, sehingga muncul banyak pembuluh darah imatur pada vili korionik yang kemudian membentuk vili hidropik. Hal inilah yang terjadi pada mola hidatidosa komplit.
Sedangkan pada mola hidatidosa parsial, anomali trofoblas lebih jarang muncul dan biasanya terdapat jaringan janin maupun embrionik yang masih dapat diidentifikasi.[1]
Jenis-jenis Mola Hidatidosa
Secara umum, mola hidatidosa terbagi menjadi dua jenis yaitu mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Keduanya dibedakan berdasarkan keberadaan fetus pada pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Mola Hidatidosa Komplit
Mola hidatidosa komplit biasanya diploid dan bersifat androgenetik atau berasal dari genetik ayah. Kebanyakan memiliki kariotipe 46,XX dan hanya sedikit di antaranya yang memiliki kariotipe 46,XY.
Pada mola hidatidosa komplit, ditemukan vili korionik hidropik difus dengan hiperplasia trofoblas membentuk massa dengan vesikel multipel. Vili hidropik yang terbentuk biasanya berukuran sedang hingga besar, dengan hiperplasia trofoblas yang ekstensif dan pembentukan sisterna vili sentralis, pleomorfisme inti trofoblas, dan pseudoinklusi trofoblas.
Dalam kondisi ini tidak ditemukan adanya fetus dan perkembangan embrional. Hanya saja, pada trimester pertama dapat ditemukan stromal karyorrhectic debris, irregular budding architecture of the villi, dan pembuluh darah vili yang tampak kolaps.[1,5,8]
Mola Hidatidosa Parsial
Mola hidatidosa parsial biasanya triploid, dengan satu maternal dan dua paternal haploid yang berasal dari fertilisasi dispermik maupun fertilisasi dengan sperma diploid yang tidak tereduksi.
Kariotipe pada mola hidatidosa parsial adalah 90% triploid yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Karena itu, pada bentuk mola hidatidosa parsial ditemukan janin beserta plasenta yang besar dan vili korionik yang sebagian bersifat hidropik.
Pada mola hidatidosa parsial, vili korionik hidropik tampak lebih sedikit dibandingkan pada tipe komplit serta didapatkan sebagian vili korionik normal. Janin biasanya akan meninggal dalam hitungan minggu setelah konsepsi.
Pada kasus yang sangat jarang, mola hidatidosa parsial dapat berasal dari dua maternal dan satu paternal haploid (diginik), yang mengakibatkan plasenta yang terbentuk kecil, vili hidropik minimal, dan janin mengalami restriksi pertumbuhan. Bentuk yang sangat jarang inilah masih mungkin ditemukan janin yang selamat hingga persalinan, namun meninggal pada saat berusia neonatus.[1,5,8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri