Patofisiologi Skleritis
Patofisiologi skleritis tidak terlepas dari anatominya. Sklera menyelimuti bagian luar bola mata, dari kornea sampai dengan nervus optikus. Pada bagian posteriornya, lapisan terluar sklera berhubungan dengan lapisan dura dari saraf optikus dan lapisan bagian dalamnya diteruskan menjadi lamina cribrosa. Sklera berfungsi mempertahankan struktur bola mata dan sebagai tempat perlekatan otot-otot ekstraokular.[7]
Sklera terdiri dari 3 lapisan, yaitu episklera, stroma, dan lamina fusca. Episklera merupakan lapisan yang menyelimuti sklera, yang berada di antara konjungtiva dan sklera, yang terdiri dari jaringan penyambung yang mendapatkan perdarahan dari arteri siliaris anterior dan membentuk pleksus episklera, serta kaya akan pembuluh darah.[7,8]
Stroma merupakan lapisan avaskular yang berada di tengah dan dibentuk oleh kolagen tipe 1, proteoglikan, dan elastin. Struktur ini menyerupai komponen sendi, sehingga menyebabkannya rentan mengalami reaksi inflamasi. Bagian paling dalam adalah lamina fusca. Bagian ini terbentuk dari jaringan penyambung dan melekat pada jaringan koroid di bawahnya.
Stroma yang avaskular menyebabkan infeksi dan inflamasi pada sklera lebih sulit diobati karena sulitnya penetrasi obat serta proses regenerasi. Karena avaskular, maka kebutuhan metabolit sklera akan dipenuhi oleh difusi nutrisi dari episklera dan koroid yang memiliki vaskularisasi yang baik.[5,7,9–11]
Reaksi Inflamasi pada Skleritis
Skleritis melibatkan proses inflamasi yang kompleks dan multifaktorial. Dasar patofisiologi skleritis adalah reaksi hipersensitivitas tipe III dan reaksi granulomatosa (hipersensitivitas tipe IV) yang menyebabkan terjadinya mikroangiopati serta kerusakan sel pada jaringan dan pembuluh darah sklera.[5]
Reaksi hipersensitivitas tipe III merupakan reaksi yang dimediasi oleh kompleks antigen-antibodi yang mengendap dan menyebabkan kerusakan jaringan. Dugaan peran reaksi hipersensitivitas tipe III pada patofisiologi skleritis disebabkan karena ditemukannya pengendapan kompleks imun dan infiltrasi neutrofil pada dinding pembuluh darah pasien yang mengalami skleritis. Reaksi hipersensitivitas tipe IV juga diduga berperan dalam patofisiologi skleritis. Hal ini karena ditemukan sel T dan makrofag pada spesimen biopsi.[12–14]
Reaksi inflamasi mengaktivasi mekanisme lokal yang menyebabkan terjadinya degradasi proteoglikan dan kolagen yang kemudian menyebabkan penipisan dan hilangnya jaringan sklera. Selain itu, oklusi pembuluh darah dan iskemia menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan nekrosis.[5]
Pada skleritis yang terjadi karena komplikasi operasi, trauma saat operasi menginduksi fibroblas sklera untuk memproduksi komplemen C1 yang kemudian berlanjut pada kaskade reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi yang terjadi menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan “memanggil” sel-sel inflamatori ke area tersebut. Pada pasien rheumatoid arthritis, trauma operasi dapat menginduksi terjadinya pengendapan kompleks imun pada pembuluh darah sklera.[12]
Klasifikasi
Skleritis diklasifikasikan menjadi skleritis anterior dan posterior berdasarkan lokasi anatominya. Skleritis anterior merupakan skleritis yang terjadi pada bagian depan ora serrata, sedangkan skleritis posterior melibatkan bagian belakang ora serrata. Pada saat resolusi, sklera akan memberikan warna kebiruan karena adanya “penyusunan kembali” benang-benang kolagen.[1,2,5,15]
Gambar 1. Klasifikasi Skleritis.
Skleritis Anterior
Skleritis anterior kemudian dibagi menjadi non-necrotizing dan necrotizing. Skleritis non-necrotizing dibagi kembali menjadi nodular dan difus. Skleritis non-necrotizing merupakan tipe yang kurang destruktif daripada tipe necrotizing serta memiliki risiko kehilangan penglihatan yang lebih rendah. Namun, 20% kasus dapat berkembang menjadi necrotizing scleritis, sehingga perlu dilakukan monitoring dengan hati-hati.[5,16]
Tabel 1. Perbedaan Skleritis Nodular dan Difus
Skleritis Nodular | Skleritis Difus |
|
|
Sumber: dr. Felicia, 2023
Skleritis necrotizing adalah bentuk yang paling berat, karena dapat merusak jaringan, dan pada kasus tertentu dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Pada beberapa pasien, onset ditemukannya skleritis tipe necrotizing dapat menjadi onset terjadinya vaskulitis sistemik yang mematikan.
Skleritis necrotizing dibagi menjadi dengan dan tanpa inflamasi (scleromalacia perforans). Skleritis necrotizing dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, namun pada bentuk yang tanpa inflamasi, nyeri tidak dirasakan.[2,5,16]
Skleritis necrotizing ditandai dengan perubahan warna sklera dari putih menjadi kekuningan, kemudian menjadi biru-keabuan karena adanya absorbsi serta disintegrasi jaringan sklera, sehingga jaringan koroid di bawahnya terekspos. Skleritis necrotizing yang tidak diobati akan menyebar ke posterior dan seluruh bagian anterior orbita (panskleritis), sehingga berakhir pada kehilangan jaringan yang berat.[17]
Tabel 2. Skleritis Necrotizing Dengan dan Tanpa Inflamasi
Skleritis Necrotizing dengan Inflamasi | Skleritis Necrotizing tanpa Inflamasi (Scleromalacia Perforans) |
|
|
Sumber: dr. Felicia, 2023
Skleritis Posterior
Skleritis posterior adalah inflamasi sklera di bagian posterior insersi otot ora serrata. Skleritis posterior ditandai dengan flattening dan penebalan bagian posterior orbita karena adanya edema retrobulbar.
Skleritis posterior merupakan tipe yang paling sulit didiagnosis karena dapat tumpang tindih dengan kelainan bola mata posterior lainnya, pemeriksaan dengan b-scan ultrasonography dapat membantu dalam menentukan diagnosis. Apabila tidak ditangani dengan baik, akan berlanjut menjadi ablasio retina, glaukoma sudut tertutup, dan kebutaan.[1,7,17,18]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri