Diagnosis Fraktur Terbuka
Diagnosis fraktur terbuka perlu dicurigai pada seluruh kasus dengan tanda klinis fraktur yang disertai dengan luka terbuka. Pada pemeriksaan fisik, akan didapatkan tanda fraktur, seperti deformitas dan krepitasi. Selanjutnya, luka terbuka dapat berupa luka robek dengan fragmen tulang jelas terlihat ataupun tidak jelas terlihat. Luka terbuka ini tidak selalu berada tepat di atas area fraktur namun dapat berjarak.[1]
Anamnesis
Fraktur terbuka, atau fraktur dengan luka terbuka pada kulit, merupakan kondisi serius yang membutuhkan penanganan segera untuk menghindari komplikasi potensial seperti infeksi, kerusakan jaringan, dan gangguan penyembuhan tulang. Anamnesis yang komprehensif memainkan peran penting dalam membantu dokter untuk memahami konteks fraktur terbuka, memperkirakan risiko, dan merencanakan tindakan pengelolaan yang sesuai
Mekanisme Cedera
Informasi tentang bagaimana cedera terjadi sangat penting. Pada kebanyakan kasus, fraktur terbuka terjadi akibat cedera energi tinggi, seperti kecelakaan kendaraan atau kecelakaan olah raga. Mengetahui mekanisme cedera dapat membantu dalam menilai tingkat keparahan fraktur, kemungkinan cedera tambahan, dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk stabilisasi dan perawatan.[1,7]
Waktu Terjadinya Cedera
Mengetahui waktu terjadinya cedera dapat memberikan petunjuk tentang tingkat keparahan cedera dan apakah sudah terjadi kontaminasi atau infeksi sebelumnya. Fraktur terbuka yang telah terpapar lingkungan untuk waktu yang lama dapat meningkatkan risiko infeksi.[1,7]
Riwayat Kesehatan Pasien
Menilai riwayat kesehatan pasien termasuk riwayat medis, riwayat alergi, dan riwayat penggunaan obat-obatan sangat penting. Pasien dengan kondisi medis tertentu, seperti diabetes, memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi.[1,7]
Gejala Tambahan
Pasien dengan fraktur terbuka dapat mengalami gejala tambahan seperti nyeri yang berat, perdarahan berlebihan, atau gangguan neurovaskular. Identifikasi gejala dan tanda-tanda ini penting untuk menilai keparahan cedera dan merencanakan intervensi yang sesuai.[1,7]
Riwayat Vaksinasi
Kondisi fraktur terbuka membawa risiko tinggi terhadap infeksi, oleh karena itu, penting untuk mengetahui riwayat vaksinasi pasien, terutama vaksinasi tetanus. Pasien yang belum divaksinasi atau vaksinasi tetanus tidak lengkap, akan memerlukan tindakan imunisasi tambahan.[1,7]
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan fraktur terbuka biasanya memiliki cedera multiple, sehingga perlu dilakukan protokol sesuai advanced trauma life support (ATLS). Lepas pakaian pasien untuk memungkinkan evaluasi menyeluruh pada area tubuh. Pemeriksaan awal meliputi primary survey yang berfokus pada status airway, breathing, dan circulation. Lakukan resusitasi sesuai kondisi pasien.
Jika pasien sudah stabil, selanjutnya dilakukan secondary survey yaitu pemeriksaan menyeluruh pada tubuh untuk menilai ada tidaknya kondisi yang mengancam anggota tubuh. Pada area fraktur perlu dilakukan pemeriksaan status lokalis meliputi look, feel, dan movement.
Look: Dilakukan inspeksi terhadap warna dan perfusi area fraktur, penilaian luka seperti lokasi, ukuran, perdarahan, bone expose, skin coverage, skin loss, deformitas, dan tanda radang. Jika terdapat deformitas, lihat adanya angulasi atau pemendekan, serta adanya pembengkakan
Feel: Dilakukan palpasi untuk menilai neurovaskularisasi distal dari daerah fraktur dan memeriksa fungsi sensorik, nyeri tekan, suhu, serta krepitasi
Move: Menilai kemampuan pergerakan aktif dan pasif dari sendi serta kekuatan otot[1,7]
Sistem Klasifikasi Fraktur Terbuka
Sistem klasifikasi yang telah dikenal dan banyak digunakan dalam menilai keparahan fraktur terbuka yaitu sistem klasifikasi Gustilo Anderson (GA).[8]
Klasifikasi Gustilo-Anderson
Sistem klasifikasi Gustilo-Anderson sebagai berikut:
- Tipe I: luka bersih, <1 cm dan pola fraktur simpel
- Tipe II: luka >1 cm, dengan cedera jaringan lunak minimal tanpa flap atau avulsi
- Tipe IIIA: cedera luas, area fraktur masih tertutup jaringan lemak
- Tipe IIIB: cedera luas dengan periosteal stripping ekstensif, fraktur dapat ditutup tanpa flap
- Tipe IIIC: cedera arteri dengan atau tanpa cedera jaringan lunak[8,9]
Meski banyak digunakan, sistem GA memiliki beberapa batasan, yaitu deskripsi yang digunakan kurang jelas, persetujuan interobserver rendah, sering terjadi under estimasi jika digunakan pada pra-operasi, dan tidak tergabung dengan konsep tata laksana.[8]
Klasifikasi OTA-OFC:
The Orthopaedic Trauma Association (OTA) mengeluarkan sistem klasifikasi baru untuk kasus fraktur terbuka yang selanjutnya disebut dengan OTA-OFC (Open Fracture Classification). Sistem ini menggunakan lima kategori yang digunakan untuk mengklasifikasikan keparahan fraktur terbuka meliputi cedera kulit, cedera otot, cedera arteri, kontaminasi dan tulang yang hilang.
Sistem ini menawarkan beberapa keuntungan yaitu aplikabilitas terhadap seluruh regio anatomi baik pasien anak maupun dewasa, reliabilitas observer yang tinggi, dan definisi yang jelas bahwa penggunaan klasifikasi ini yaitu pada debridemen awal saat operasi. Jika dibandingkan sistem GA, sistem OTA-OFC dilaporkan menghasilkan luaran terapi dan tingkat keperluan amputasi yang lebih baik. Namun, sistem ini masih belum banyak digunakan pada praktik sehari-hari.[8]
Unified Classification of Open Fracture:
Untuk mengatasi kekurangan sistem tersebut, sistem GA dan OTA-OFC digabung menjadi Unified classification of open fracture. Sistem ini didasarkan pada CIMBA yaitu contamination, integument injury, muscle damage, bone loss, dan arterial injury. Tiap satu dari lima kategori di atas dipasangkan dengan kategori GA yang telah banyak diketahui. Penelitian awal dari penggunaan sistem gabungan ini menunjukkan hasil yang baik, namun penelitian lebih lanjut diperlukan.[8]
Pemeriksaan Penunjang
Fraktur terbuka memerlukan pemeriksaan radiologi untuk mengonfirmasi dan menilai kondisi fraktur. Pemeriksaan lain seperti darah lengkap, analisis gas darah, panel metabolik dan serum laktat diperlukan untuk menilai kondisi sistemik pasien akibat hilangnya darah dan penyakit komorbid lainnya.[1,10]
Pemeriksaan Rontgen
Rontgen merupakan pemeriksaan penunjang awal untuk menilai kondisi fraktur. Temuan pada rontgen bisa menunjukkan hilangnya kontinuitas tulang, dengan ujung tulang atau fragmen fraktur yang menonjol keluar dari kulit. Selain itu, bisa terlihat juga adanya dislokasi. Rontgen juga dapat menunjukkan adanya benda asing yang masuk ke dalam luka, seperti pecahan kaca atau benda lain yang terlibat dalam cedera
Beberapa syarat rontgen yang baik yaitu “Rule of Two”, antara lain:
Two views: Foto harus mencakup 2 arah pandang yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
Two joints: Foto harus meliputi sendi yang berada di atas dan di bawah daerah fraktur.
Two limbs: Foto ekstremitas yang mengalami trauma dan normal.
Two injuries: Kadang trauma tidak hanya menyebabkan fraktur pada satu daerah, misalnya fraktur femur diperlukan foto femur dan pelvis.
Two occasions: Ada beberapa fraktur yang sulit dinilai segera setelah trauma, sehingga diperlukan pemeriksaan 1-2 minggu setelahnya.[1,10]
CT Scan
Jika pasien stabil, CT scan dapat dilakukan untuk membantu menentukan orientasi fraktur dan membantu rencana reduksi dan fiksasi. Pada kondisi hilangnya denyut arteri, dapat dilakukan CT angiogram untuk mengidentifikasi cedera vaskular.[1]
Pemeriksaan Darah
Meski tidak spesifik untuk diagnosis fraktur terbuka, pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengevaluasi status kesehatan umum pasien, mengidentifikasi potensi komplikasi, dan membantu dalam merencanakan pengelolaan yang tepat. Pemeriksaan darah lengkap dapat mengidentifikasi adanya anemia akibat perdarahan, leukositosis yang mungkin berkaitan dengan infeksi, maupun adanya gangguan fungsi trombosit.
Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal penting untuk mengevaluasi fungsi organ vital pasien, terutama karena pasien dengan fraktur terbuka mungkin mengalami kerusakan organ akibat cedera atau kehilangan darah. Pemeriksaan ini juga membantu dalam menilai kecocokan pasien terhadap terapi farmakologis yang mungkin diberikan selama periode perawatan.[1,7,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto