Pendahuluan Skleritis
Skleritis adalah gangguan oftalmologi akibat inflamasi pada sklera. Skleritis ditandai dengan lesi yang sangat nyeri pada sklera, disertai kemerahan lokal atau difus. Pada skleritis posterior, nyeri dapat disertai dengan penurunan visus atau gangguan lapang pandang.
Berbeda dengan skleritis, episkleritis umumnya tidak menyebabkan nyeri atau hanya menimbulkan nyeri minimal. Nodul atau pembuluh darah yang muncul bisa digerakkan, serta kongesti pembuluh darah lebih superfisial dan kabur dengan pemberian adrenergik atau vasokonstriktor topikal.[1–4]
Hampir setengah kasus skleritis terjadi pada mereka dengan penyakit autoimun sistemik, seperti rheumatoid arthritis (RA). Berdasarkan letak anatominya, skleritis dibagi menjadi anterior dan posterior. Pembagian ini didasarkan pada batas insersi muskulus rektus atau ora serrata.
Skleritis anterior kemudian dibagi menjadi necrotizing dan non-necrotizing. Skleritis necrotizing kemudian klasifikasikan menjadi dengan dan tanpa inflamasi (scleromalacia perforans) sedangkan skleritis non-necrotizing dibagi menjadi nodular dan difus.[1,2,5]
Skleritis menurut etiologinya dibagi menjadi infeksius dan non-infeksius. Hal ini penting untuk dibedakan, karena akan mempengaruhi terapi yang diberikan. Terapi pada skleritis meliputi terapi farmakologis dan pembedahan. Terapi pembedahan baru dilakukan apabila terdapat perforasi sklera yang menyebabkan tereksposnya uvea.[6]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri