Prognosis Limfoma Non-Hodgkin
Prognosis limfoma non-Hodgkin yang low-grade secara umum lebih baik daripada yang high-grade. Namun, prognosis juga ikut ditentukan oleh histopatologi, organ-organ yang terlibat, dan kondisi pasien. Pasien imunodefisiensi umumnya memiliki prognosis lebih buruk.
Komplikasi
Kemungkinan munculnya komplikasi harus dipertimbangkan sejak awal evaluasi dan terapi. Penting bagi dokter untuk dapat segera mendeteksi komplikasi yang muncul. Komplikasi limfoma non-Hodgkin meliputi:
- Febrile neutropenia
- Hiperurisemia dan tumor lysis syndrome (gejala klinis demam, mual, muntah, penurunan produksi urine, numbness, sensasi tingling di kaki, dan nyeri sendi)
- Kompresi medula spinalis atau otak
- Kompresi fokal (contohnya obstruksi jalan napas akibat limfoma mediastinum, intususepsi, obstruksi usus, obstruksi ureter, obstruksi vena cava)
- Tamponade jantung
- Leukositosis[1,3]
Prognosis
Prognosis limfoma non-Hodgkin terutama ditentukan oleh histopatologi, organ-organ yang terlibat, dan faktor pasien sendiri. Tingkat kesintasan relatif 5 tahun bagi pasien limfoma non-Hodgkin adalah 74,3%. Pasien limfoma non-Hodgkin low-grade memiliki tingkat kesintasan yang lebih baik, yaitu 6–10 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa mengalami progresivitas menjadi limfoma non-Hodgkin high-grade.[1,3]
Alat yang umum digunakan untuk menentukan prognosis pasien limfoma non-Hodgkin adalah International Prognostic Index (IPI), yang meliputi faktor-faktor berikut:
- Usia >60 tahun
- LDH (laktat dehidrogenase) serum melebihi normal
- Status performa Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) ≥2
- Stadium klinis III atau IV
- Ada >1 keterlibatan ekstranodal[1,3]
Masing-masing poin memiliki skor 1. Prognosis ditentukan oleh skor total, yakni risiko rendah (skor 0–1), risiko sedang (skor 2), dan risiko buruk (skor ≥3).[1,3]
Kondisi imunodefisiensi yang kongenital maupun acquired dikaitkan dengan kenaikan risiko limfoma, respons buruk terhadap terapi, dan prognosis yang lebih buruk. Namun, terapi antiretroviral (ART) modern bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas HIV serta memungkinkan terapi limfoma non-Hodgkin yang serupa dengan orang tanpa HIV.[1,14]
Suatu studi di Australia terhadap 44 pasien limfoma non-Hodgkin menunjukkan bahwa rekonstitusi imun sel T CD4+ pulih 6 bulan pasca terapi dengan ART dan terapi untuk limfoma non-Hodgkin.[1,14]
Penulisan pertama oleh: dr. Steven Johanes Adrian