Diagnosis Fraktur Tulang Rusuk
Diagnosis fraktur tulang rusuk (rib fracture) dapat diduga pada pasien dengan riwayat trauma dinding dada, disertai temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan kepada fraktur tulang kosta. Diagnosis definitif ditegakkan berdasarkan temuan pemeriksaan radiologis.[3,4]
Anamnesis
Keluhan utama yang paling sering adalah nyeri dada saat inspirasi dan kesulitan bernapas pada pasien dengan riwayat trauma dinding dada. Area nyeri dada sesuai dengan tulang rusuk yang mengalami fraktur.[3,4]
Deskripsi nyeri harus meliputi lokasi, durasi, serangan nyeri, faktor yang memperberat dan mengurangi nyeri, pengaruh nyeri terhadap gerakan dan fungsi pernapasan, dan kesulitan bernapas.[12]
Anamnesis Etiologi Fraktur tulang rusuk
Mekanisme cedera adalah salah satu komponen penting yang dapat membantu dokter untuk menentukan tingkat keparahan cedera. Perlu juga menanyakan tentang riwayat mikrotrauma sebagai penyebab fraktur stres, seperti batuk kronik atau beberapa aktivitas fisik dan olahraga yang cenderung melakukan gerakan repetitif. Contoh dari aktivitas fisik dengan gerakan berulang adalah mendayung, golf, dan tenis. [3,4,12]
Riwayat penyakit dahulu penting ditanyakan, yaitu riwayat fraktur kosta atau sternum sebelumnya serta kondisi medis atau riwayat perawatan yang dapat meningkatkan risiko fraktur tulang rusuk, seperti osteoporosis dan terapi radiasi. Penting pula ditanyakan tentang riwayat penyakit paru dan penggunaan obat antikoagulan atau antiplatelet sebelumnya.[3,7]
Pemeriksaan Fisik
Survei primer harus dilakukan pada semua pasien trauma dinding dada, baik trauma tembus atau tumpul. Survei primer termasuk pemeriksaan jalan napas, pernapasan, sirkulasi, dan pemeriksaan fisik dada. Survei primer dapat mengidentifikasi gangguan pernapasan dan/atau hemodinamik dengan cepat.[12]
Penilaian Inspeksi
- Dada gagal mengembang saat inspirasi
- Gangguan pernapasan, termasuk nasal flaring, penggunaan otot bantu napas, retraksi interkosta dan subkosta, dan tanda takipnea
- Deformitas, kontusio, laserasi, dan perforasi dinding dada, misalnya seatbelt sign atau steering wheel deformity
- Gerakan paradoks dinding dada (flail chest)[4,13]
Penilaian Palpasi
- Nyeri tekan pada titik tulang rusuk yang mengalami fraktur
- Krepitasi
- Segmen dinding dada yang bergerak (mobile segment)[4,13]
Penilaian Perkusi
- Redup/dullness dapat dipertimbangkan hemotoraks
- Hipersonor dapat dipertimbangkan pneumotoraks[4,13]
Penilaian Auskultasi
- Suara napas vesikuler menurun, menghilang, atau abnormal[4,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis fraktur tulang rusuk dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak riwayat trauma akut, disertai dengan keluhan umum nyeri dada atau gejala fraktur tulang rusuk yang mirip lainnya. Diagnosis banding fraktur tulang rusuk pada pasien dengan riwayat trauma akut adalah pneumotoraks, hemotoraks, dan diseksi aorta torakalis.
Pneumotoraks
Pada pneumotoraks, krepitasi pada pemeriksaan palpasi tidak ada, bahkan temuan fisik dapat minimal pada kasus ringan. Onset akut nyeri dada unilateral dan dispnea. Terdapat gambaran udara dalam pleura pada rontgen toraks.[3,4]
Pada tension pneumotoraks ditemukan ekspansi dada unilateral, fremitus taktil menurun, suara napas hipersonor atau berkurang, pergeseran mediastinum, hipotensi, dan sianosis.[3,4]
Hemotoraks
Pada hemotoraks, krepitasi saat palpasi juga tidak ada, mungkin asimtomatik. Nyeri dada terjadi pada keadaan pleuritis, trauma, atau infeksi. Dispnea sering terjadi dengan efusi besar. Pekak pada perkusi dan penurunan suara nafas selama efusi, dengan bukti radiografi. Temuan diagnostik dengan thoracocentesis. [3,4]
Diseksi Aorta Torakalis
Kondisi diseksi aorta torakalis ditandai ketiadaan krepitasi pada palpasi toraks, nyeri dada dan/atau punggung yang berat, dideskripsikan sebagai nyeri yang tajam, robek, atau tertusuk, dengan onset mendadak. Nyeri dada atau perut bisa digambarkan sebagai nyeri yang dalam atau berdenyut-denyut. Terjadi defisit nadi atau perbedaan tekanan darah, serta defisit neurologis fokal.[3,4]
Sementara, diagnosis banding fraktur tulang rusuk pada pasien tanpa riwayat trauma akut antara lain:
- Costochondritis
- Tietze syndrome
Slipping rib syndrome (subluksasi kosta)
- Neuritis interkostalis
- Precordial catch syndrome
- Xiphodynia[3,4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemilihan modalitas pemeriksaan penunjang, baik pemeriksaan laboratorium atau pencitraan, dapat ditentukan berdasarkan mekanisme cedera dan kekuatannya. Jika pasien dugaan mengalami fraktur tulang rusuk, dengan riwayat trauma tumpul mayor atau trauma dengan mekanisme cedera berenergi tinggi, maka pilihan pemeriksaan penunjang berdasarkan status hemodinamik.[1,4]
Pasien dengan trauma akut sebaiknya menjalani pemeriksaan laboratorium analisis gas darah, hitung darah lengkap, elektrolit, laktat, golongan darah, dan tes koagulasi. Pemeriksaan ini terutama untuk pasien yang membutuhkan tindakan operasi.[1,4]
Pasien dengan Trauma Tumpul Akut
Pada pasien yang mengalami trauma tumpul akut signifikan, mungkin ada cedera lain selain fraktur tulang rusuk dan harus dievaluasi serta dieksklusi. Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai dengan diagnosis banding. Pemeriksaan diagnosis lini pertama yang dapat dipertimbangkan pada pasien dengan hemodinamik stabil antara lain:
Computed tomography (CT) scan toraks dengan kontras
- CT scan seluruh tubuh dengan kontras
- CT angiografi (CTA) toraks dengan kontras
Rontgen toraks serial pada pasien trauma[1,4]
Beberapa modalitas tambahan yang mungkin sesuai adalah:
- CT scan toraks tanpa kontras
- CT scan seluruh tubuh tanpa kontras[1,4]
Jika trauma tumpul ringan dengan dugaan fraktur tulang rusuk dan cedera terbatas hanya pada daerah kosta, maka rontgen toraks adalah modalitas pemeriksaan awal. Pada hasil pemeriksaan fisik dan rontgen toraks yang normal, maka beberapa pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan antara lain:
- CTA toraks dengan kontras
- CT scan toraks dengan/tanpa kontras[1,4]
Pasien dengan Dugaan Fraktur Stres
Rontgen toraks umumnya merupakan modalitas pencitraan awal, dan dapat memberikan hasil negatif pada awal fraktur stres. Jika hasil rontgen awal negatif, maka rontgen ulang dilakukan dalam 10−14 hari untuk melihat tanda penyembuhan tulang yang terjadi ≥3 minggu setelah timbulnya gejala. Modalitas pencitraan lain yang dapat dilakukan jika diagnosis perlu segera ditegakkan:
- MRI (magnetic resonance imaging) toraks tanpa kontras
- CT scan toraks tanpa kontras
Tc-99m bone scan seluruh tubuh dengan single-photon emission computed tomography (SPECT)[1,4]
Pasien dengan Dugaan Fraktur Patologis
Rontgen toraks posteroanterior dapat digunakan sebagai modalitas pencitraan awal. Modalitas tambahan yang dapat digunakan sebagai pelengkap di antaranya:
- CT scan toraks tanpa kontras
- Scan tulang kosta dan sternum
Fluorodeoxyglucose (FDG) - positron emission tomography (PET)
- CT scan dari dasar tengkorak hingga pertengahan paha[1,4]
USG Toraks
Pada trauma tumpul toraks dengan kecurigaan fraktur tulang rusuk, penggunaan USG toraks merupakan pelengkap rontgen toraks konvensional. USG toraks lebih sensitif dan spesifik untuk mendeteksi fraktur kosta bila dilakukan oleh seorang dokter terlatih. Di samping itu, USG toraks juga dapat mendeteksi fraktur pada kartilago kostalis yang tidak tampak pada pemeriksaan rontgen toraks. USG toraks juga dapat digunakan untuk menilai patologi trauma tumpul toraks lainnya seperti pneumotoraks dan kontusio paru.[3]