Patofisiologi Fraktur Terbuka
Patofisiologi fraktur terbuka melibatkan trauma yang menyebabkan patah tulang menembus kulit dan mengekspos jaringan lunak di sekitarnya. Mekanisme cedera pada fraktur terbuka adalah cedera energi tinggi, seperti kecelakaan lalu lintas.[1]
Trauma Energi Tinggi
Patofisiologi fraktur terbuka dimulai dengan adanya gaya traumatik yang melebihi kekuatan tulang, menyebabkan kerusakan struktur tulang dan jaringan sekitarnya. Trauma ini biasanya disebabkan oleh trauma energi tinggi, seperti kecelakaan mobil atau kecelakaan olahraga.
Pada saat fraktur, terjadi kerusakan pada vaskularisasi tulang dan jaringan lunak, menyebabkan perdarahan. Perdarahan ini dapat menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri dan risiko infeksi. Selain itu, fragmen tulang dan jaringan yang terluka dapat mengganggu aliran darah lokal, menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan.
Paparan jaringan lunak juga meningkatkan risiko kontaminasi bakteri, yang dapat menyebabkan infeksi tulang dan jaringan. Upaya pencegahan terjadinya infeksi pada luka dapat dilakukan pemberian antibiotik profilaksis.
Respons inflamasi tubuh terhadap trauma ini melibatkan pelepasan mediator inflamasi seperti sitokin dan prostaglandin, yang dapat menyebabkan edema, nyeri, dan reaksi sistemik. Risiko fraktur terbuka tergantung pada banyaknya jaringan lunak yang berada di sekitar fraktur dan besarnya energi yang terkena pada lokasi fraktur. Misalnya, karena os femur dikelilingi oleh jaringan lunak yang tebal dan besar, risiko fraktur terbuka lebih kecil dibandingkan tibia yang dikelilingi jaringan lunak yang sedikit.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto