Penatalaksanaan Episkleritis
Penatalaksanaan episkleritis biasanya tidak diperlukan terapi medikamentosa, karena akan membaik spontan dalam waktu 2–21 hari. Penatalaksanaan diberikan bila gejala tidak membaik setelah 21 hari, atau episkleritis yang disertai gejala berat. Tata laksana yang diberikan mulai dari terapi suportif kemudian bila perlu dikombinasikan dengan terapi medikamentosa.[13,14]
Terapi Suportif
Sebagian besar tata laksana episkleritis dimulai dengan pemberian terapi suportif, berupa kompres dengan handuk dingin pada daerah mata yang merah, atau dengan pemberian tetes air mata artifisial 4-6 kali sehari. Secara khusus akan lebih baik bila tetes air mata dalam kondisi dingin, jadi sebelumnya disimpan dalam lemari pendingin.[13,14]
Terapi Medikamentosa
Episkleritis yang tidak membaik dengan terapi suportif perlu dikombinasikan dengan pengobatan medikamentosa, yaitu pemberian kortikosteroid topikal ringan, misalnya tetes mata flumetholon 0,1% atau loteprednol etabonate 0,55% dengan cara pemberian 4 kali sehari selama 1-2 minggu.
Terapi dilanjutkan dengan penilaian dan evaluasi terhadap pemberian obat tersebut. Bila respon terapi baik maka obat akan dilanjutkan dengan melakukan titrasi dosis sampai dengan dosis paling rendah dan kemudian lepas obat.[13,14]
Persiapan Rujukan
Pada kondisi setelah pemberian kortikosteroid topikal ringan, tetapi memberikan respon yang buruk atau tidak berespon, maka diperlukan pengobatan yang lebih lanjut, melalui rujukan khusus kepada Dokter Spesialis Mata. Hal ini bertujuan untuk pengobatan lebih lanjut yang membutuhkan pemantauan efek samping yang lebih ketat. Beberapa alternatif pengobatan adalah sebagai berikut :
- Golongan kortikosteroid topikal poten, seperti prednisolon asetat 1%. Harus diwaspadai efek samping risiko terjadinya hipertensi okular, katarak subkapsular posterior, dan infeksi pada mata
- Obat antiinflamasi non steroid topikal, seperti diklofenak 0,1% atau ketorolac 0,5%. Harus diwaspadai efek samping kelainan struktural kornea dengan gejala rasa terbakar dan nyeri setelah aplikasi
- Obat antiinflamasi non steroid oral, seperti ibuprofen 200-800 mg 3 kali sehari, indomethacin 75 mg 2 kali sehari, atau flurbiprofen 100 mg 3 kali sehari. Obat oral diberikan dengan durasi maksimal pemberian adalah 2 minggu untuk mencegah efek samping ulkus peptikum
- Obat antibiotik diberikan sesuai dengan infeksi yang menyertai, seperti pada kejadian episkleritis dengan tuberkulosis maka yang diberikan adalah regimen tuberkulosis yakni rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol[15]
Pada kondisi kelainan sistemik yang menyertai, khususnya penyakit autoimun, maka perlu rujukan ke Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi dan Imunologi. Hal ini bertujuan agar kelainan sistemik pun dapat tertangani sehingga pengobatan dapat dilakukan secara komprehensif.[10]
Pembedahan
Tidak ada pilihan terapi pembedahan pada kejadian episkleritis. Tindakan pembedahan menjadi salah satu pilihan bila terjadi komplikasi, seperti katarak atau glaukoma.[6]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri