Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Fraktur Terbuka general_alomedika 2024-03-14T13:49:15+07:00 2024-03-14T13:49:15+07:00
Fraktur Terbuka
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Fraktur Terbuka

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Prognosis fraktur terbuka dipengaruhi oleh usia pasien, keparahan fraktur, dan komorbid pasien. Selain itu, fraktur terbuka dapat mengakibatkan komplikasi dini maupun lambat. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi amputasi delayed union, non-union, malunion, infeksi, nekrosis avaskular, lesi tendon, sindrom kompartemen, kontraktur otot, dan sindrom nyeri regional.[6,10]

Komplikasi

Komplikasi pada fraktur dapat dibagi menjadi dua macam bergantung waktu terjadinya, yaitu dini dan lambat. Komplikasi awal dapat muncul sebagai bagian dari cedera primer atau muncul setelah beberapa hari atau minggu. Sementara itu, komplikasi lambat adalah kondisi yang terjadi akibat fraktur yang muncul setelah beberapa minggu atau bulan.[10]

Amputasi

Amputasi primer dipertimbangkan pada kasus perdarahan berat, crush injury, anggota gerak avascular, atau hilangnya segmen tulang atau otot. Skor keparahan dapat digunakan untuk menilai dengan objektif kebutuhan amputasi. Amputasi sekunder dapat terjadi akibat komplikasi yang berlanjut seperti infeksi dalam. Amputasi dapat mencegah perburukan lebih lanjut serta mempertahankan kualitas hidup pasien.[9]

Delayed Union

Delayed union adalah kondisi di mana terjadinya penyatuan jaringan tulang memakan waktu yang lebih lama atau memanjang. Faktor yang meningkatkan risiko delayed union meliputi faktor biologis yaitu kurangnya aliran darah, kerusakan jaringan lunak berat, pengelupasan periosteum; sedangkan faktor biomekanis yaitu pembidaian yang kurang tepat, fiksasi terlalu kencang, infeksi, serta faktor terkait pasien seperti adanya komorbiditas.[10]

Non-Union

Pada kasus yang jarang, delayed union selanjutnya menjadi non-union, yaitu kondisi di mana fraktur tidak akan menyatu tanpa adanya intervensi. Terdapat empat sebab terjadinya non-union yang disingkat menjadi CASS yaitu:

  • Contact: apakah kontak antar fragmen tulang cukup?

  • Alignment: apakah fraktur cukup selaras untuk menurunkan gesekan?

  • Stability: apakah fraktur cukup stabil?

  • Stimulation: apakah fraktur cukup ‘distimulasi’?[10]

Penelitian menunjukkan prevalensi terjadinya non-union pada fraktur os tibia mencapai 6,8%. Beberapa faktor yang berhubungan dengan non-union antara lain usia >60 tahun, jenis kelamin laki-laki, perokok aktif, indeks massa tubuh (IMT) di atas 40 kg/m2, riwayat diabetes, fraktur pada area tengah dan distal tibia, fraktur energi-tinggi, fraktur terbuka, fraktur grade IIIB atau C, dan reduksi terbuka.[20]

Malunion

Malunion yaitu kondisi terjadinya sambungan fragmen fraktur pada posisi yang kurang tepat yang dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan. Faktor penyebab terjadinya malunion yaitu kurangnya reduksi pada fraktur, kegagalan mempertahankan kondisi reduksi pada proses penyembuhan, dan pemendekan gradual tulang yang hancur atau osteoporotik.[10]

Infeksi

Pencegahan terhadap infeksi menjadi prioritas pada penanganan fraktur terbuka sejak awal. Secara teori, faktor yang meningkatkan risiko infeksi yaitu adanya syok, hematoma lokal, dead space, instabilitas fraktur, jaringan mati, dan komorbid seperti diabetes, imunokompromais, dan iskemia. Faktor bakteri meliputi ukuran dan sifat inokulum awal serta kondisi khusus terkait kontaminasi bakteri.[17]

Penelitian menunjukkan risiko infeksi meningkat akibat beberapa faktor berikut, yaitu IMT > 30 kg/m2, fraktur dengan Gustilo-Anderson (GA) tipe III, perbaikan jaringan lunak yang memanjang, dan adanya kontaminasi luka.[21]

Nekrosis Avaskular

Jaringan tertentu memiliki kerentanan untuk mengalami iskemia lebih cepat dari jaringan lainnya. Pada kasus fraktur, aliran darah dapat terganggu akibat pergeseran tulang dan jaringan lunak sehingga mengganggu perfusi ke jaringan.

Komplikasi ini terjadi sejak awal, namun efek secara klinis dan radiologi baru tampak pada beberapa minggu atau bulan setelah cedera. Beberapa jaringan yang paling mudah mengalami nekrosis avaskular yaitu caput femur pada fraktur di area collumna femur dan proksimal os schapoid pada fraktur pergelangan tangan.[10]

Lesi Tendon

Tendinitis atau peradangan pada tendon dapat terjadi akibat tekanan fragmen fraktur pada tendon atau penjahitan langsung pada proses pembedahan. Risiko lesi pada tendon dapat dikurangi dengan Teknik reduksi yang tepat.[10]

Kompresi Saraf

Kompresi saraf dapat terjadi akibat penekanan serabut saraf oleh fragmen fraktur maupun akibat posisi pasien yang salah. Gejala yang paling sering muncul akibat kompresi saraf yaitu sensasi kebas atau paraestesia, hilangnya gerakan atau pengecilan otot yang dipersarafi. Tata laksana yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan dekompresi saraf.[10]

Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen adalah kumpulan gejala yang muncul akibat efek penekanan di dalam kompartemen jaringan lunak pada area fraktur. Terjadi peningkatan tekanan di dalam kompartemen akibat perdarahan, edema atau inflamasi, sehingga penurunan aliran darah kapiler mengakibatkan iskemia otot, edema yang lebih berat dan peningkatan tekanan lebih lanjut memperparah iskemia.[8,10,14]

Kontraktur Otot

Iskemia otot akibat sindroma kompartemen selanjutnya dapat mengakibatkan kontraktur pada otot atau disebut Volkmann’s ischaemic contracture. Otot yang nekrosis digantikan oleh jaringan fibrotik sehingga kehilangan kemampuan untuk berkontraksi dan terjadi kekakuan atau kontraktur. Area yang paling sering mengalami yaitu lengan bawah, tangan, tungkai bawah dan kaki.[1,8,10,14]

Sindrom Nyeri Regional

Sindrom ini dapat muncul pada pasien yang menjalani operasi. Penyebab sindrom ini belum sepenuhnya dimengerti, namun bukti mendukung hipotesis adanya respon inflamasi terhadap trauma dan hipersensitisasi saraf. Pasien dapat mengalami nyeri berat, edema, perubahan aliran darah pada kulit, allodinia, dan sensasi terbakar.[9]

Prognosis

Prognosis fraktur terbuka dipengaruhi berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor usia menunjukkan pengaruh terhadap prognosis pasien dengan prognosis yang memburuk dengan semakin meningkatnya usia. Risiko kematian pada seluruh rentang usia mencapai 2% dalam 90 hari dan 3% dalam 2 tahun. Sementara usia tua memiliki risiko kematian hingga 11%.[6]

Sebuah studi menunjukkan beberapa faktor risiko yang memengaruhi prognosis fraktur terbuka yaitu IMT melebihi 30 kg/m2, fraktur dengan Gustilo-Anderson (GA) tipe III, perbaikan jaringan lunak yang memanjang, kontaminasi luka, pasien perokok aktif, dan adanya trauma multiple.[21]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto

Referensi

1. Sop JL, Sop A. Open Fracture Management. StatPearls Publishing. 2023.
6. Tampe U, Widmer LW, Weiss RJ, Jansson KÅ. Mortality, risk factors and causes of death in Swedish patients with open tibial fractures - a nationwide study of 3, 777 patients. Scand J Trauma Resusc Emerg Med. 2018;26(1). doi:10.1186/s13049-018-0531-0
8. You DZ, Schneider PS. Surgical timing for open fractures. OTA Int. 2020;3(1):e067. doi:10.1097/oi9.0000000000000067
9. Elniel AR, Giannoudis P V. Open fractures of the lower extremity: Current management and clinical outcomes. EFORT Open Rev. 2018;3(5):316-325. doi:10.1302/2058-5241.3.170072
10. Pichhiotino E. Open Fractures. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1269242-treatment
14. Minehara H, Maruo A, Amadei R, et al. Open fractures: Current treatment perspective. OTA Int. 2023;6(3S). doi:10.1097/oi9.0000000000000240
17. Diwan A, Eberlin KR, Smith RM. The principles and practice of open fracture care, 2018. Chinese Journal of Traumatology - English Edition. 2018;21(4):187-192. doi:10.1016/j.cjtee.2018.01.002
20. Tian R, Zheng F, Zhao W, et al. Prevalence and influencing factors of nonunion in patients with tibial fracture: Systematic review and meta-analysis. J Orthop Surg Res. 2020;15(1). doi:10.1186/s13018-020-01904-2
21. Weber CD, Hildebrand F, Kobbe P, Lefering R, Sellei RM, Pape HC. Epidemiology of open tibia fractures in a population-based database: update on current risk factors and clinical implications. European Journal of Trauma and Emergency Surgery. 2019;45(3):445-453. doi:10.1007/s00068-018-0916-9

Penatalaksanaan Fraktur Terbuka
Edukasi dan Promosi Kesehatan Fr...

Artikel Terkait

  • Debridemen Operatif Lebih Dari 6 Jam pada Fraktur Terbuka – Telaah Jurnal
    Debridemen Operatif Lebih Dari 6 Jam pada Fraktur Terbuka – Telaah Jurnal
  • Pengaruh Rokok terhadap Penyembuhan Fraktur Tulang
    Pengaruh Rokok terhadap Penyembuhan Fraktur Tulang
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 Oktober 2023, 08:05
Jahit situasional pada kasus open fracture
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok izin bertanya, pada kondisi apa saja ya diperlukan jahit situasional pada kasus open fracture? Apakah ada kondisi-kondisi tertentu yang mengharuskan...
dr. Renate Parlene Marsaulina
Dibalas 10 Juni 2021, 14:45
Kriteria rujukan pasien fraktur terbuka selama masa pandemi COVID-19 - Orthopedi Ask The Expert
Oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina
2 Balasan
Alo dr. Hendra C.K, SpOT Mohon pencerahannya dok, Bagaimana sebaiknya kriteria rujukan pasien dengan fraktur terbuka selama masa pandemi COVID-19? Terimakasih
dr. Nurul Falah
Dibalas 28 Januari 2021, 15:02
Pencegahan Infeksi Sekunder pada Fraktur Terbuka sebelum Dirujuk - Ortopedi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Hendra Cahya Kumara, Sp. OT, izin bertanya dokter.Bagaimana pencegahan infeksi sekunder yang memungkinkan pada kasus fraktur terbuka sebelum dirujuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.