Diagnosis Salpingitis
Diagnosis salpingitis berdasarkan keluhan nyeri abdomen bawah atau pelvis, yang seringkali disertai keputihan, perdarahan uterus abnormal, dispareunia, atau disuria. Pemeriksaan dilakukan serupa dengan penyakit radang panggul (PID), di mana ditemukan nyeri tekan abdomen kuadran bawah dan pembengkakan atau massa adneksa.[1,2,6]
Anamnesis
Gejala pasien dengan salpingitis sangat bervariasi, dari asimptomatik sampai nyeri pelvis berat. Gejala salpingitis serupa dengan penyakit radang panggul (PID). Berikut ini gejala yang dapat ditemukan pada pasien salpingitis:
- Nyeri abdomen bawah atau pelvis
- Duh vagina
Perdarahan uterus abnormal, seperti perdarahan pascakoitus, perdarahan intermenstrual, dan menorrhagia
- Dispareunia
- Disuria
Pada pasien yang sudah mengalami peritonitis atau abses pelvis, bisa ditemukan gejala nyeri abdomen yang lebih berat disertai dengan gejala sistemik, seperti demam, mual, dan muntah. Selain itu, apabila terdapat gejala nyeri abdomen kuadran kanan atas, perlu dicurigai sudah terbentuk adhesi dan inflamasi pada kapsul hepar, yang disebut sebagai perihepatitis atau sindroma Fitz-Hugh-Curtis.[1,2,6]
Faktor risiko pasien juga perlu digali, seperti riwayat gonorrhea atau klamidia, riwayat seksual, dan riwayat pemasangan intrauterine device (IUD).[6,8]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan nyeri tekan uterus atau adneksa dan nyeri goyang serviks. Peningkatan suhu tubuh dapat ditemukan pada beberapa kasus, terutama jika terjadi komplikasi peritonitis.
Pemeriksaan Abdomen
Pada pasien salpingitis dapat ditemukan nyeri tekan abdomen kuadran bawah dan pembengkakan atau massa adneksa. Penemuan defans muskular, penurunan bising usus, dan rebound tenderness menandakan salpingitis berat. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas mengindikasikan perihepatitis.[1,2,6]
Pemeriksaan Pelvis
Pada pasien salpingitis umumnya dapat ditemukan duh vagina atau duh purulen endoservikal. Selain itu, dapat ditemukan nyeri goyang serviks, uterus, dan nyeri tekan adneksa pada pemeriksaan bimanual
Ditemukannya massa pada adneksa umumnya menandakan terjadi komplikasi abses tuboovarium.[1,2,6]
Diagnosis Banding
Salpingitis memiliki tanda dan gejala yang tidak spesifik. Diagnosis banding perlu mencakup kehamilan ektopik, appendicitis akut, dan endometriosis.
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik umumnya memiliki tanda dan gejala yang menyerupai salpingitis, seperti nyeri abdomen bawah, demam, dan nyeri tekan adneksa. Akan tetapi, pada kehamilan ektopik, hasil tes kehamilan positif dan akan ditemukan janin ekstrauterin pada USG.[2,10]
Appendicitis Akut
Pada appendicitis akut juga bisa ditemukan nyeri abdomen bawah, mual, dan muntah. Nyeri goyang serviks juga dapat ditemukan pada 25% kasus appendicitis wanita. USG dan CT scan abdomen dapat membedakan appendicitis akut dengan salpingitis.[2,10]
Endometriosis
Pada endometriosis juga dapat ditemukan nyeri abdomen bawah dan pembesaran adneksa. Akan tetapi, pada endometriosis gejala nyeri abdomen umumnya memberat saat menstruasi dan saat fase luteal. Pada pemeriksaan USG transvaginal juga dapat ditemukan endometrioma ovarium.[2,10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laparoskopi merupakan pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosis salpingitis, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan karena bersifat invasif.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi pelvis merupakan pemeriksaan yang disarankan untuk evaluasi pasien salpingitis. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk evaluasi komplikasi abses tuboovarium. Temuan USG mencakup tuba falopi penuh cairan, menebal, dan tanda cogwheel. Tidak ditemukannya kelainan pada USG pelvis tidak menyingkirkan diagnosis salpingitis pada pasien.[1,2,6]
CT Scan dan MRI Abdomen
Pemeriksaan CT scan dan MRI abdomen tidak rutin dilakukan pada pasien salpingitis dan hanya dilakukan untuk mengeksklusi diagnosis banding, seperti appendicitis, jika diagnosis masih meragukan.[1,2,6]
Laparoskopi
Diagnosis salpingitis dapat dikonfirmasi melalui laparoskopi. Visualisasi langsung eritema, edema, dan adhesi tuba falopi dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis.[1,2,6]
Tes Laboratorium
Tes laboratorium pada pasien salpingitis bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan mendukung diagnosis. Berikut ini merupakan beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien salpingitis:
- Tes kehamilan: untuk menyingkirkan diagnosis banding kehamilan ektopik dan komplikasi kehamilan intrauterin
- Pemeriksaan mikroskopik duh vagina: dapat ditemukan peningkatan sel darah putih pada duh vagina
-
Nucleic Acid Amplification Test (NAATs): untuk mengidentifikasi organisme trachomatis, N. gonorrhoeae, atau M. genitalium. Sampel diambil dari swab vagina
- Pewarnaan gram duh vagina: untuk mendeteksi etiologi penyakit. Apabila dilakukan pewarnaan gram dengan hasil diplokokus intraseluler gram negatif, maka etiologi gonorrhea sangat memungkinkan[1,2,6]