Prognosis Fraktur Tulang Rusuk
Prognosis fraktur tulang rusuk (rib fracture) tergantung tingkat keparahan cedera, tulang rusuk mana yang patah, dan berapa banyak tulang rusuk yang mengalami fraktur. Sedangkan komplikasi dapat akibat langsung dari tulang rusuk yang patah, atau komplikasi dari tindakan baik nonoperatif maupun operatif.[14]
Komplikasi
Komplikasi fraktur tulang rusuk dapat berupa komplikasi langsung dari patah tulangnya sendiri, atau komplikasi akibat penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien. Beberapa komplikasi langsung fraktur tulang rusuk adalah pneumonia, gagal napas, hemotoraks, dan pneumotoraks. Sementara komplikasi dari tindakan antara lain empyema, fraktur non-union, nyeri kronis, dan disabilitas.[4,5]
Pneumonia
Pneumonia adalah komplikasi paling umum dari fraktur tulang rusuk. Ketidakmampuan pasien untuk bernapas dalam dan batuk karena nyeri menyebabkan atelektasis dan pneumonia. Risiko pneumonia meningkat dengan meningkatnya jumlah tulang rusuk yang patah, dan pada pasien lansia.[4,5]
Sebanyak 20% pasien dengan flail chest di rumah sakit dilaporkan mengalami pneumonia. Terapi pernapasan yang menargetkan perluasan paru dan pembersihan sekresi, dan mobilisasi dini membantu mencegah pneumonia akibat trauma.[4,5]
Gagal Napas
Gagal napas dapat terjadi setelah trauma dinding dada yang disertai pneumotoraks, kontusio paru, dan gerakan paradoks dinding dada. Kegagalan pernapasan yang berhubungan dengan cedera langsung pada paru harus dibedakan dari penyebab tidak langsung akibat cedera pada dinding dada.[4,5]
Hemotoraks
Fraktur tulang rusuk karena trauma tumpul umumnya dapat menyebabkan ruptur vaskuler interkostal atau intraparenkim, sehingga sering mengakibatkan perdarahan ringan sampai sedang. Hemotoraks masif karena fraktur tulang rusuk jarang terjadi. Komplikasi ini cenderung muncul sebab cedera signifikan pembuluh darah paru, pembuluh darah besar, atau jantung.[4,5]
Komplikasi ini menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik karena hipovolemia, sehingga membutuhkan intervensi segera. Retained hemothorax dapat terjadi karena drainage chest tube yang tidak mencukupi, predisposisi empyema, dan fibrothorax. Sedangkan hemotoraks tertunda dapat terjadi setelah trauma minor.[4,5]
Hemotoraks tertunda terjadi dalam 2 minggu pertama setelah cedera. Insidensi dilaporkan mencapai 7,3−12%. Ketidakmampuan mendeteksi hemotoraks pada penilaian awal menyoroti pentingnya follow up pada 7‒14 hari setelah pasien pulang dari rumah sakit.[4,5]
Pneumotoraks
Pneumotoraks merupakan salah satu komplikasi yang dapat menimbulkan gagal napas. Kondisi ini merupakan komplikasi yang muncul karena fraktur kosta akibat trauma tumpul pada dada. tulang rusuk yang patah dapat menembus pleura baik pleura parietal dan viseral sehingga menimbulkan pneumotoraks. Gagal napas akibat pneumotoraks dapat ditatalaksana dengan mengoptimalkan ventilasi, meningkatkan rasio oksigenasi dan perfusi, dan menghindari cedera paru terkait penggunaan ventilator.[4,5]
Empyema
Empyema adalah akumulasi cairan purulen di dalam rongga pleura. Prediktor empyema pascatrauma termasuk waktu pemasangan selang torakostomi yang berkepanjangan, lama tinggal di unit perawatan intensif yang lama, dan kontusio paru yang disertai retensi hemotoraks.[4,5]
Fraktur Nonunion
Faktor risiko pasien fraktur tulang rusuk mengalami fraktur nonunion adalah pada penderita dengan riwayat diabetes melitus, merokok, gangguan penggunaan alkohol, malnutrisi, kekurangan vitamin D, serta penggunaan lama kortikosteroid dan/atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Gejala fraktur nonunion adalah nyeri kronis dan kesulitan bernapas.[4,5]
Fraktur nonunion dapat menyebabkan deformitas dinding dada dan gerakan nonfisiologis dinding dada. Fiksasi internal tulang rusuk dapat dilakukan untuk penyatuan tulang, pereda nyeri, dan stabilisasi dinding dada.[4,5]
Nyeri Kronik dan Disabilitas
Nyeri kronis dan disabilitas setelah fraktur tulang rusuk muncul pada 28‒53% pasien setelah 6 bulan pengobatan nonoperatif.[4,5]
Komplikasi Penggunaan Spirometri Intensif
Penggunaan spirometri intensif secara umum dapat menimbulkan keluhan pusing. Beberapa laporan penggunaan spirometri intensif juga dapat menimbulkan kolaps paru akibat pneumotoraks, terutama pada penggunaan spirometri intensif yang terlalu agresif.[4,5]
Komplikasi Terapi Positive Expiratory Pressure (PEP)
Fisiologi pernapasan normal bekerja sebagai sistem tekanan negatif. Penggunaan PEP mengubah fisiologi tersebut, sehingga berpotensi komplikasi barotrauma.[4,5]
Prognosis
Prognosis fraktur tulang rusuk sangat terkait dengan nyeri kronik dan disabilitas selama >6 minggu. Sedangkan mortalitas pasien fraktur tulang rusuk tergantung kelompok usia, jumlah, letak, dan jenis tulang rusuk yang mengalami fraktur.[14]
Mortalitas pada pasien dewasa muda adalah 10%, di mana kematian sebagian besar dikaitkan dengan cederanya. Mortalitas meningkat pada pasien lansia yaitu mencapai 20%, terutama dikaitkan dengan gagal napas progresif dan pneumonia.[1,4]
Fraktur tulang kosta I dilaporkan memiliki angka kematian 36%, yang berhubungan dengan cedera pembuluh subklavia dan pleksus brakialis. Sedangkan tingkat kematian pada pasien dengan fraktur ≥ 7 tulang rusuk sekitar 30%.[1,4]