Pendahuluan Uveitis
Uveitis merupakan peradangan traktus uvea, yang terbagi menjadi komponen anterior dan posterior. Di komponen anterior, uvea terdiri dari iris dan badan siliar, sedangkan di komponen posterior, uvea terdiri dari koroid.
Pada uveitis anterior, peradangan pada iris disebut sebagai iritis. Bila badan siliar juga mengalami peradangan, maka kasus disebut sebagai iridosiklitis. Pada kasus uveitis posterior, peradangan yang terjadi dapat berupa koroiditis atau korioretinitis. Bila ada peradangan di antara komponen anterior dan posterior (pada vitreous), maka kasus disebut sebagai uveitis intermediate. Peradangan juga dapat terjadi di seluruh bagian uvea, yang disebut sebagai panuveitis.[3,6,8]
Etiologi uveitis sangat bervariasi, yakni bisa berupa etiologi idiopatik, trauma, infeksi, penyakit radang sistemik yang dimediasi oleh sistem imun, dan sindrom uveitis yang terbatas pada mata. Uveitis dapat menimbulkan komplikasi berupa kebutaan. Penyakit ini dilaporkan sebagai penyebab kebutaan keempat paling sering pada populasi usia produktif di negara berkembang.[11]
Diagnosis uveitis dapat dimulai dengan anamnesis ada tidaknya rasa nyeri pada mata, fotofobia, dan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan mata merah tergantung pada jenis uveitis yang dialami. Pada uveitis anterior, pemeriksaan slit-lamp bisa menunjukkan presipitat keratik di endotelium, flares, dan hypopyon. Untuk uveitis posterior, funduskopi dengan dilatasi pupil perlu dilakukan.[8,10]
Penatalaksanaan uveitis yang dilakukan di fasilitas kesehatan primer umumnya hanya berupa pemberian analgesik dan rujukan ke oftalmologis dalam waktu 24 jam. Setelah itu, oftalmologis mungkin memberikan kortikosteroid dan agen sikloplegik.[8]