Epidemiologi Glaukoma
Data epidemiologi menunjukkan bahwa glaukoma sudut terbuka merupakan jenis glaukoma yang paling banyak terjadi. Glaukoma sudut terbuka memiliki prevalensi global sebesar 2,2%.[13,17]
Global
Di Eropa, glaukoma primer sudut terbuka memiliki prevalensi total sebesar 2,51%. Glaukoma primer sudut terbuka merupakan tipe yang paling umum dijumpai di Britania Raya, mempengaruhi 2% individu berusia lebih dari 40 tahun dan 10% individu berusia lebih dari 75 tahun, terutama etnis Afrika-Karibia. Glaukoma sudut tertutup kurang prevalen dan hanya mempengaruhi 0,17% individu, terutama etnis Asia Timur.[14]
Indonesia
Prevalensi glaukoma di Indonesia diperkirakan sebesar 0,46%, atau setara 4-5 orang tiap 1000 penduduk. Menurut data di bagian rawat jalan rumah sakit di Indonesia, angka kunjungan glaukoma meningkat dari 65.774 pada tahun 2015 menjadi 427.091 pada tahun 2017. Berdasarkan jenis kelamin, glaukoma di Indonesia dilaporkan lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.[16]
Mortalitas
Glaukoma tidak berkaitan langsung dengan mortalitas. Meski demikian, kondisi ini merupakan penyebab morbiditas signifikan. Glaukoma dilaporkan sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua di dunia.
Di Indonesia, sebagian besar pasien glaukoma belum terdeteksi sehingga kebanyakan penderita baru terdiagnosis ketika kondisi penyakit sudah lanjut atau bahkan telah terjadi kebutaan total. Berdasarkan data pasien Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2005-2006, sebesar 51,4% pasien glaukoma primer sudut terbuka dan 41,4% pasien glaukoma primer sudut tertutup datang dalam kondisi sudah lanjut. Bahkan, 13,5% pasien yang datang telah mengalami buta total akibat glaukoma primer sudut terbuka dan 26,4% akibat glaukoma primer sudut tertutup.[16]
Penulisan pertama oleh: dr. Intan Ekarulita