Penatalaksanaan Mola Hidatidosa
Penatalaksanaan mola hidatidosa diutamakan untuk memastikan klinis pasien stabil yang kemudian dapat dilanjutkan dengan penentuan kebutuhan untuk tindakan dilatasi dan kuretase. Terminasi kehamilan dengan suction curettage apabila pasien masih menginginkan untuk hamil lagi.[2]
Prinsip Penatalaksanaan Mola Hidatidosa
Pada dasarnya, penatalaksanaan mola hidatidosa meliputi empat prinsip utama yaitu :
Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan keadaan umum dilakukan dengan mengevaluasi tanda vital, rehidrasi, dan resusitasi cairan bila didapatkan tanda-tanda syok. Bila pada hasil pemeriksaan darah didapatkan anemia berat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah dengan packed red cell (PRC).
Bila didapatkan tanda distres pernapasan dan edema pulmoner, berikan segera non-invasive positive pressure ventilation atau ventilasi mekanik. Pada pasien dengan gejala eklampsia termasuk kejang, lakukan manajemen meliputi pemberian benzodiazepin dan magnesium sulfat.[11]
Pengeluaran Jaringan Mola dengan Vakum Kuretase
Vakum kuretase atau suction curettage merupakan metode pilihan dalam evakuasi jaringan mola hidatidosa tanpa mempedulikan ukuran uterus bagi pasien yang ingin mempertahankan status fertilitasnya.
Tidak disarankan menggunakan kuret tajam serta obat-obatan oksitosik untuk meminimalisir risiko menyebarnya jaringan secara hematogen yang dapat berujung metastasis.[2,4,7]
Total Histerektomi dapat Menjadi Pilihan untuk Mengurangi Risiko Keganasan
Bagi wanita berusia >40 tahun yang tidak lagi menginginkan hamil, total histerektomi dapat menjadi pilihan karena risiko terjadinya keganasan secara signifikan meningkat pada kelompok populasi ini. Meskipun demikian, histerektomi hanya dapat mengeliminasi risiko penyakit yang bersifat lokal-invasif dan tidak dapat mencegah metastasis.[2]
Pemeriksaan Tindak Lanjut
Mengingat adanya kemungkinan keganasan muncul setelah mola hidatidosa, tindak lanjut menjadi penting dilakukan dengan memantau kadar hCG pasien. Tes hCG harus mencapai nilai normal kembali 8 minggu setelah evakuasi. Tindak lanjut dapat diteruskan hingga kisaran 1 tahun setelah evakuasi.[3,4,7,15]
Selama 6 bulan setelah evakuasi, pasien disarankan untuk tidak hamil terlebih dahulu agar tidak terjadi bias selama pemantauan kadar serum hCG. Oleh karena itu, penggunaan alat kontrasepsi yang efektif harus diinformasikan kepada pasien.[9]
Saat ini, Federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO) mengeluarkan kriteria diagnosis penyakit trofoblas setelah mola hidatidosa, yaitu :
- Kadar hCG menetap pada 4 kali pemeriksaan dalam durasi 3 minggu, yaitu pada hari ke 1, 7, 14, dan 21
- Kadar hCG meningkat lebih dari 10% pada 3 kali pemeriksaan yang dihitung dalam durasi 2 minggu, yaitu hari ke 1,7, dan 14
- Kadar hCG yang persisten, yaitu tetap terdeteksi selama lebih dari 6 bulan setelah evakuasi mola[15]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri