Patofisiologi Achondroplasia
Patofisiologi achondroplasia melibatkan mutasi genetik fibroblast growth factor receptor 3 (FGFR3). Gen FGFR3 merupakan gen yang meregulasi pertumbuhan linear tulang. Gen ini berfungsi menginhibisi proliferasi dan diferensiasi kondrosit lempeng pertumbuhan.
Gen FGFR3 memiliki empat signaling pathway, yaitu signal transducer and activator of transcription 1 (STAT1), mitogen activated protein kinase (MAPK), phospholipase C ã (PLCã), dan phosphatidylinositol phosphate-3-kinase-serine/threonine kinase;protein kinase B (PI3K-AKT).
Sinyal dari STAT1 memiliki fungsi dalam menginhibisi proliferasi kondrosit dan sinyal MAPK memiliki efek negatif pada proliferasi, sintesis matriks post mitosis, dan diferensiasi terminal. Sinyal-sinyal ini memiliki fungsi antiproliferatif dan menekan molekul promosi pertumbuhan.
Mutasi pada gen FGFR3 menyebabkan aktivasi gen FGFR3 berlebih secara permanen sehingga menyebabkan terganggunya formasi tulang endokondral, restriksi pertumbuhan, pemendekan tulang, dan anomali skeletal lainnya.
Terdapat konsekuensi indirek akibat terjadinya mutasi gen FGFR3. Penurunan pertumbuhan dari basal kranial dan pedikel vertebral menyebabkan manifestasi neurologis pada pasien achondroplasia.
Selain itu, restriksi pertumbuhan pada sepertiga tengah wajah (midface) menyebabkan terjadinya dental crowning pada pasien. Kehilangan pendengaran akibat otitis media rekuren juga sering kali ditemukan akibat gangguan pembentukan tulang temporal.[2-4]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja