Epidemiologi Kanker Rektum
Secara epidemiologi, kanker rektum berada di peringkat kedua (28%) kanker yang paling banyak dijumpai pada usus besar setelah kanker kolon proksimal (42%). Meski demikian, kanker rektum sering digabungkan dalam kanker kolorektal pada kebanyakan studi epidemiologi. Adapun kanker kolorektal merupakan jenis kanker ketiga paling banyak pada laki-laki, dan jenis kanker kedua paling banyak pada wanita. Di Amerika Serikat, kanker kolorektal juga dilaporkan merupakan peringkat ketiga sebagai penyebab mortalitas utama akibat kanker dengan estimasi 50.260 mortalitas per tahun.[1,2]
Lokasi tumor juga cenderung berbeda berdasarkan usia pasien. Pada orang berusia kurang dari 65 tahun, rektum adalah lokasi kanker kolorektal tersering. Pada orang berusia 65 tahun ke atas, rektum memiliki proporsi 23% dari semua lokasi kanker kolorektal.[1,2,6]
Global
Insiden kanker rektum bervariasi di seluruh dunia. Insiden lebih tinggi dilaporkan di negara maju dibandingkan negara berkembang. Insiden tertinggi dilaporkan di Australia dan Selandia Baru yaitu 44,8 per 100.000 penduduk pada laki-laki dan 32,2 per 100.000 penduduk pada wanita. Insiden terendah dilaporkan di Afrika Barat yaitu masing masing 4,5 dan 3,8 per 100.000 penduduk pada pria dan wanita.
Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 135.439 kasus baru dari kanker kolorektal setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 39.910 (30%) merupakan kanker rektum.[1,2,8]
Indonesia
Menurut data dari Globocan pada tahun 2020, insiden kanker rektum di Indonesia adalah 16.059 kasus dengan proporsi 4% dari seluruh kasus kanker yang dilaporkan. Adapun mortalitas dari kanker rektum pada tahun 2020 dilaporkan sebanyak 8.342 mortalitas, yang berkontribusi sebesar 3,6% dari seluruh mortalitas akibat kanker.[9]
Mortalitas
Sejak tahun 1975 sampai 2014, angka mortalitas akibat kanker kolorektal dilaporkan menurun hingga 51% berkat deteksi dini dan kemajuan modalitas tata laksana yang tersedia. National Cancer Institute mengestimasikan bahwa kesintasan 5 tahun dari pasien kanker kolorektal yang mendapatkan terapi sebesar 65%. Angka mortalitas 30-40% lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita.
Meski insiden kanker rektum lebih tinggi di negara maju, angka mortalitas dilaporkan lebih tinggi di negara berkembang yang kemungkinan besar berkaitan dengan kualitas pengobatan yang lebih rendah.[1,2]