Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Fraktur Terbuka general_alomedika 2024-03-14T13:26:55+07:00 2024-03-14T13:26:55+07:00
Fraktur Terbuka
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Fraktur Terbuka

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Diagnosis fraktur terbuka perlu dicurigai pada seluruh kasus dengan tanda klinis fraktur yang disertai dengan luka terbuka. Pada pemeriksaan fisik, akan didapatkan tanda fraktur, seperti deformitas dan krepitasi. Selanjutnya, luka terbuka dapat berupa luka robek dengan fragmen tulang jelas terlihat ataupun tidak jelas terlihat. Luka terbuka ini tidak selalu berada tepat di atas area fraktur namun dapat berjarak.[1]

Anamnesis

Fraktur terbuka, atau fraktur dengan luka terbuka pada kulit, merupakan kondisi serius yang membutuhkan penanganan segera untuk menghindari komplikasi potensial seperti infeksi, kerusakan jaringan, dan gangguan penyembuhan tulang. Anamnesis yang komprehensif memainkan peran penting dalam membantu dokter untuk memahami konteks fraktur terbuka, memperkirakan risiko, dan merencanakan tindakan pengelolaan yang sesuai

Mekanisme Cedera

Informasi tentang bagaimana cedera terjadi sangat penting. Pada kebanyakan kasus, fraktur terbuka terjadi akibat cedera energi tinggi, seperti kecelakaan kendaraan atau kecelakaan olah raga. Mengetahui mekanisme cedera dapat membantu dalam menilai tingkat keparahan fraktur, kemungkinan cedera tambahan, dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk stabilisasi dan perawatan.[1,7]

Waktu Terjadinya Cedera

Mengetahui waktu terjadinya cedera dapat memberikan petunjuk tentang tingkat keparahan cedera dan apakah sudah terjadi kontaminasi atau infeksi sebelumnya. Fraktur terbuka yang telah terpapar lingkungan untuk waktu yang lama dapat meningkatkan risiko infeksi.[1,7]

Riwayat Kesehatan Pasien

Menilai riwayat kesehatan pasien termasuk riwayat medis, riwayat alergi, dan riwayat penggunaan obat-obatan sangat penting. Pasien dengan kondisi medis tertentu, seperti diabetes, memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi.[1,7]

Gejala Tambahan

Pasien dengan fraktur terbuka dapat mengalami gejala tambahan seperti nyeri yang berat, perdarahan berlebihan, atau gangguan neurovaskular. Identifikasi gejala dan tanda-tanda ini penting untuk menilai keparahan cedera dan merencanakan intervensi yang sesuai.[1,7]

Riwayat Vaksinasi

Kondisi fraktur terbuka membawa risiko tinggi terhadap infeksi, oleh karena itu, penting untuk mengetahui riwayat vaksinasi pasien, terutama vaksinasi tetanus. Pasien yang belum divaksinasi atau vaksinasi tetanus tidak lengkap, akan memerlukan tindakan imunisasi tambahan.[1,7]

Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan fraktur terbuka biasanya memiliki cedera multiple, sehingga perlu dilakukan protokol sesuai advanced trauma life support (ATLS). Lepas pakaian pasien untuk memungkinkan evaluasi menyeluruh pada area tubuh. Pemeriksaan awal meliputi primary survey yang berfokus pada status airway, breathing, dan circulation. Lakukan resusitasi sesuai kondisi pasien.

Jika pasien sudah stabil, selanjutnya dilakukan secondary survey yaitu pemeriksaan menyeluruh pada tubuh untuk menilai ada tidaknya kondisi yang mengancam anggota tubuh. Pada area fraktur perlu dilakukan pemeriksaan status lokalis meliputi look, feel, dan movement.

  • Look: Dilakukan inspeksi terhadap warna dan perfusi area fraktur, penilaian luka seperti lokasi, ukuran, perdarahan, bone expose, skin coverage, skin loss, deformitas, dan tanda radang. Jika terdapat deformitas, lihat adanya angulasi atau pemendekan, serta adanya pembengkakan

  • Feel: Dilakukan palpasi untuk menilai neurovaskularisasi distal dari daerah fraktur dan memeriksa fungsi sensorik, nyeri tekan, suhu, serta krepitasi

  • Move: Menilai kemampuan pergerakan aktif dan pasif dari sendi serta kekuatan otot[1,7]

Sistem Klasifikasi Fraktur Terbuka

Sistem klasifikasi yang telah dikenal dan banyak digunakan dalam menilai keparahan fraktur terbuka yaitu sistem klasifikasi Gustilo Anderson (GA).[8]

Klasifikasi Gustilo-Anderson

Sistem klasifikasi Gustilo-Anderson sebagai berikut:

  • Tipe I: luka bersih, <1 cm dan pola fraktur simpel
  • Tipe II: luka >1 cm, dengan cedera jaringan lunak minimal tanpa flap atau avulsi
  • Tipe IIIA: cedera luas, area fraktur masih tertutup jaringan lemak
  • Tipe IIIB: cedera luas dengan periosteal stripping ekstensif, fraktur dapat ditutup tanpa flap

  • Tipe IIIC: cedera arteri dengan atau tanpa cedera jaringan lunak[8,9]

Meski banyak digunakan, sistem GA memiliki beberapa batasan, yaitu deskripsi yang digunakan kurang jelas, persetujuan interobserver rendah, sering terjadi under estimasi jika digunakan pada pra-operasi, dan tidak tergabung dengan konsep tata laksana.[8]

Klasifikasi OTA-OFC:

The Orthopaedic Trauma Association (OTA) mengeluarkan sistem klasifikasi baru untuk kasus fraktur terbuka yang selanjutnya disebut dengan OTA-OFC (Open Fracture Classification). Sistem ini menggunakan lima kategori yang digunakan untuk mengklasifikasikan keparahan fraktur terbuka meliputi cedera kulit, cedera otot, cedera arteri, kontaminasi dan tulang yang hilang.

Sistem ini menawarkan beberapa keuntungan yaitu aplikabilitas terhadap seluruh regio anatomi baik pasien anak maupun dewasa, reliabilitas observer yang tinggi, dan definisi yang jelas bahwa penggunaan klasifikasi ini yaitu pada debridemen awal saat operasi. Jika dibandingkan sistem GA, sistem OTA-OFC dilaporkan menghasilkan luaran terapi dan tingkat keperluan amputasi yang lebih baik. Namun, sistem ini masih belum banyak digunakan pada praktik sehari-hari.[8]

Unified Classification of Open Fracture:

Untuk mengatasi kekurangan sistem tersebut, sistem GA dan OTA-OFC digabung menjadi Unified classification of open fracture. Sistem ini didasarkan pada CIMBA yaitu contamination, integument injury, muscle damage, bone loss, dan arterial injury. Tiap satu dari lima kategori di atas dipasangkan dengan kategori GA yang telah banyak diketahui. Penelitian awal dari penggunaan sistem gabungan ini menunjukkan hasil yang baik, namun penelitian lebih lanjut diperlukan.[8]

Pemeriksaan Penunjang

Fraktur terbuka memerlukan pemeriksaan radiologi untuk mengonfirmasi dan menilai kondisi fraktur. Pemeriksaan lain seperti darah lengkap, analisis gas darah, panel metabolik dan serum laktat diperlukan untuk menilai kondisi sistemik pasien akibat hilangnya darah dan penyakit komorbid lainnya.[1,10]

Pemeriksaan Rontgen

Rontgen merupakan pemeriksaan penunjang awal untuk menilai kondisi fraktur. Temuan pada rontgen bisa menunjukkan hilangnya kontinuitas tulang, dengan ujung tulang atau fragmen fraktur yang menonjol keluar dari kulit. Selain itu, bisa terlihat juga adanya dislokasi. Rontgen juga dapat menunjukkan adanya benda asing yang masuk ke dalam luka, seperti pecahan kaca atau benda lain yang terlibat dalam cedera

Beberapa syarat rontgen yang baik yaitu “Rule of Two”, antara lain:

  • Two views: Foto harus mencakup 2 arah pandang yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.

  • Two joints: Foto harus meliputi sendi yang berada di atas dan di bawah daerah fraktur.

  • Two limbs: Foto ekstremitas yang mengalami trauma dan normal.

  • Two injuries: Kadang trauma tidak hanya menyebabkan fraktur pada satu daerah, misalnya fraktur femur diperlukan foto femur dan pelvis.

  • Two occasions: Ada beberapa fraktur yang sulit dinilai segera setelah trauma, sehingga diperlukan pemeriksaan 1-2 minggu setelahnya.[1,10]

CT Scan

Jika pasien stabil, CT scan dapat dilakukan untuk membantu menentukan orientasi fraktur dan membantu rencana reduksi dan fiksasi. Pada kondisi hilangnya denyut arteri, dapat dilakukan CT angiogram untuk mengidentifikasi cedera vaskular.[1]

Pemeriksaan Darah

Meski tidak spesifik untuk diagnosis fraktur terbuka, pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengevaluasi status kesehatan umum pasien, mengidentifikasi potensi komplikasi, dan membantu dalam merencanakan pengelolaan yang tepat. Pemeriksaan darah lengkap dapat mengidentifikasi adanya anemia akibat perdarahan, leukositosis yang mungkin berkaitan dengan infeksi, maupun adanya gangguan fungsi trombosit.

Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal penting untuk mengevaluasi fungsi organ vital pasien, terutama karena pasien dengan fraktur terbuka mungkin mengalami kerusakan organ akibat cedera atau kehilangan darah. Pemeriksaan ini juga membantu dalam menilai kecocokan pasien terhadap terapi farmakologis yang mungkin diberikan selama periode perawatan.[1,7,10]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto

Referensi

1. Sop JL, Sop A. Open Fracture Management. StatPearls Publishing. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448083/
7. American College of Surgeons’ Committee on Trauma. Advanced Trauma Life Support (ATLS®): The Tenth Edition. 10th ed.; 2018.
8. You DZ, Schneider PS. Surgical timing for open fractures. OTA Int. 2020;3(1):e067. doi:10.1097/oi9.0000000000000067
9. Elniel AR, Giannoudis P V. Open fractures of the lower extremity: Current management and clinical outcomes. EFORT Open Rev. 2018;3(5):316-325. doi:10.1302/2058-5241.3.170072
10. Pichhiotino E. Open Fractures. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1269242-treatment

Epidemiologi Fraktur Terbuka
Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

Artikel Terkait

  • Debridemen Operatif Lebih Dari 6 Jam pada Fraktur Terbuka – Telaah Jurnal
    Debridemen Operatif Lebih Dari 6 Jam pada Fraktur Terbuka – Telaah Jurnal
  • Pengaruh Rokok terhadap Penyembuhan Fraktur Tulang
    Pengaruh Rokok terhadap Penyembuhan Fraktur Tulang
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 Oktober 2023, 08:05
Jahit situasional pada kasus open fracture
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok izin bertanya, pada kondisi apa saja ya diperlukan jahit situasional pada kasus open fracture? Apakah ada kondisi-kondisi tertentu yang mengharuskan...
dr. Renate Parlene Marsaulina
Dibalas 10 Juni 2021, 14:45
Kriteria rujukan pasien fraktur terbuka selama masa pandemi COVID-19 - Orthopedi Ask The Expert
Oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina
2 Balasan
Alo dr. Hendra C.K, SpOT Mohon pencerahannya dok, Bagaimana sebaiknya kriteria rujukan pasien dengan fraktur terbuka selama masa pandemi COVID-19? Terimakasih
dr. Nurul Falah
Dibalas 28 Januari 2021, 15:02
Pencegahan Infeksi Sekunder pada Fraktur Terbuka sebelum Dirujuk - Ortopedi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Hendra Cahya Kumara, Sp. OT, izin bertanya dokter.Bagaimana pencegahan infeksi sekunder yang memungkinkan pada kasus fraktur terbuka sebelum dirujuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.