Diagnosis Episkleritis
Diagnosis episkleritis diawali dengan gejala mata merah unilateral (80% kasus), dan sebagian kecil bilateral. Mata merah terjadi pada seluruh atau sebagian regio mata, yang biasanya disertai rasa tidak nyaman.
Pemeriksaan mata anterior dengan lampu celah (slit lamp) dilakukan untuk mendeteksi kemerahan yang terjadi apakah benar pada lapisan episklera, serta dilanjutkan dengan aplikasi fenilefrin 2.5%. Pada episkleritis, injeksi mata akan membaik setelah dilakukan tetes mata fenilefrin selama 10-15 menit.[1,2,5]
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan mata merah yang tiba-tiba pada satu atau kedua mata. Pada sebagian besar kasus, sekitar 70-85% pasien, mengalami episkleritis difusa dengan tampakan pembuluh darah melebar dan merah, namun tanpa penonjolan pembuluh darah, biasanya dialami selama 2-3 hari dan membaik dalam 1 minggu.
Pada sebagian kecil kasus, sekitar 15-30%, terjadi episkleritis nodular sehingga tampak peradangan pembuluh darah yang disertai dengan tampakan penonjolan. Kondisi ini biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri dengan intensitas ringan. Sedangkan gangguan tajam penglihatan, fotofobia, dan sekret mata jarang terjadi pada episkleritis.[1,2]
Pada kasus episkleritis yang menyertai kelainan sistemik, perlu dianamnesis gejala secara umum seperti arthralgia, fatigue, ruam pada kulit, ulkus pada mulut atau genital. Perlu juga ditanyakan riwayat penyakit gangguan jaringan kolagen dan vascular sebelumnya, seperti rheumatoid arthritis, lupus eritematosus sistemik, psoriasis, atau gout.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Pada daerah kemerahan, atau disebut injeksi, dilakukan pemeriksaan mata anterior secara khusus, dengan menggunakan lampu celah atau slit lamp sehingga dapat dibedakan kejadian episkleritis atau skleritis.
Melalui lampu celah episkleritis akan menampilkan bayangan kemerahan yang terpisah dari lapisan sklera dan viseral, sedangkan pada skleritis kedua bayangan tersebut akan menyatu dan bergeser ke arah depan.[2]
Untuk menegakkan diagnosis, terutama membedakan episkleritis dan skleritis, adalah dengan aplikasi fenilefrin 2,5%. Pada episkleritis, injeksi kemerahan pada mata akan membaik setelah diberikan tetes fenilefrin selama 10-15 menit, sedangkan pada skleritis tidak terjadi perubahan setelah aplikasi.[1,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding episkleritis adalah penyakit mata dengan keluhan mata merah, yaitu skleritis, konjungtivitis, iritis, ataupun mata merah karena penggunaan lensa kontak.[1,10]
Skleritis
Skleritis adalah peradangan pada sklera, dengan gejala progresif berupa mata merah, nyeri dengan intensitas sedang dan menjalar, fotofobia, serta terkadang disertai dengan penurunan tajam penglihatan. Dari pemeriksaan dengan tetes fenilefrin 2,5% dan dievaluasi setelah 10-15 menit tidak tampak perbaikan dari injeksi mata.[1]
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada lapisan mata paling luar, dengan gejala mata merah, rasa gatal atau terbakar, fotofobia, disertai sekret mata. Sekret secara umum akan terjadi dan dapat menjadi salah satu indikasi yang membedakan penyebab dari konjungtivitis, seperti pada konjungtivitis viral biasanya akan tampak sekret yang cair, sedangkan konjungtivitis bakterial biasanya disertai dengan sekret yang mukopurulen. Pada pemeriksaan akan ditemukan kondisi folikel konjungtiva, papilla, atau keduanya.[1]
Iritis
Iritis memiliki gejala akut berupa nyeri, mata merah, fotofobia, dan epifora, dengan hasil pemeriksaan konjungtiva yang tampak kemerahan secara khusus melingkar di sekitar batas kornea dan konjungtiva atau limbus yang disebut sebagai ciliary flush, serta sel radang pada pada ruang anterior mata.[10]
Mata Merah karena Penggunaan Lensa Kontak
Gejala yang dialami adalah mata merah, nyeri, fotofobia, dan epifora, dengan riwayat penggunaan lensa kontak durasi lama, atau dibawa tidur. Pada beberapa kondisi akan disertai dengan gejala peradangan kornea, dengan gambaran infiltrat dan edema pada kornea.[10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang biasanya diperlukan untuk menegakan diagnosis episkleritis yang mengarah kelainan sistemik. Saat dicurigai adanya peradangan autoimun sistemik maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, laju endap darah, protein C reaktif, faktor rematik, antibody antinuclear, anti-cyclic citrullinated peptide, HLA-B27, dan anti-neutrophil cytoplasmic antibody (ANCA).[1,10]
Sedangkan pada kecurigaan infeksi dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
- Pemeriksaan tes kulit mantoux dan foto toraks untuk dugaan tuberculosis
- Pemeriksaan rapid plasma reagin (RPR), Venereal Disease Research Laboratory (VDRL), fluorescent treponemal antibody absorption (FTA-ABS), atau treponemal-specific assay untuk dugaan sifilis
- Pemeriksaan ELISA antibodi untuk dugaan penyakit lyme[1,10]
Pemeriksaan lain yang dapat menegakkan diagnosis pasti episkleritis diantaranya pencitraan optical coherence tomography (OCT) segmen anterior, akan terlihat penebalan sklera. Serta pemeriksaan biopsi, terutama untuk episkleritis nodular, yang akan memberikan gambaran jaringan peradangan non granulomatosa dan/atau granulomatosa.[11,12]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri