Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Skleritis general_alomedika 2023-03-02T09:03:23+07:00 2023-03-02T09:03:23+07:00
Skleritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Skleritis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Etiologi skleritis dibagi menjadi etiologi infektif, noninfektif, dan idiopatik. Sebanyak 36-44% pasien dengan skleritis biasanya didasari oleh penyakit sistemik tertentu, dan yang terbanyak adalah penyakit autoimun.[2,7]

Skleritis infektif perlu dibedakan dengan non-infektif karena terapinya akan berbeda. Skleritis infektif disebabkan karena infeksi mikroorganisme tertentu, dimana yang tersering adalah sifilis, tuberkulosis, dan herpes. Skleritis infektif membutuhkan terapi yang sesuai dengan mikroorganismenya, sedangkan skleritis noninfektif mendapatkan steroid sebagai terapi utamanya. Skleritis infektif biasanya disertai dengan eksudat purulen atau infiltrat, ulserasi sklera atau konjungtiva, pus atau abses pada sklera serta hipopion.[1,19]

Skleritis yang disebabkan karena infeksi bakteri tuberkulosis lebih sering ditemukan pada area endemis tuberkulosis. Manifestasi yang ditunjukkan terkadang tidak khas, namun disertai dengan tes mantoux positif. Gejala dan manifestasi klinis yang dialami biasanya membaik dengan pemberian obat antituberkulosis (OAT) dan kortikosteroid dosis tinggi.[20,21]

Sedangkan, untuk etiologi noninfektif dibagi menjadi penyakit jaringan penyambung seperti rheumatoid arthritis (RA) dan lupus eritematosus sistemik, ataupun akibat vaskulitis sistemik seperti pada Wegener’s Granulomatosis. RA merupakan penyakit jaringan penyambung yang paling sering menyebabkan skleritis, sedangkan Wegener’s Granulomatosis merupakan vaskulitis sistemik yang paling sering menyebabkan skleritis.[22]

Surgically Induced Necrotizing Scleritis (SINS)

Surgically induced necrotizing scleritis (SINS) biasanya terjadi kurang lebih 1 bulan dari dilakukannya operasi mata dan biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik lain. Hal ini kemungkinan terjadi karena operasi mata dapat mengganggu integritas pembuluh darah episklera, konjungtiva, dan jaringan di bawahnya, sehingga mengganggu penyembuhan luka yang adekuat dan menyebabkan sklera lebih rentan mengalami infeksi dan inflamasi.[23,24]

SINS ditandai dengan nyeri yang berat, serta warna keunguan pada area yang mengalami skleritis dengan warna putih seperti porselen pada area lesi, terkadang dapat terlihat adanya penipisan sklera. Faktor risiko terjadinya SINS antara lain:

  • Manipulasi atau kauter berlebihan pada saat operasi yang menyebabkan sklera menjadi “terekspos”
  • Adanya kontak dengan lensa yang kurang steril
  • Defek penyembuhan epitel
  • Semakin banyaknya jumlah operasi yang dilakukan, maka kemungkinan untuk mengalami skleritis juga semakin tinggi
  • Pasien dengan riwayat penyakit autoimun[23–25]

Faktor Risiko

Faktor risiko skleritis antara lain adalah sebagai berikut:

  • Gender: Skleritis seringkali didasari dengan penyakit autoimun sistemik yang lebih banyak terjadi pada perempuan, sehingga skleritis sendiri lebih sering terjadi pada perempuan[14,26]
  • Usia: Skleritis dapat terjadi pada berbagai usia, namun kelompok usia 40-60 tahun merupakan yang paling sering mengalami skleritis. Skleritis juga dapat terjadi pada anak-anak, dengan subtipe yang tersering adalah skleritis posterior[22,27]
  • Penggunaan obat-obatan (Drug-Induced Scleritis): Penggunaan obat tertentu seperti mitomycin C (MMC) dan biphosphonates/diphosphonates dapat menginduksi skleritis[28-30]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

1. Yoshida A, Watanabe M, Okubo A, et al. Clinical characteristics of scleritis patients with emphasized comparison of associated systemic diseases (anti-neutrophil cytoplasmic antibody-associated vasculitis and rheumatoid arthritis). Jpn J Ophthalmol. 2019 Sep;63(5):417–24.
2. Nevares A, Raut R, Libman B, et al. Noninfectious Autoimmune Scleritis: Recognition, Systemic Associations, and Therapy. Curr Rheumatol Rep. 2020 Apr;22(4):11.
7. Quist TS, Vogelgesang S, Goins KM. Scleritis: A Case Report and Overview. Ophthalmol Vis Sci - Univ Iowa Health Care. 2018 Nov 16; https://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/281-scleritis.htm
14. Galor A, Thorne JE. Scleritis and Peripheral Ulcerative Keratitis. Rheum Dis Clin North Am. 2007 Nov;33(4):835–54.
19. Sari N. Kelainan Mata pada Pasien Kusta. MDVI. 2018 Apr;45:59–115.
20. Paul L, Agarwal M, Singh S, et al. Tuberculous scleritis in a young Asian Indian girl—a case presentation and literature review. J Ophthalmic Inflamm Infect. 2019 Dec 23;9(1):22.
21. Moreira-Neto C, Moreira Jr. C, Tolentino D, et al. Nodular posterior scleritis associated with presumed ocular tuberculosis: A multimodal imaging case report. Am J Ophthalmol Case Rep. 2019 Dec 1;16:100558.
22. Majumder PD, Ali S, George A, et al. Clinical Profile of Scleritis in Children. Ocul Immunol Inflamm. 2019 May 19;27(4):535–9.
23. Ramenaden ER, Raiji VR. Clinical characteristics and visual outcomes in infectious scleritis: a review. Clin Ophthalmol Auckl NZ. 2013;7:2113–22.
24. Gupta A, Anchal Thakur MS. Surgically Induced Necrotizing Scleritis. In: Gupta V, Nguyen QD, LeHoang P, Herbort CP, editors. The Uveitis Atlas. New Delhi: Springer India; 2016. p. 1–6. http://link.springer.com/10.1007/978-81-322-2506-5_110-1
25. Sims J. Scleritis: presentations, disease associations and management. Postgrad Med J. 2012 Dec;88(1046):713–8.
26. Chen Y-W, Poon Y-C, Yu H-J, et al. Experience of scleritis and episcleritis at a tertiary center in Southern Taiwan. Taiwan J Ophthalmol. 2015 Mar 1;5(1):19–22.
27. Bawazeer AM, Raffa LH. Adalimumab in the treatment of recurrent idiopathic bilateral nodular scleritis. Oman J Ophthalmol. 2011;4(3):139–41.
28. Cumurcu T. Mitomycin-C Use and Complications in Ophthalmology. Int J Clin Exp Ophthalmol. 2017 Feb;1(1):029–32.
29. Ji YW, Park SY, Jung JW, et al. Necrotizing Scleritis After Cosmetic Conjunctivectomy With Mitomycin C. Am J Ophthalmol. 2018 Oct;194:72–81.
30. Herrera I, Kam Y, Whittaker TJ, et al. Bisphosphonate-induced orbital inflammation in a patient on chronic immunosuppressive therapy. BMC Ophthalmol. 2019 Feb 14;19(1):51.

Patofisiologi Skleritis
Epidemiologi Skleritis
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 Februari 2024, 11:58
Mata kiri merah, fotofobia, nyeri, dan berair
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Seorang wanita usia 26 tahun datang dengan keluhan mata kiri merah sudah sejak 4 hari, penglihatan seperti ada yang menghalangi/kabur, fotofobia + , nyeri...
dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
Dibalas 13 Agustus 2019, 07:03
Mata merah dan nyeri sejak seminggu
Oleh: dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
8 Balasan
Selamat pagi dokter, ijin share kasus, perempuan usia 18 th dengan keluhan mata sakit dan merah sudah sejak seminggu. Pagi-pagi bangun tidur sering ada...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.